Istri ke-7 - Bab 82 Berganti identitas (2)

Namun, ketika tangan Asisten Yan memegang gagang pintu, dari belakang terdengar suara Claudius: "Tunggu."

Asisten Yan menarik tangannya, berbalik badan menatapi Claudius: "Ada masalah apa? Tuan Muda Chen."

"Nyonya Muda.....apakah dia lagi-lagi menimbulkan masalah?" Claudius bertanya.

Asisten Yan yang serius, mendengar pertanyaan Claudius pun tidak bisa menahan tawanya, berkata: "Apakah di mata Tuan muda Chen, Nyonya muda selain menimbulkan masalah tidak ada hal lain yang bisa dilakukan?"

Claudius mengangkat alisnya, setidaknya selama ini pengertiannya terhadap Josephine seperti itu.

"Sebenarnya tidak ada apa-apa, hanya tadi ketika saya kembali kesini, saya melihat Nyonya muda berjalan sendirian tanpa tujuan di trotoar dekat perusahaan kita, dia terlihat seperti kehilangan jiwanya, sepertinya habis menangis." Asisten Yan berkata.

Sendirian, kehilangan jiwa, dan habis menangis?

Orang sebesar dia menangis ya menangis, bukannya anak kecil, menangis kemudian hilang, Claudius berpikir di dalam hati, kemudian menunduk melanjutkan pekerjaannya.

Meskipun Claudius kembali melanjutkan pekerjaannya, namun bagaimanapun hatinya tidak tenang, di hatinya yang berantakan yang terpikirkan hanya wajah pembuat onar itu.

Claudius benar-benar tidak mengerti mengapa hatinya bisa berantakan hanya karena satu kalimat dari Asisten Yan, terlebih lagi hubungannya dengan perempuan itu tidak sampai ke langkah yang bisa mempengaruhi suasana hatinya, kalau tahu begini dia seharusnya tidak menanyakan Asisten Yan pertanyaan terakhir tadi.

Lagipula Claudius sudah tidak bisa melanjutkan pekerjaannya lagi, dia pun menutup layar laptopnya dan berdiri dari kursinya, mengambil jaket yang diletakkan di punggung kursi, kemudian berjalan menuju pintu.

Sekretaris Chen melihat Claudius berencana keluar, dia pun bergegas menghampiri Claudius: "Tuan muda Chen, setengah jam lagi ada seminar yang diselenggarakan oleh departemen penjualan."

Claudius tidak menghentikan langkahnya, berkata: "Suruh Asisten Yan memimpin seminarnya."

Sambil berbicara, Claudius sudah meninggalkan area kantor, dan berjalan menuju elevator.

Josephine dari jauh mendengar bunyi klakson yang familiar, namun dia mengabaikannya, sambil berpikir Claudius tidak mungkin kebetulan juga ada disini, dia pun terus berjalan ke depan, di depan pas ada stasiun bus, Claudius menghentikan mobil pas di samping Josephine.

Mobil hitam besar yang familiar, kali ini Josephine tidak bisa mengabaikannya lagi, dia berpaling ke arah mobil dengan ekspresi kaget, dari jendela mobil yang sudah turun, dia melihat Claudius sedang melakukan gerakan tangan menyuruhnya naik.

Josephine menghisap hidungnya, kemudian mengelus wajahnya yang sedikit basah, wajahnya yang tadi menerima tamparan dari Shella masih terasa perih, dia menebak wajahnya pasti merah. Rupanya yang menyedihkan ini, benar-benar tidak bagus muncul di depannya.

Melihat Josephine masih ragu-ragu, Claudius berkata dengan tidak sabar: "Cepat, disini tidak boleh berhenti."

Josephine pun membuka pintu mobil dan masuk.

Claudius menatapi jejak jari tangan di wajah Josephine, mengerutkan kening dan bertanya: "Kamu tadi kemana?"

"Aku....." Josephine menutupi pipinya dengan tangannya, tidak tahu harus bagaimana menjawabnya.

"Bicara." Claudius memerintahkan.

"Aku.....pulang ke rumah." Josephine berkata jujur, memang bertemu dengan sepasang ibu dan anak itu, apakah ada bedanya dengan pulang ke rumah?

"Lagi-lagi bertengkar dengan adik perempuanmu itu?"

"Iya."

"Dasar!" Claudius melihatnya dengan wajah merendahkan dan mengejeknya: "Setiap kali tidak bisa menang dari orang, tapi tetap mau maju bertengkar dengan orang, kamu tidak malu?"

Satu kalimat dari Claudius membuat air mata Josephine mengalir.

Dia juga tahu dia sendiri sangat tidak berguna, tapi dia juga tidak ingin seperti ini, siapa suruh Shella Bai adalah nona besar yang mempunyai ibu dan ayah? Sedangkan dia bukan siapapun!

Claudius melihat air mata Josephine mengalir deras, membuatnya tidak tahu harus berbuat apa, Josephine yang menggila dan marah-marah, sangat mudah dihadapi, tapi Josephine yang menangis karena ditindas seperti ini, dia baru pertama kali melihat.

"Hei, apa maksudmu? Ingin aku keluar dan membalas dendam?" Claudius menghadapi lelaki sangat mudah, tapi perempuan......dia tidak bisa.

"Bukannya kamu bilang disini dilarang berhenti?" Josephine berkata dengan kesal.

Claudius tetap tidak menyalakan mesin mobil, malah mengambil secarik tisu dan melemparkannya ke Josephine: "Kalau aku jadi kamu, aku tidak akan pulang ke rumah itu."

Josephine mengangguk, membersihkan hidungnya dengan tisu.

"Sudah cukup menangisnya? Kalau sudah aku antar kamu pulang."

"Sudah." Josephine mengangguk.

Claudius menyalakan mesin mobil, melaju ke arah rumah keluarga Chen.

Meskipun Josephine tidak bisa memberitahu apapun ke Claudius, tidak bisa mengeluh ke Claudius, tapi di saat seperti ini tiba-tiba ada orang yang dia kenal di sampingnya, di dalam hati Josephine merasa hangat.

Josephine mendongak dan menatapi Claudius yang serius mengemudi, tiba-tiba teringat tadi Claudius bertanya apakah ingin dia membantu membalas Shella, kalau Josephine perlu, apakah masalah ini dia juga akan membantunya? Takutnya Claudius bekerja sama dengan pasangan ibu dan anak itu dan memaksanya menggugurkan anak ini.

Sampai ke rumah keluarga Chen, karena khawatir Nenek melihat wajahnya, Josephine pun menempel ke Claudius untuk masuk ke rumah.

Untung saja Nenek tidak di dalam rumah, Josephine pun langsung naik ke lantai atas.

Baru saja sampai ke kamar, sudah ada orang yang mengetuk pintu dan masuk, Vina berjalan masuk sambil membawa obat: "Nyonya muda, saya disuruh Tuan muda untuk membawakan salep ini untuk anda, sangat efektif dalam meredakan bengkak."

"Salep?" Josephine otomatis menggelengkan kepalanya: "Tidak, aku tidak perlu."

"Tapi....."

"Kamu cepat keluar." Josephine menutupi pipinya yang sakit, dia berpikir, masalah sekecil ini dibesar-besarkan, kalau nanti Nenek tahu, dia pasti dimarahi lagi.

Vina berdiri di tengah kamar, dia tidak tahu harus keluar atau tetap disini.

"Wajahmu pada dasarnya sudah tidak begitu cantik, masih bengkak seperti ini, kamu ingin mengejutkan siapa?" tiba-tiba terdengar suara Claudius dari pintu kamar, kemudian dia pun muncul di depan Vina dan Josephine.

Claudius mengambil salep dari tangan Vina, kemudian melangkah ke depan Josephine: "Turunkan tanganmu."

"Aku tidak mau mengusap obat salep di wajah, akan semakin jelek." Josephine tetap menutupi pipinya yang memerah.

"Obat ini transparan, tidak akan membuatmu semakin jelek."

Transparan? Kalau begitu masih bisa diterima.

Josephine pun menurunkan tangannya, kemudian menyampingkan badannya sedikit, mengulurkan wajahnya yang merah ke arah Claudius.

Claudius pun tidak ragu-ragu, setelah duduk di samping Josephine, dia pun membuka tutup obat, kemudian menggunakan cotton bud untuk mengoleskan salep ke wajah Josephine.

Salep tersebut mengandung daun mint, dioleskan di wajah terasa dingin, sangat nyaman, rasa sakit juga perlahan-lahan menghilang, terlebih lagi gerakan Claudius lebih ringan dan lembut dari yang dibayangkan, Josephine tenggelam di kenyamanan ini.

Kalau dia tahu salep ini sangat efektif seperti ini, dia sudah memakainya dari tadi.

"Sudah selesai." Claudius menyerahkan obat itu ke Vina, Vina pun menerima obatnya dan keluar.

Josephine membuka matanya, dan berterima kasih: "Terima kasih."

Claudius tidak menjawabnya, dia berdiri dari sisinya sambil mengambil secarik tisu untuk mengelap sisa obat yang tidak hati-hati terkena tangannya.

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu