Istri ke-7 - Bab 253 Kuberi Tahu Satu Rahasia (1)

"kamu..." Ujar nenek marah, dengan tak habis pikir ia memandang Claudius, "kamu berani mengancamku?"

"Benar," kata Claudius menggertakkan gigi, "Aku sudah muak diatur nenek. Mulai hari ini, aku tak akan mau nenek atur lagi. Masalah Lily sudah lama berlalu, tidak akan aku telusuri lagi, tetapi aku tidak mau hal ini terjadi pada Josephine."

Setelah berkata demikian, Claudius berkata pada Pengurus He, "Pengurus He, tolong antarkan nenek pulang."

Pengurus He menatapnya, kemudian menatap nenek, akhirnya ia merangkul lengan nenek dan berkata untuk menenangkannya, "Nyonya Besar, mari kita pulang dulu."

Setelah itu, ia memberi isyarat mata pada nenek.

Meskipun tidak senang, pada akhirnya nenek tetap tak bisa menghadapi Claudius lagi, terpaksa ia berjalan keluar dengan marah.

Pengurus He dengan cepat menyusulnya, sambil berkata dengan khawatir, "Nyonya Besar. Jangan tergesa-gesa begini, hati-hati jatuh."

"Baguslah kalau aku jatuh lalu mati, kalau aku mati aku tak perlu dimarahi oleh anak ini lagi," kata nenek marah.

"Nyonya Besar, Anda jelas tahu Tuan Muda tidak akan membiarkan Anda melukai Nyonya Bai, saat kita datang bukankah kita juga tidak begitu berharap? Menurut Anda apa untungnya seperti itu terhadap Tuan Muda, tidak hanya tidak ada untungnya, malah sebaliknya akan merusak hubungan harmonis di antara kalian, sungguh tak pantas."

Kalimat ini tidak salah. Sebenarnya mereka sudah menebak hasil ini, awalnya walaupun itu Juju, Claudius juga tak mengizinkannya mengikuti arahan Guru Wang, apalagi kalau itu adalah Josephine yang dicintainya?

Nenek menghela nafas pasrah, walaupun ia murka, tetapi ia terpaksa menerima hal ini.

Josephine bersandar di pintu untuk mendengar sebentar, mendengar tidak ada pergerakan di pintu, baru ia membuka pintu kamar dan keluar.

Saat ia keluar, Claudius sedang berdiri di depan jendela, di tangannya terdapat sebatang rokok, asap rokok menari-nari, ekspresi Claudius nampak serius.

"Nenek sudah pergi?" Tanya Josephine sambil berjalan menghampirinya, kemudian merebut rokok yang hanya tersisa setengah itu dan menekan ujungnya di asbak untuk memadamkannya.

"Sudah," ujar Claudius lalu berbalik, melihat sorot matanya, hati Claudius terisi perasaan iba, ia pun berkata, "Josephine, percayalah padaku, aku tidak akan pernah membiarkan nenek menyakitimu lagi."

"Aku percaya," ujar Josephine lalu mengangguk.

"Aku akan membawamu kembali ke keluarga Chen, tetapi tidak untuk mengambil jantungmu, melainkan untuk hidup bersamamu."

"Claudius..."

"Ssh..." Desis Claudius sambil meletakkan jari telunjuknya di depan mulut, membuat gerakan yang melarangnya berbicara, lalu ia berkata, "Aku tahu apa yang mau kamu katakan, kamu tidak perlu langsung menjawabku secepat ini."

"Claudius, hari ini aku harus pulang."

Claudius terdiam sebentar lalu berkata, "Biar kuantar."

Setelah berkata demikian, ia pun berbalik dan menyambar kunci mobilnya di atas meja, melihat sosoknya dari belakang, Josephine terkejut.

Ternyata ia akan membiarkannya pulang? Dan lagi ia setuju dengan begitu cepat? Ini benar-benar tidak seperti biasanya.

Ia tak bisa berpikir terlalu banyak, dengan cepat ia mengikuti langkah Claudius, meninggalkan apartemen itu bersamanya.

Claudius tidak bohong, ia benar-benar mengantarkannya sampai ke mansion keluarga Qiao, Josephine melepas sabuk pengaman, kemudian menoleh pada Claudius dan berkata, "Terima kasih, aku masuk dulu."

Claudius menatap pekarangan rumah itu dari balik kaca jendela mobilnya, lalu memandang Josephine dan berkata sambil tersenyum, "kamu tidak mempersilakan aku masuk dan bertamu?"

Mengajaknya bertamu? Ini sungguh tak seperti dirinya, Josephine pun sedikit kebingungan.

Tanpa menunggu persetujuannya, Claudius membuka pintu mobil terlebih dahulu dan turun, kemudian berjalan ke dalam pekarangan.

"Claudius, kamu sedang apa..." Ujar Josephine sambil tergesa-gesa turun dan mengikutinya.

Marco ada di rumah, kalau ia masuk begitu saja, bukankah ia sengaja memancing amarah Marco?

Marco mendengar suara di luar dari dalam rumah, saat ia keluar dari rumah, ia melihat Claudius, tampak kekagetan di wajahnya. Josephine seketika tak tahu bagaimana harus menjelaskan keadaan ini, ia hanya bisa terdiam dan memandang Marco dengan wajah khawatir.

Marco mengarahkan pandangan pada Josephine, lalu tertawa kecil dan berkata, "kamu sudah pulang."

"Iya," jawab Josephine lalu menghampirinya dan menunduk di hadapannya, "Bukti yang Juju kirim sudah ada di tanganku, Sally juga telah ditangkap, jadi aku pulang."

"Kalau begitu kamu akhirnya aman?"

"Benar," kata Josephine sambil mengangguk, kemudian ia menoleh pada Claudius dan berkata, "Claudius mengantarkanku pulang, ia bilang ingin bertamu, apa boleh?"

Marco memandang Claudius dari ujung kepala Josephine, tanpa menunggu jawabannya, Claudius langsung menghampirinya dan berkata, "Josephine akhirnya aman, hal sebaik ini sudah sepantasnya kita rayakan bersama bukan?"

Setelah berkata demikian, ia sudah melangkah masuk ke dalam rumah, sama sekali tidak memberi mereka kesempatan untuk menentang.

Josephine menggenggam tangan Marco lalu berkata pelan, "Marco, jangan marah, sifat Claudius memang begitu."

"Aku mengerti," kata Marco sambil tersenyum padanya, lalu berputar dan masuk ke rumah.

Claudius melihat kemesraan mereka berdua, seketika ia merasa tidak senang, setelah ragu untuk sesaat, ia menoleh pada Josephine dan berkata, "Josephine, kebetulan kita belum makan malam, tolong tambahkan 1 porsi untuk makan malam, terima kasih."

Josephine kehabisan kata-kata, dalam hati ia berpikir orang ini benar-benar diberi hati minta ampela.

Josephine menganga sambil memandang Marco, Marco malah tersenyum kecil tanpa kemarahan sedikitpun, lalu berkata, "Yuk, kebetulan aku juga belum makan."

Walaupun Marco sudah berkata demikian, namun Josephine merasa makan bertiga akan sangat canggung, apalagi kalau mereka berdua ditinggal di rumah saat ia pergi membeli bahan masakan, bagaimana kalau mereka berkelahi?

Marco bisa menebak kekhawatirannya, ia pun menenangkannya dengan lembut, "Pergilah, tidak apa-apa."

Josephine pun akhirnya pergi membeli bahan untuk makan malam.

Baru saja Josephine pergi, Marco mencemooh Claudius dan berkata, "Claudius Chen, aku merasa kamu harus mengubah marga Chen-mu itu menjadi bajingan, benar-benar cocok."

Claudius tidak marah, ia hanya mengangkat bahu dan berkata, "Kalau kamu tidak melepaskan Josephine, aku merasa kamu malah lebih cocok dengan marga itu."

Ia maju selangkah, menatap Marco dan berkata lagi, "Apakah kamu masih ingat dengan janjimu? Asalkan aku menyelesaikan masalah Juju dan Sally, kamu akan mengembalikan Josephine padaku."

Marco tertawa dingin, ia menatap balik kepadanya dan menggeleng, lalu berkata, "kamu kira semuanya sudah selesai? Sama sekali belum."

Claudius tersentak, seketika ia pun murka, "Sepertinya janjimu dulu hanyalah sebuah alasan untuk menghalangiku, sama sekali tidak bisa dipercaya."

"Claudius, bahkan jika masalah Juju dan Sally sudah dibereskan, namun masih ada seseorang yang paling berbahaya yang belum dibereskan, dan selamanya tak mungkin bisa dibereskan."

"Maksudmu nenek?"

"Memangnya salah?"

Claudius terdiam, ia tak bisa menentang.

Barusan tadi, nenek baru saja menekan Josephine sedemikian rupa, kalau saja bukan karena ia mengusirnya tepat waktu, Josephine mungkin sudah dibawa kembali ke rumah keluarga Chen, tidak, mungkin sudah disembunyikan ke suatu tempat oleh nenek.

Meskipun semua ini adalah kenyataan, tetapi Claudius tetap sangat marah hingga ingin mencekik Marco sampai mati. Ia pun berseru murka, "Kalau begitu kamu tidak berencana menyerahkan Josephine padaku?"

"Aku masih akan menjawab seperti tadi, tunggu sampai kamu bisa menjamin kamu bisa melindungi Josephine, baru datang dan mintalah lagi padaku," ucap Marco dengan wajah dingin.

"kamu dari awal menipuku!" Seru Claudius sambil mencengkeram kerah baju Marco dan menatapnya, ia marah hingga menggertakkan gigi.

Marco sama sekali tidak kelihatan marah, ia hanya menyingkirkan tangan Claudius dari bajunya, dengan wajah datar ia berkata, "Claudius kamu harus logis, jangan buat Josephine kesulitan."

Claudius mundur selangkah dengan kesal, ia masih berharap bisa merebut kembali Josephine dari genggaman Marco, namun sepertinya tidak mungkin!

Novel Terkait

Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu