Istri ke-7 - Bab 141 Tidak Ingin Kehilangan Kesempatan (3)

Setelah itu dia menarik kembali tangan Josephine: "Tapi aku tahu pikiranmu, asalkan ada setitik harapan saja, kamu tidak akan menyerah kan? Kamu tenang saja, aku sudah menyuruh Henry untuk mencarinya, kemampuan Henry Qiao juga tidak kalah dengan Claudius, lagi pula dia adalah bos Prima Medical, kalau dia pun tidak bisa mencarinya, Claudius juga tidak bisa, jadi..."

"Urusan mencari anak, kamu serahkan saja padaku?" Katanya.

Josephine menatapnya dan bertanya khawatir: "Tuan muda Qiao benar-benar akan membantuku mencarinya?"

"Pasti, aku akan mengingatkannya terus."

"Terima kasih."

Tidak usah sungkan, kamu jaga dirimu dengan baik, Vincent Lee sudah tidak mungkin lagi, kehidupanmu sekarang adalah bersama Claudius."

"Aku dan Claudius..." Josephine tersenyum, dia sama sekali tidak berani memikirkan ini.

"Dalam hal ini kamu memang salah besar, kamu yang bersalah kepada keluarga mereka, aku rasa Claudius sudah cukup berbaik hati kepadamu, kamu sering-seringlah buat dia senang, kalau hatinya senang, dia pasti akan memaafkanmu." Susi tersenyum: "Sungguh, dibandingkan dengan Vincent Lee, aku lebih mendukungmu bersama Claudius."

Josephine merasa kacau dan menghela nafas: "Sekarang yang ada di dalam kepalaku hanyalah Justin dan anakku, aku tidak berani memikirkan ini, oyah..."

Tiba-tiba dia bertanya: "Aku ingat panti asuhan Harapan tidak jauh dari sini bukan?"

"Josephine kamu..." Susi pasrah dan menjulingkan matanya: "Bukannya tadi aku sudah bilang, kamu belum melahirkan, tapi anak itu sudah ada di depan pintu."

Josephine terdiam.

Susi berdiri dari sofa: "Kita cepat turun ke bawah, aku masih mau menyambut tamu."

"Josephine merasa kacau dan menjawab: "Kamu turun saja dulu, aku ingin duduk disini dulu sebenatar."

"Oke, nanti kamu turun sendiri saja." Susi pergi dari kamarnya dan turun ke bawah menyambut tamu undangan.

Josephine duduk sendirian di atas sofa, dia memegang gelas itu dan meminum air seteguk demi seteguk, pikirannya kacau, dia merasa kalau dia harus pergi ke panti asuhan, mungkin saja staf disana salah ingat? Atau sengaja berbohong? Dia tidak boleh menyerah begitu saja.

Panti asuhan Harapan dekat dari sini, kalau sekarang dia pergi lalu kembali lagi, seharusnya Claudius tidak akan tahu bukan?

Setelah memutuskannya, dia melepas gelas di tangannya dan berjalan keluar kamar, lalu saat di tangga dia melihat ke bawah, Claudius dan Henry Qiao sedang ngobrol, sepertinya akan berlangsung lama.

Biasanya villa tetap ada pintu belakang, dia kembali ke lantai dua, disana ada sebuah pintu, tapi dia tidak tahu apakah pintu itu adalah pintu belakang.

Saat ragu, tiba-tiba dia mendengar suara pintu terbuka dari kamar di sampingnya. Pria muda yang tadi muncul lagi di hadapannya. Melihat dia yang diam-diam, Pria itu pun mengerutkan alisnya dan bertanya: "Kamu salah pintu lagi?"

Josephine melihatnya: "Bukan..."

Dia ragu sejenak, menatapnya dan bertanya: "Kamu tuan muda Qiao bukan, bisakah kamu beritahu pintu belakang ada dimana ya."

Susi bilang kepadanya tuan muda Qiao yang satu ini karena kakinya yang sakit menjadi emosian, tapi dia juga tidak punya cara lain, selain meminta bantuannya.

Dia masih sama seperti tadi, tidak emosi, dan juga tidak ada rasa tidak senang, dia hanya menunjuk ke pintu itu dan berkata: Ini adalah tangga untuk berjalan ke taman belakang, tapi sekarang sudah malam, lebih baik jangan kemana-mana.

Josephine mendorong pintu itu dan membukanya, lalu setelah membuka pintu kamar itu akhirnya dia melihat sebuah tangga yang menuju taman bunga itu, berjalan dari sini ke pintu gerbang, pasti tidak akan ada orang yang memperhatikannya.

"Terima kasih." Dia melangkah, lalu seperti telah mengingat sesuatu, dia menolehnya dan berkata: "Sebenarnya tidak apa-apa kalau kedua kaki cacat, asalkan kita tetap menjalankan hidup kita denga positif, dan menjadi orang baik, tetap adalah orang yang pantas untuk dihormati orang lain.

Setelah itu, dia berlari ke bawah, meninggalkan pria itu duduk sendiri di tempat itu.

Dari taman bunga hingga ke depan rumah, Josephine berhasil keluar dari rumah itu, dan tetap berlari menuju ke jalan raya. Untung saja rumah keluarga Qiao tidak jauh dari jalan raya, lalu dia pun menaiki taxi.

Panti Asuhan Harapan adalah panti asuhan baru yang belum berdiri lama, Josephine membujuk satpam yang menjaga pintu, tapi dia tetap dilarang masuk. Akhirnya dia tidak punya cara lain lagi, lalu menggunakan nama Claudius dan berkata: "Aku adalah istri dari Claudius, keluarga Chen, aku ingin menyumbang sedikit, jadi aku ingin datang sendiri dan melihat kebutuhan di panti ini."

Mendengar dia adalah istri Claudius, satpam akhirnya sadar dan mengangguk-gangguk kepalanya: Pantas saja kamu seperti pernah kulihat dimana, ternyata aku pernah melihatmu di koran."

Lalu, Josephine disambut hangat dan masuk ke panti.

Dia mengatakan kepada mereka waktu lahir anaknya, staf panti pun membawanya ke sebuah kamar bayi, menunjuk beberapa bayi kepadanya: Beberapa ini adalah yang dibuang kesini dua bulan lalu, ada juga yang diantar oleh polisi, dan dua ini adalah bayi perempuan, nyonya..."

Josephine lalu berkata: "Oh, aku ingin lihat, ada temanku yang ingin mengadopsi anak."

"Kalau adopsi... yang ini lebih baik." Staf menunkikkan seorang bayi perempuan: "Saat itu dia dibuang di depan pintu panti, setelah pemeriksaan, semuanya normal."

"Kapan dibuang?" Josephine menatap bayi itu, melihatnya lebih cantik dari bayi lain, kulitnya putih dan gemuk, tapi dia tidak bisa melihat dia mirip siapa, karena bayi itu sedang tidur dan masih terlalu kecil.

Saat staf mengatakan tanggal itu, dia kecewa lagi, sama persis dengan yang dikatakan Susi.

*****

Di dalam rumah keluarga Qiao, Claudius tidak menemukan Josephine, dia pun merasa tidak enak.

Susi mencarinya kemana-mana, dia pun menjadi panik, dia bahkan tidak berani menatap pandangan mata Claudius yang kejam itu.

"Itu... aku tadi ngobrol dengannya di bawah, lalu dia bilang dia ingin ke lantai atas..." Susi tertawa canggung dan merasa bersalah: "Maaf, aku tidak menyangka dia akan lari dari pintu belakang."

"Lebih baik kamu segera menemukannya." Claudius marah.

"Tapi dia juga tidak ada hp, harus bagaimana mencarinya."

"Claudius, kamu jangan takuti istriku." Henry Qiao datang, merangkul pundak Claudius dan berkata: "Kamu yang membuat hilang istrimu sendiri, masa minta dari orang lain, lucu sekali bukan?"

Melihat Claudius yang akan marah, Henry Qiao pun segera mencegahnya: "Kamu jangan panik, mungkin dia hanya berjalan ke sekitar, sebentar lagi pulang."

"Lebih baik begitu!" Claudius berteriak, berbalik badan dan berjalan ke arah gerbang villa, hatinya berkecamuk.

Dia tahu kalau tidak boleh memindahkan pandangan matanya darinya, dia tahu dia pasti akan melarikan diri!

Dasar wanita sialan, awas kalau ketemu!

Pikirnya dalam hati.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu