Istri ke-7 - Bab 214 Bangun (3)

Setelah perawatan selama dua hari, badan Juju akhirnya membaik.

Dia datang kedepan pintu kamar Claudius, setelah mengetuk pintu, dia mendorong dan masuk kedalam kamar.

Claudius tengah mengganti pakaian, setelah melihat wajahnya, dia menatapinya dengan ekspresi tidak peduli, “Kamu masih punya muka untuk datang kekamarku?”

Juju melangkah kedepan, dan menatapinya beserta air mata, “Tuan Muda, aku tahu aku melakukan kesalahan besar, aku juga tahu seumur hidup ini kamu tidak akan memaafkanku. Aku terlalu impulsif atas kejadian Josephine, aku tahu impulsif tidak bisa dijadikan sebuah alasan untuk melanggar hukum. Jadi aku bersedia mendapatkan hukumannya, aku bersedia merestui kamu dan Josephine, aku bersedia mundur tanpa syarat.”

Dia memberikan surat cerai yang sudah ditanda tangannya kepada Claudius.

Claudius melirik surat cerai ditangannya, dan menerimanya lalu melihat, seusai itu mencibir, “Cerai tanpa syarat? Ini tidak seperti sifat Nona Zhu.”

Sebelumnya dia sama sekali tidak mau cerai, sekalipun Claudius ingin menggunakan setengah kekayaan keluarga Chen sebagai balasannya pun dia tidak mau menyetujuinya, hari ini dia malah tiba-tiba ingin cerai tanpa syarat?

“Asalkan kamu tidak menyerahkanku ke polisi, tidak membiarkanku dipenjara, aku bersedia cerai tanpa syarat.” Juju mencari sebuah alasan yang termasuk logis.

“Kamu jelas-jelas tahu nenek akan menghapus kejahatanmu, dan aku akan tidak bisa melakukan apa-apa seperti dulu, jika tidak kamu juga tidak akan punya nyali untuk bersekongkol untuk membunuh orang, bukan?” Claudius melambaikan surat cerai ditangannya, “Apa maksudmu ini? Mundur untuk maju? Kamu kira ini masih berguna terhadapku?”

“Tidak, bukan seperti itu, aku benar-benar tulus ingin bertobat.” Juju berkata sambil mengelengkan kepalanya.

Claudius berkata, “Kamu harus pikirkan dengan matang, jika aku menandatangani surat ini, kamu tidak akan punya jalan kembali lagi.”

“Aku sudah memikirkannnya dengan matang.” Juju menganggukkan kepalanya.

Claudius mundur dan berkata, “Aku terima surat cerai ini, namun jika kamu memang benar-benar tulus untuk bertobat, tulus untuk merestui aku dan Josephine, kamu bisa menasehati nenek dulu, karena aku......” Claudius menyindir, “Sama seperti Claudius dalam pikiranmu, tidak mempunyai hak untuk berpendapat dan mengambil keputusan.”

“Tidak......Tuan Muda......” Juju panik, “Tidak boleh mencari nenek, dia pasti tidak akan menyetujuinya, tapi aku bisa seperti dulu, menghilang dari hadapanmu, dan tidak akan pernah kembali lagi. Kamu atur saja, aku akan segera pergi, ok?”

Sama seperti dulu......?

Claudius tercengang sejenak, lalu tiba-tiba tersenyum, dia menatapinya dan berkata, “Kamu begitu pengertian, aku malah tidak tega membiarkanmu pergi.”

“Aku......”

Claudius kembali melangkah maju, dia mengangkat tangannya dan menepuk bahu Juju, “Aku suka dengan wanita yang pengertian dan baik hati, tampillah dengan baik, mungkin aku bisa melupakan hal buruk yang pernah dilakukanmu sebelumnya, dan kembali jatuh cinta kepadamu.”

Seusai berkata, dia berbalik badan dan meninggalkannya.

“Tuan Muda......” Juju mengejarnya dengan panik, karena gerakannya terlalu ekstrim, luka di badannya kembali robek, dia hanya bisa berhenti dan menatapi Claudius pergi begitu saja.

Setelah kembali keatas mobil, Claudius tersenyum masam.

Dia mengangkat kepalanya dan menatapi kamar Juju dilantai 2, ternyata inilah tujuannya, pergi jauh-jauh darinya, sama seperti dulu!

Waktu itu dia menghilang tanpa jejak setelah mengetahui penyakit Claudius, kali ini dia begitu ingin pergi meninggalkannya pasti karena telah mengetahui perihal 3 bulan yang akan datang.

Dia menghirup nafas dalam-dalam dan menutup kedua matanya.

Sebenarnya reaksi Juju tergolong normal, siapa yang bisa sampai benar-benar mati demi pasangannya? Jika bukan karena Juju begitu jahat, Claudius pasti akan menjamin keselamatannya, tapi sekali terpikiran akan perbuatannya terhadap Josephine, Claudius tidak tahan dan ingin mempertahankannya, membiarkannya melewati hari-hari yang tersiksa seperti ini.

Dia bersikeras ingin menikahinya, maka biarkanlah dia merasakan keasikan menjadi Nyonya Muda Keluarga Chen!

--------------

Josephine pulih dengan baik, dia sudah berpindah dari Ruang ICU ke ruang pasien biasa.

Marco memberikan sarapan yang dibawanya dan bersiap menyuapi Josephine, Jospehine mengulurkan tangannya dan bersiap untuk mengambilnya, “Aku saja.”

Marco menarik tangannya, “Tidak apa-apa, sekarang badanmu masih lemah, mulai besok kamu baru makan sendiri, ok?”

Josephine menganggukkan kepalanya, dia membuka mulutnya dan makan, lalu bertanya, “Dimanakah Jesslyn? Mengapa dia masih belum kemari?”

“Lihat kamu ini.” Marco tersenyum, “Sudah dijalan, kurang lebih setelah kamu selesai makan dia akan tiba.”

Josephine tersenyum malu, 30 menit yang singkat dia sudah bertanya berkali-kali mengenai pertanyaan yang sama, dia benar-benar sangatlah rindu terhadap Jesslyn.

Sebelumnya didalam ruang ICU, dokter tidak sembarangan membiarkan orang lain masuk, dia hanya melihat Jesslyn saja, dan Jesslyn juga masih mengenakan jas hazmat, benar saja, setelah susah payah keluar dari Ruang ICU, dan bisa bertemu dengan keluarga dan teman dengan mudah, dia tentu saja tidak sabaran untuk bertemu dengan putri tersayangnya.

Benar saja, setelah dia selesai sarapan, Jesslyn tiba.

“Ibu......” Jesslyn juga sangatlah senang dan bahagia seolah seekor burung, dan terbang kedalam pelukannya, “Ibu, aku akhirnya bisa memelukmu.”

“Ibu juga akhirnya bisa memelukmu, melihatmu.” Josephine memeluknya, dan tersenyum senang.

“Ibu, apakah kamu masih sakit?”

“Ibu sudah tidak sakit lagi.” Josephine melepaskannya, dan menundukkan kepala sambil menatapinya, dengan serius, seolah sudah lama sekali tidak pernah melihatnya.

Wajah kecil yang imut, rambut hitam yang halus, dan senyuman yang manis, semua ini membuat Josephine bahagia. Dia tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan bertanya kepada Marco, “Jesslyn adalah anak kandungku, benarkah?”

Marco tersenyum sambil menganggukkan kepalanya, “Iya, anak kandung.”

“Ibu, aku adalah anak baik ibu dan ayah.” Kata Jesslyn sambil tersenyum.

“Iya, kamu adalah anak kesayangan ibu dan ayah.” Josephine menundukkan kepalanya dan mencium dahi Jesslyn. “Kedepannya, ibu akan melindungi anak kesayangan ibu, dan tidak akan membiarkannya dibully oleh orang jahat.”

“Iya!” Jesslyn menganggukkan kepalanya, dan tertawa karena senang.

Diluar pintu ruang pasien, Claudius menatapi mereka bertiga sekeluarga yang bahagia, dia mengangkat tangannya dan tetap saja tidak mengetuk pintunya.

Adegan seindah ini, seharmonis ini, dia tidak pantas untuk menganggunya, tapi didalam hatinya, dia begitu ingin melihat Josephine, sekalipun hanya saja menyapanya, mendengar suaranya juga baik.

Hingga Jesslyn akan berangkat kesekolah, pasangan anak dan ibu berpisah dengan penuh rasa enggan, Claudius barulah muncul dalam pandangan semua orang.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu