Istri ke-7 - Bab 174 Provokasi (1)

Setelah naik ke mobil, Josephine menoleh ke Claudius dan bertanya: "Kamu tidak menemaninya di rumah sakit?"

"Sudah cukup ada Maria." Claudius menghidupkan mobilnya dan berjalan menuju pintu rumah sakit.

Josephine melihatnya, dia bisa menebak sekarang Claudius pasti mengkhawatirkannya. Tapi tidak mau memperlihatkannya. Tapi kalau dipikir-pikir benar juga, orang yang sangat dikhawatirkannya, bagaimana mungkin bisa langsung putus hubungan begitu saja?

Dia menarik nafas, lalu berpikir sudahlah, kalau diganti dengan tiba-tiba Vincent Lee yang terluka, dia juga pasti akan khawatir.

Setelah mengantar Justin kembali ke apartemen, Claudius pun menoleh ke Josephine dan bertanya: "Mau kemana lagi?"

Josephine berpikir-pikir, sudah lama dia tidak jalan-jalan dengan Claudius, lalu dia pun menyarankan: "Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Grand Mall?"

Melihat Claudius yang menatapnya lama, Josephine pun memegang wajahnya: "Kenapa? Ada yang beda?"

Claudius menggeleng. Lalu tersenyum dan berkata: "Aku pikir kamu kan menyuruhku membawamu bertemu dengan Marco."

Josephine menjulingkan matanya, bisa jangan selucu ini tidak?

Dia menaikan bahunya, sengaja menggunakan nada memaafkan: "Sudahlah, belum tiga kali, kali ini kumaafkan."

"Kamu yakin?"

"Iya."

"Makasih." Claudius mendekatinya dan mencium keningnya.

Josephine menghapus bekas ciumannya, lalu menatapnya dan menyindirnya: "Tadi aku melihat ekspresimu yang mengkhawatirkannya, mana mungkin aku memperhitungkannya lagi denganmu?"

Claudius menepuk kepalanya: "Tidak boleh cemburu!"

"Jahat!" Josephine menjawabnya.

******

Karena bukan mobil yang mahal, mobil pun sudah bisa langsung diambil di toko. Josephine mengambil mobil putih, sepertinya masih lebih biasa dari mobil merah Susi.

Walaupun dia tidak begitu memerlukan mobil,, tapi saat mobil itu di depan matanya, dia tetap merasa senang.

Dia menelepon Claudius, bahkan dia lupa kalau dia sedang rapat: "Sayang, aku suka dengan mobilnya, makasih."

"Baguslah kalau kamu suka."

"Kalau begitu aku tidak menunggumu pulang kerja lagi ya."

"Begitu ya?"

"Aku tidak peduli. Malam ini aku harus pulang sendiri dengan mobil ini."

"Hati-hati di jalan."

"Oke." Josephine pun menutup telepon, Sam menjelaskan semua fungsi mobil itu, lalu dia pun mencobanya.

Saat di jalan, dia menrima telepon Susi, lalu dia pun menyetujui undangan makan malam mereka.

"Kenapa hari ini cepat kali kamu setujunya? Claudius lagi dinas?" Susi penasaran.

Dulu waktu mengajaknya keluar, dia pasti selalu meminta izin Claudius terlebih dahulu.

"Dia sedang rapat." Josephine menanyakan alamat dan lalu berangkat kesana.

Saat tiba disana, kebetulan Susi dan teman lainnya juga sedang memarkirkan mobil

Josephine sengaja memberhentikan mobil itu di samping mobil Susi, lalu mematikan mobil, dan turun dari mobil.

Susi dan Angie melihatnya turun dari kursi pengemudi, langsung terkejut dan melihat mobil barunya. Angie memutari mobil itu dan menanyakan kepada Josephine: "Ini mobil siapa?"

"Mobilku, pemberian Claudius."

"Cieh!" Susi pun langsung berteriak: "Dulu yang menertawaiku mengendarai "Mobil Pembengkalai istri", kenapa hari ini juga mengendarai mobil yang sama?"

"Iya, Josephine, kamu tidak apa-apa?" Angie menatapnya: "Claudius menyisakan semua uangnya untuk orang ketiga? Makanya membelikan mobil jelek ini untukmu?"

"Lihatlah dirimu, masih bisa tertawa seperti itu." Susi melanjutkan.

Setelah beberapa saat, Josephine akhirnya menjawab, lalu menepuk-nepuk mobilnya: "Sejak hari ini mobil ini naik pangkat dari "Mobil Pembengkalai Istri" menjadi "Mobil Penyayang Istri."

"Sudah tidak ada obatnya wanita ini." Angie menghela nafas.

Josephine lalu melanjutkan: "Kalian dengar dulu penjelasanku..." Dia berjalan ke samping Susi, menepuk mobilnya lalu berkata: "Akhirnya aku tahu kenapa Henry membelikanmu mobil murah ini untukmu, dia khawatir kamu mengendarai mobil yang terlalu mahal malah akan menarik perhatian orang jahat, dia mengkhawatirkanmu."

Melihat Susi yang tidak percaya, Josephine lalu berkata: "Kalian percaya dong, ini Claudius yang mengatakannya kepadaku."

Susi memandangnya, lalu menepuk pundaknya: "Kamu juga tidak sedikit pacaran, kenapa masih mudah dibohongi?"

"Maksudnya?"

"Maksudnya, ini Claudius sengaja membohongimu, lihatlah wajahmu yang polos." Angie menggeleng dan menarik tangan Susi: "Yok, kita masuk."

Josephine mengejar mereka: "Hei, kalian jangan gitu dong, walaupun Claudius banyak sifat jelek, tapi dia juga punya kelebihan, yaitu dia tidak pernah berbohong, dia..."

"Mobil, hati-hati!" Susi menarik Josephine, untung saja berhasil menghindar dari sebuah mobil Ferrari merah.

Mobil Ferrari merah itu pun berhenti di hadapan mereka, lalu pintu mobil pun terbuka, Juju turun dari mobil dengan terpincang-pincang. Saat melihat mereka, dia pun kaget lalu menyapa dengan sopan: "Kebetulan sekali, kalian juga makan disini?"

Susi dan Angie melihat Josephine, lalu melihat Juju dan mobil Ferrarinya, mereka tidak bisa menahan untuk tertawa.

Josephine melihat Juju, lalu memandang kakinya dan menyindir: "Kakimu cepat sembuh juga ya, sekarang sudah bisa mengendarai mobil."

"Sudah lumayan baikan kok, dan kaki yang terluka itu kaki kiri, tidak mempengaruhi aku mengendarai mobil." Juju bersikap lembut dan hangat lalu menatap mereka bertiga: "Kalian datang makan disini?"

"Iya, kalau kamu, datang pamer?" Susi menyindirnya dan memandang Ferrarinya: "Mobil ini memang mobil untuk orang ketiga, cocok juga denganmu ya."

Juju tidak marah, malah berkata Josephine: "Josephine, kalian jangan salah paham, mobil ini diberikan Claudius karena dia mau membalas budi karena aku sudah pernah menolongnya, tidak seperti yang kalian pikirkan."

"Aku tidak pernah berpikir begitu kok." Josephine bersikap santai: "Hal ini Claudius sudah meminta izin padaku, aku sudah setuju kok.."

"Benar begitu? Baguslah." Juju menghela nafas: "Sebenarnya Claudius hanya ingin merasa tenang, lagian orang yang dia pilih itu kamu."

"Benar, orang kaya selalu memakai cara ini untuk menghindari orang ketiga." Angie Yao mengangguk.

Juju pun tersenyum malu: "Sebelumnya aku yang tidak tahu, aku pikir aku bisa merebut Claudius darimu, sekarang malah jadi bahan tertawaan kalian."

"Tidak apa-apa, aku suka kok kalau ada yang lucu." Angie Yao berkata.

Ekspresi Juju pun menjadi pahit lalu bertanya: "Kalian mau makan apa? Aku traktir ya, anggap saja sebagai permintaan maaf untuk Josephine."

"Tidak perlu, kamu sudah minta maaf dulu." Josephine menjawab.

Mereka datang untuk makan hotpot, dasar isi hati wanita... Kalau hotpot itu disiram ke kepalanya bagaimana? Dia pasti tidak akan bisa keluar lagi dari masalah ini.

"Kalau benar ingin minta maaf, buktikan saja dengan sikapmu nanti." Susi menjawab.

"Sebenarnya aku sangat ingin berteman dengan kalian." Juju tersenyum: "Aku sangat kagum dengan Josephine yang punya dua sahabat seperti kalian, karena sejak kecil aku tidak punya."

"Aduh... kamu terlalu meninggikan kami, kami mana bisa cukup level untuk bisa berteman denganmu." Angie memegang perutnya dan berkata: "Perutku sudah kelaparan, boleh tidak jangan menghabiskan waktu disini dengan seorang pelakor?"

"Benar, ayo pergi..." Susi berkata.

Josephine melihat Juju, lalu bertanya: "Tujuanmu apa, langsung katakan saja, jangan takut-takuti aku lagi disini."

Benar, menurutnya, kelakuan Juju sangat aneh dan tidak berniat baik.

Sifat seseorang tidak akan berubah, dia tidak percaya seseorang akan berubah secepat itu, dan tidak mungkin akan berubah 180 derajat!

Memasuki restoran, Angie pun bertanya: "Kenapa setiap kali bertemu dengannya aku selalu merasakan akan terjadi sesuatu yang tidak baik? Josephine, kamu lebih baik menghindarinya."

Josephine berpikir-pikir, lalu menggeleng: "Tidak, sekarang dia hanya ingin mendekatiku, seharusnya tidak ada maksud jahat."

"Mendekatimu? Kenapa? Apa gunanya?" Susi tidak mengerti: "Dia tidak akan mengira kalau dia dekat denganmu lalu kamu akan memberikan Claudius kepadanya kan?"

"Aku juga menakutkan hal ini." Josephine pasrah dan menghela nafas: "Aku berharap dia hanya benar-benar ingin berteman denganku saja."

"Mimpi!"

Memang seperti bermimpi, Josephine berpikir, jangankan Susi dan Angie tidak percaya, dia sendiri juga tidak percaya.

Walaupun Juju seharusnya tidak akan seperti dulu lagi, tapi makan malam kali ini pun membuat Josephine merasa tidak tenang, hingga akhirnya selesai dan naik ke mobil tidak terjadi apa-apa lagi.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu