Istri ke-7 - Bab 281 Kecelakaan Mobil (3)

Dia menatapi Fanny, lalu mengembalikan fotonya, “Kalau begitu bagikan saja.”

Ketika mereka berdua bertemu di sebuah kafe, Susi menatapi Fanny yang sudah berusaha untuk berdandan namun sudah tidak lagi seindah dulu, dia berkata, “Nona Fanny, sudah lama sekali tidak bertemu denganmu, ada apa kamu mencariku kali ini? Kamu mau menceritakan tentang kejadian kamu dan Henry dulu? Atau yang sekarang? Tapi sebelum kamu mulai berkata, aku ingatkan kamu dulu, apapun yang kamu katakan tidak akan mempengaruhiku, maaf, aku sudah melahirkan anak itu, dan sudah pulang ke keluarga Qiao, bahkan demi anak, aku tidak berencana untuk meninggalkan keluarga Qiao maupun Henry.”

Fanny menatapinya dan tersenyum, “Sudah selesai? Jika sudah lihatlah foto-foto ini.”

Dia mengeluarkan beberapa foto dan memberikannya kepada Susi.

Susi mengambil foto dan menatapinya, wajahnya langsung berubah, fotonya itu adalah foto Henry berpelukan dengan Fanny diatas ranjang.

“Menurutmu, jika aku membagikan foto diatas internet, apakah mungkin akan terjadi sebuah masalah kecil?” kata Fanny sambil tersenyum.

Susi menatapi fotonya, lalu dia tidak berkata apapun.

Fanny tidak mengira bahwa dia akan berkata seperti itu, dia jelas terlihat tercengang, lalu bertanya, “Apakah kamu tidak peduli?”

“Dia bukanlah pegawai negeri sipil, dia hanya saja mempunyai beberapa wanita, dan mempunyai beberapa foto saja, sama sekali tidak mempengaruhinya.”

Fanny ikut tertawa, “Sepertinya kamu masih sangat peduli, jika kamu peduli, aku bisa menjual fotonya ke kamu.”

“Ternyata kamu terlalu miskin, kamu datang membawa foto yang baru selesai diedit untuk menipuku? Sungguh kasihan sekali Nona Fanny bisa sampai seperti saat ini.”

Susi mengembalikan fotonya, “Jika foto ini adalah asli, kamu bisa saja langsung mencari Henry untuk meminta uang kepadanya, bukankah kamu tidak perlu mencariku? Oh iya, kalaupun foto-foto ini asli, kamu juga jangan pernah berharap aku akan memberikanmu satu sen pun.”

Muka Fanny berubah, dia tidak menyangka Susi bisa mengetahuinya.

Benar, Fanny memang terlalu miskin, maka dari itu dia mengambil foto-foto ini untuk menjualnya kepada Susi, dia mengira bahwa demi untuk menjaga nama baik Henry, Susi akan membeli fotonya, namun dia terlalu merendahkan Susi, dia ternyata bisa langsung mengetahui triknya.

Dia mengertakkan giginya, seketika tidak tahu harus melakukan apa.

Disaat ini, Henry yang mendapatkan pemberitahuan dari Susi masuk kedalam, dia melirik sekeliling dengan sedikit tegang lalu melangkah cepat kearah mereka berdua.

Susi tahu Fanny mengajaknya bertemu adalah untuk membuat dirinya sediri merasa tidak enak, maka dari itu dia mengajak Henry untuk ikut berpartisipasi, dia tidak menyangka bahwa Henry bisa tiba dan dengan waktu sesingkat ini.

Henry berdiri dihadapan mereka berdua, tatapannya melotot kearah Fanny, dan berkata dengan marah, “Apa lagi yang ingin kamu lakukan?”

Sekali diteriaki oleh Henry, Fanny menyusutkan lehernya, dia langsung menyimpan foto yang berada diatas meja.

Namun Susi terlebih dahulu merebut fotonya, dan melemparkannya dihadapan Henry, “Ini foto mesramu, silakan dilihat sendiri.”

Seusai berkata, dia bangkit dan berjalan meninggalkan kafe.

Henry bergegas melirik foto-foto, tatapannya berubah marah, dia mengangkat kepala dan melotot Fanny, dan Fanny bergegas menundukkan kepalanya.

Henry melirik lagi arah perginya Susi, sekarang bukan waktunya untuk menyelesaikan ini dengan Fanny, dia melemparkan kembali foto-foto kepada Fanny, “Aku akan menyelesaikan ini denganmu nanti.” Lalu dia mengejar Susi.

Ketika Henry mengejar keluar kafe, dia kebetulan melihat Susi tengah mengeluarkan mobilnya, dia lalu bergegas pergi dan berkata, “Susi, kamu jangan salah paham, lelaki di foto itu bukanlah aku, apakah kamu tidak melihat postur tubuh lelaki itu? Mana mungkin itu adalah aku......”

“Apakah ada bedanya?” Susi mengangkat kepala dan menatapinya, “Meskipun lelaki difoto itu bukanlah kamu, tapi apakah kamu tidak pernah melakukan gerakan itu dengannya?”

“........” seketika Henry tidak bisa menjawab.

Tentu saja dia tidak boleh langsung menjelaskan bahwa mereka tidak pernah melakukan gerakan seperti itu dengannya, karena dia tahu bahwa Susi sangat peduli dengan hubungannya dengan Fanny waktu itu.

Sedangkan Susi yang melihat Henry terdiam, dia malah semakin marah, bahkan dia meninggalkan mobilnya dan pergi berjalan kaki.

Didepan saja adalah jalan raya, karena terlalu marah, Susi tidak memperhatikan adanya mobil yang datang menghampirinya, dia terus melangkah.

“Hati-hati........!” Henry kaget dengan tindakan Susi, dia bergegas melangkah maju dan memeluk badan Susi dan terakhir mendorongnya, Susi terjatuh dijalanan, dan Susi mendengar suara rem mobil dan suara Henry.

Susi menatap kearah Henry yang tidak bergerak sama sekali, dia sangatlah ketakutan.

“Henry......” badannya terhenti dan berkata.

Sesaat kemudian, barulah Susi kembali sadar, Susi lalu berteriak, “Henry, apakah kamu tidak kenapa-kenapa? cepat bangun......”

Seusai berteriak, barulah dia ingat untuk menelepon panggilan darurat, lalu dia mengeluarkan teleponnya, salah seorang yang melihat kejadian berkata, “Nona, aku sudah menelepon panggilan darurat.”

“Kapan mobil ambulan tiba?” dia berbalik badan dan bertanya kepada orang itu, dia panik hingga hampir menangis.

Saat ini, darah mengalir dari kepala Henry, dan dia masih pingsan, Susi bahkan tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang.

Sesaat kemudian, mobil ambulan tiba, Susi membantu petugas medis untuk mengangkat Henry keatas mobil ambulan, sepanjang perjalanan, dia terus memegang tangan Henry, sambil menangis dan berkata, “Henry, kamu tidak boleh mati, cepat buka matamu, apakah kamu dengar itu?”

Seusai berkata, dia menoleh kearah dokter yang sedang membersihkan lukanya, “Bagaimana keadaanya sekarang? Apakah ada bahaya?”

“Nona, untuk sementara kami tidak bisa menjawab pertanyaanmu ini, ini harus menunggu hingga sampai di rumah sakit dan melakukan pemeriksaan detail baru bisa dipastikan.”

“Begitu banyak darah yang mengalir, lukanya pasti sangat lah parah kan.......” Meskipun dokter sudah berkata seperti itu, namun Susi tetap bertanya.

Hingga setelah mengantarkannya keruang icu, dan Susi ditahan didepannya, barulah dia selesai bertanya.

Dia berdiri dihadapan pintu ruang operasi, Susi melangkah mundur selangkah, dan terduduk diatas kursi istirahat.

Dia yang kembali diam mulai menyalahkan dirinya sendiri, dia mulai menyesal.

Jelas-jelas sudah mengatakan akan melepaskan masa lalu, namun mengapa akan bertengkar lagi dengannya hanya karena trik kecil dari Fanny hingga membuatnya kecelakaan mobil?

Demi menolongnya, barulah Henry tertabrak terbang, semua ini karenannya........!

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu