Istri ke-7 - Bab 161 Pernikahan, Ingkar Janji...... (2)

Dia memegang erat tangan Claudius, dan berjalan bersamanya kearah parkiran.

Kedua orang yang tengah bahagia itu sama sekali tidak melihat ada sesosok orang yang keluar dari sebuah sudut bangunan.

Susi dan Angie sekali mendengar Josephine akan mengadakan pernikahan lagi, mereka berkata, “Kamu mau menikah lagi?”

“Apa maksudnya lagi?” Josephine kehabisan kata-kata.

“Bukankah seperti itu? Ini sudah ketiga kalinya.” Angie melanjutkan, “Menurutmu apakah aku harus memberikan angpao untukmu apa tidak?”

“Tidak perlu.” Josephine tersenyum, “Kali ini tidak mengundang siapapun, hanya ada kalian berdua dan seorang pembawa acara pernikahan.”

Sekali mendengar perkataannya, Susi langsung marah, “Ini benar-benar keterlaluan, apa maksud Claudius? Jika tidak ingin mengadakannya maka tidak usah, mengapa mengadakan pernikahan seperti ini?”

“Itu permintaanku.” Josephine mengistirahatkannya diatas kursi, dan berkata, “Kamu jangan marah dulu, dengar dulu penjelasanku.”

Setelah itu dia baru melanjutkan, “Bukankah kalian yang menyuruhku unutk menggunakan trik-trik tertentu, aku sekarang sedang menggunakan sebuah trik.”

“Apa gunanya trik mu ini?” Susi kembali memotongnya perkataannya.

“Jika kamu ingin mengadakan pernikahan, harus seramai-ramainya dan biarkan wanita itu melihat betapa mesranya dirimu dan Claudius agar dia mengundurkan dirinya.”

“Aku tahu maksudmu, tapi aku tidak ingin Nenek Chen marah karena hal ini. Dia sudah sangat membenciku, dia pasti tidak akan menyetujui kami untuk mengadakan pernikahan, jika aku bersikeras ingin mengadakannya, maka hanya akan membuat hubungan Claudius dengan Nenek semakin buruk. Aku tidak ingin begitu.”

“Menurutku sifat menjaga segalanya hnaya ditakdirkan menjadi seseorang yang kalah.” Susi mengelengkan kepalanya dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

Angie ikut mengatakan, “Benar, aku setuju untuk mengadakan acara yang besar.”

“Kalian berdua dengar.” Josephine menaikkan volume suaranya, “Aku datang unutk memberitahu kalian, bukan untuk meminta pendapat kalian, yang penting kalian datang tepat waktu jam 9 saja.”

Susi dan Angie saling bertatapan lalu tidka mengatakan apa-apa lagi.

Sabtu pagi, Josephine menerima gaun dari sebuah perusahaan pembuatan gaun, dia berlari dari lantai atas, dan menerima gaun dari tangan petugas, dengan terkejut dia menyadari bahwa tipe gaun itu sama seperti yang dia desain sendiri.

Bagaimana caranya Claudius bisa menyiapkannya, benar-benar menakjubkan sekali!

Ternyata hari itu setelah keluar dari toko, Claudius mengambil teleponnya untuk mendapatkan gambar sketsanya, apakah ini adalah sebuah kejutan darinya?

Jika iya, dirinya sangatlah menyukainya.

“Nona Bai, kami temani kamu untuk mencoba gaunnya dulu.” Kata petugas sambil tersenyum.

“Baik.” Josephine membawa mereka kedalam rumah.

Gaun sangat cocok dibadannya, ini adalah sebuah tipe gaun yang tidak mempunyai rok yang besar dan tidak mempunyai ekor yang panjang, berwarna putih. Didekat pinggang terdapat beberapa bunga mawar yang bermekaran.

Petugas menaruh sebuah mahkota bunga kecil di kepala Josephine, dan berkata, “Sudah siap, nona Bai.”

Josephine berdiri kebelakang, dan melihat dirinya yang cantik dari cermin, dan menganggukkan kepalanya, sambil berkata, “Ternyata aku juga lumayan cantik.”

“Nona Bai memang cantik, siapa yang bilang tidak cantik?” kata petugas sambil tersenyum.

Claudius tidak pernah mengatakan dirinya cantik, pikir Josephine.

Setelah petugas pergi, Josephine menelepon Claudius, sisi lain dari telepon terdengar suara Claudius, “Apakah kamu sudah menerima gaunnya?”

“Sudah, terima kasih sayangku.”

“Kamu lupa memanggil ‘Suamiku’!”

“Terima kasih suamiku tersayang.”

“Hmm, apakah cantik?”

“Cantik, sama seperti apa yang kupikirkan.”

“Baiklah kalau begitu.”

“Oh iya, suamiku, untuk apa Pengurus He memanggilmu pulang? Apakah kamu sempat kembali sebelum pukul 9?”

“Tidak apa-apa, hanya saja nenek sedikit demam.”

“Nenek demam? Apakah dia baik-baik saja?”

“Baik-baik saja, kamu suruh Sam antar kamu ke gereja dulu, nanti aku akan langsung kesana.”

“Baiklah, kamu hati-hati juga dijalan.”

“Iya, dandan yang cantik.” Claudius tersenyum dan mengakhiri panggilan.

Setelah mengakhiri panggilan, Josephine melihat jam, sekarang masih terlalu pagi untuk pergi ke gereja, namun dia sudah tidak sabaran, lalu langsung menyuruh Sam untuk mengantarkannya ke gereja terlebih dahulu.

Gereja ini adalah gereja satu-satunya di kota Jakarta, megah dan terlihat sempurna.

Ketika Josephine memasukinya, dia langsung terpaku dengan suasana didalam sana, hatinya menjadi senang.

Malahan Susi dan Angie yang tidak serius sama sekali, mereka tersenyum dan bercanda gurau memasuki ruangan, sambil berkata, “Eh, datangnya pagi juga, kamu takut tidak dinikahi?”

Josephine menoleh kearah kedua teman baiknya, setelah menenangkan emosinya sendiri dia lalu berkata, “Apa katamu, aku sudah menikah!”

“Jadi kamu sudah tahu kamu bukan pengantin lagi, mengapa kamu masih begitu terharu, begitu tegang? Lihat, matanya saja sampai merah.” Angie mengulurkan tangannya dan mencubit pipi Josephine.

“Dasar, tidak boleh mencubit pipiku, aku berdandan tadi.”

“Dih, Claudius cium saja juga boleh, tapi kami bahkan tidak boleh menyentuhnya.”

“Ini namanya mementingkan cinta dari pada teman.” Lanjut Susi.

Josephine tidak mempedulikan ejekan dari temannya, dia memutari mereka berdua, dan berkata, “Sejujurnya, apakah aku cantik?” seusai berkata, dia melanjutkan dengan suara tegas, “Aku mau dengar perkataan jujur.”

Susi dan Angie saling bertatapan, lalu sama-sama berkata, “Sangat Cantik.”

“Benarkah?”

“Benar!”

“Memang benar adalah sahabatku, aku mencintai kalian.” Josephine memeluk mereka berdua.

Masih 30 menit sebelum jam 9, mereka bertiga duduk diatas kursi dan becanda gurau.

20 menit kemudian, pembawa acara juga telah tiba.

Susi melihat jam tangannya dan berkata, “Eh, apakah dia serius apa tidak? Dia membiarkan semua orang menunggunya?”

Josephine berkata, “Keluarga Chen jauh dari sini, normal juga jika dia terlambat.”

Meskipun dia berkata seperti itu, namun hatinya juga tetap saja merasa sedikit kecewa, 10 menit lagi sudah waktunya pernikahan, namun Claudius masih belum tiba. Jangan-jangan dia ingin seperti sinetron-sinetron, hingga detik terakhir baru mendorong pintu dan memberikannya surprise?

Setelah berpikir demikian, barulah hatinya tidak begitu kecewa lagi dan juga mulai berharap.

Namun 10 menit kemudian, suara lonceng jam 9 berbunyi, pintu tidak didorong seperti yang dipikirkannya, sosok Claudius juga tidak muncul seperti yang ada di film.

Bahkan pembawa acara bertanya, “Mengapa Tuan Claudius masih belum tiba? Jam bagus telah lewat!”

“Iya, ada apa yang terjadi? Aku sudah bilang dia tidak serius.” Kata Angie.

“Cepat telepon dia, Josephine.” Desak Susi.

Awalnya Josephine sedikit tidak tahu harus melakukan apa, setelah didesak oleh Susi, barulah dia mengeluarkan telepon dan menelepon Claudius, panggilannya terhubung namun tidak diangkat.

Josephine meneleponnya berkali-kali, namun tetap sama saja, lalu dia mengakhiri panggilannya.

“Ada apa? Tidak dijawab?”

“Iya.”

“Kabur dari pernikahan?” tebak Angie.

“Tidak mungkin.” Josephine mengelengkan kepalanya.

Apakah Claudius perlu kabur dari pernikahan? Sama sekali tidak perlu, bahkan tadi meneleponnya saja juga baik-baik saja.

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu