Istri ke-7 - Bab 265 Ending 8 (3)

Meskipun berbaring di dalam pelukannya, Josephine Bai tidak memiliki rasa kantuk sama sekali, dia sedang memikirkan sesuatu dan bertanya: “Claudius, jika kita mengkremasikan Nyonya Jing, apakah Nenek akan menyalahkan kita? Apakah Nyonya Jing akan menyalahkan kita?”

Nenek Tua Chen merawat Nyonya Jing dengan baik, jika dia masih sadar sepenuhnya dengan segala ingatannya, apakah dia akan setuju mengkremasikan Nyonya Jing?

Claudius Chen berpikir sejenak dan menjawab: “Nenek merawat Nyonya Jing dengan baik karena penyakitku, sekarang aku sudah sembuh, dia seharusnya sudah percaya semua mitos itu tidak benar termasuk kekasih masa lalu. Jadi aku rasa dia akan setuju meskipun dalam kondisi sadar sepenuhnya. Untuk Nyonya Jing ... Bukannya orang yang telah meninggal sebaiknya dikuburkan? Aku mikir dia bisa merasa senang.

“Apakah kamu berpikir begitu?”

“Apakah perkataanku masuk logika?"

"Iya.” Josephine Bai mengangguk sembari tersenyum dan menyodorkan tubuhnya ke dalam pelukan Claudius Chen: "Suamiku memang cerdas."

"Terima kasih atas pujian istriku.” Claudius Chen tersenyum memeluknya kemudian mencium bibirnya.

-----

Di pusat rehabilitasi Rumah Sakit Qiao, Marco Qiao sedang berusaha berjalan menggunakan peralatan rehabilitasi kaki.

Jarak saluran pelatihan berjalan hanya sekitar dua puluhan meter, dia berjalan belum mencapai setengah perjalanan, keringatnya telah bercucuran, rasa sakitnya membuat wajahnya terlihat pucat dan menggertakkan gigi sembari menahan kesakitan.

Berdasarkan permintaan dokter, kedua tangannya memegang kedua pegangan tangan yang berada di samping kiri dan kanan, dia berusaha sekuat mungkin supaya kakinya bisa mengeluarkan tenaga, ketika dia baru saja berdiri dan belum melangkah maju sedikit pun, seketika itu juga dia terjatuh kembali ke lantai.

Dokter mengingatkannya dengan penuh kesabaran: “Tuan Muda Qiao, ketika kamu berdiri, berhenti sebentar jangan langsung buru-buru melangkah maju, majulah secara perlahan-lahan ...”

Marco Qiao melemparkan tongkat rehabilitasi dengan tidak sabar dan berteriak: “sudahlah, aku tidak mau jalan lagi, berjalan seperti ini tidak ada gunanya.”

Dokter melihat sekilas tongkat yang dilemparkan kemudian mengambilnya dan meletakkan di sampingnya: “Tuan Muda Qiao, meskipun hasilnya lambat, tidak berarti sama sekali tidak berguna, kamu lihat sekarang kamu bisa berjalan beberapa langkah, lama kelamaan akan berjalan semakin banyak langkah.

“Sebulan yang lalu kamu telah mengatakan seperti ini bukan? Setelah sebulan berlalu, aku hanya bisa berjalan beberapa langkah.”

Dokter menjelaskannya dengan sabar: “Tuan Muda Qiao, prosesnya memang agak lambat dan menyakitkan, namun ini merupakan proses yang wajib dilewati oleh setiap pasien dan tidak boleh terburu-buru ...”

“Ini bukan lambat saja! Tapi sama sekali tidak ada kemajuan, sangat membuang waktu.” Tuan Muda Qiao sedang meringis kesakitan, dia sama sekali tidak bisa mendengar pengarahan dari dokter, hanya ingin melampiaskan semua kemarahannya.

“Aduh ...” Terdengar suara seseorang yang meringis kesakitan di belakangnya.

Marco Qiao bergegas menoleh ke belakangnya ketika mendengar suara itu, dia melihat Belinda Yan hamil dengan perut semakin besar, sebelah tangannya sedang memegang pegangan pusat rehabilitasi dan sebelahnya lagi memegang pinggangnya, wajahnya yang pucat sedang duduk di atas lantai meringis kesakitan. Dia bertanya dengan khawatir: “Belinda Yan, ada apa denganmu? Bagaimana kamu bisa jatuh?”

Ekspresi Belinda Yan meringis kesakitan sembari memegang pinggangnya dan mengeluh: “Sakit ...”

“Apakah kamu baik-baik saja?” Marco Qiao bergegas memegang pegangan tangan dan ingin membantunya, namun dia tidak sanggup, akhirnya dia frustasi hanya bisa duduk pasrah di lantai.

“Pinggangku sakit, perutku sakit, aku harus bagaimana? Kamu juga tidak bisa membantuku.” Belinda Yan tetap memegang pinggangnya dengan ekspresi meringis kesakitan, setelah itu dia memegang perutnya yang membesar: “Anakku, kita harus bagaimana? Kamu lihat ayahmu yang bahkan tidak sanggup berdiri, apakah kita bisa berharap dia akan membantu kita?”

“Nona Yan, apakah kamu baik-baik saja?” Belinda Yan bersandiwara terlalu serius, bahkan dokter itu percaya dengan segala aktingnya, dia berjalan mengarahnya dan membantunya berdiri: “apakah kita perlu periksa ke dokter bagian kandungan?”

“Aduh, sakit sekali, apakah aku sudah mau melahirkan ...” Belinda Yan memegang perutnya dan berteriak: “Bagaimana ini? Anakku, kamu jangan terlalu cepat keluar, kita telah berjanji bahwa kamu baru boleh lahir ketika ayahmu sudah sanggup berjalan, aduh ... sakit sekali ...”

“Nona Yan, usia kandunganmu baru mencapai enam bulan, masih cukup lama menuju waktu melahirkan.”

“Apakah aku akan melahirkan secara prematur?” Belinda Yan bertanya dengan panik.

"Belinda Yan," Marco Qiao menatapnya pasrah: “Bisakah kamu berhenti berpura-pura?”

Ketika aktingnya diketahui oleh Marco Qiao, Belinda Yan berdeham dan menatapnya: “Baiklah, jadi apakah kamu mau melanjutkan proses rehabilitasi? Jika tidak tolong beritahuku secepatnya, aku bisa mencari jalan lain.”

Marco Qiao terus menerus diam tanpa kata.

Dokter tersebut menahan senyum dengan memasang ekspresi seserius mungkin berkata: “Tuan Muda Qiao, meskipun tadi Nona Yan hanya berpura-pura, tapi kondisi ini cepat atau lambat akan terjadi, saat Nona Yan akan melahirkan, rasa sakitnya akan lebih menyakitkan dari pada kondisi yang kita lihat tadi, apakah kamu ingin melihat dia sendiri merangkak ke rumah sakit untuk melahirkan?”

“Aku melihat dia sangat kesakitan sehingga tidak sanggup menjaga kami lagi.” Sebelah tangan Belinda Yan memegang pinggangnya dan sebelah tangannya lagi memegang perutnya berjalan di hadapan Marco Qiao, menatapnya sambil berkata: “Dokter, prosesnya terlalu sulit, kita berhenti sampai disini saja.”

Dokter melihat sekilas ekspresi Belinda Yan. Saat itu juga dia mengangguk setuju: “Baik, kita berhenti saja.” Setelah itu dia ingin membantu Marco Qiao untuk berhenti.

“Tidak perlu.” Marco Qiao mengangkat tangannya menandakan ingin menghentikan langkah dokter yang sedang berjalan mendekatinya, kemudian dia menempelkan kedua tangannya pada pegangan tangan sembari menahan kesakitan agar bisa berdiri.

"Tuan Muda Qiao, pelan-pelan saja.” Dokter mengingatkannya.

Marco Qiao memperlambat prosesnya. Setelah mendengar perkataan Belinda Yan, dia meyakinkan dirinya sendiri untuk lebih optimis.

Dokter melihat dia akhirnya melanjutkan proses rehabilitasinya, kemudian memutar badannnya menghadap Belinda Yan dan menunjukkan jempolnya. Dia berkata dengan suara yang sangat pelan: “Nona Yan bisa saja.”

Belinda Yan tersenyum dan menunjuk ke perutnya, "Ini semua berkat si kecil.”

Dalam beberapa bulan ini, setiap kali Marco Qiao hampir pasrah, dia selalu mengeluarkan si kecil sebagai alasan untuk menyemangatinya dan sangat bermanfaat.

Proses rehabilitasi berjalan sekitar satu jam lebih, setelah selesai Marco Qiao berkeringat dan tubuhnya sangat lelah.

Belinda Yan menatapnya dengan penuh kasihan, namun ini adalah proses menuju kesembuhan, meskipun dia sangat mengasihaninya, dia harus menahan dan menyemangatinya.

Belinda Yan melihat dia menuju ruang ganti dan mengganti pakaian bersih kemudian memberinya handuk hangat: “Apakah perlu bantuan?”

"Tidak, terima kasih." Marco Qiao mengambil handuk dan mulai menyeka tubuh yang berkeringat, ketika melihatnya berdiri di sebelahnya, dia menariknya agar duduk di kursi sebelahnya dan berkata: “Jangan berdiri, duduk saja.”

"Tidak apa-apa, dokter menyuruhku perbanyak berdiri dan berjalan.”

“Kamu kelihatan sangat lelah.” Marco Qiao melirik sekilas perutnya.

“Jika dibandingkan dengan kamu, aku tidak lelah sama sekali.” Setelah Belinda Yan mengatakannya, dia berteriak “aduh”.

Marco Qiao melihat wajahnya meringis kesakitan, bertanya dengan gugup: "Ada apa denganmu?”

"Dia menendangku ....... Aw ......” Belinda Yan berteriak lagi, tapi suaranya tidak sekeras yang tadi lagi.

Marco Qiao menatapnya: “Kamu serius?” Ekspresinya seperti berkata apakah dia sedang bersandiwara lagi?

Belinda Yan melihat ekspresinya yang tidak percaya, dia bergegas menarik tangannya dan meletakkan di atas perutnya: “dia sedang bergerak, apakah kamu merasakannya?”

“Iya.” Ekspresi Marco Qiao sangat kaget, saat itu juga dia sedikit salah tingkah: “Bagaimana dia bisa bergerak dengan begitu semangat? Apakah dia sedang berolahraga di dalam?”

“Dia mungkin sedang memutar badannya.” Kata Belinda Yan.

"Apakah dia masih bergerak? Sepertinya tidak lagi.”

“Iya, tidak bergerak lagi.” Belinda Yan mengangguk, tangan Marco Qiao tidak meninggalkan perut Belinda Yan, kemudian masih meraba-raba mencari gerakan si kecil di dalam perutnya.

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu