Istri ke-7 - Bab 195 Membuat Kesempatan (1)

"Dia..." Direktur Zhang mengamati ekspresi Josephine, sejenak ia tak bisa menebak sebenarnya wanita itu ingin Claudius datang atau tidak. Ia pun menjawab: "Jessie, apakah kau sering bertemu dengan Claudius akhir-akhir ini?"

"Tidak, aku hanya mengantar sketsa 2 kali."

"Nah, petinggi sesibuk itu, mana mungkin mau menghadiri perjamuan dari perusahaan kecil seperti kita?" Direktur Zhang terkekeh.

Baik berdasarkan kebiasaan maupun berdasarkan karakter Claudius Chen, ia tak akan datang, Josephine dapat menerka hal ini. Ia pun mengangguk, "Baik kalau begitu."

Sorenya Josephine menelepon Marco untuk menyuruhnya menjemput Jesslyn, lalu ikut Direktur Zhang dan Lola ke vila greenhill.

Villa green hill terletak agak jauh dari kota. Saat ketiganya sampai di sana, Claudius telah menunggu di dalam ruangan. Dia berdiri di depan jendela mengamati pemandangan gunung di luar. Saat dia melihat Josephine turun dari mobil dan masuk ke hotel, ia baru berbalik badan.

"Aduh, Tuan Chen cepat sekali sudah sampai di sini? Maaf, maaf, kami terlambat..." Direktur Zhang buru-buru masuk. Ia hendak menjabat kedua tangan Claudius, namun tiba-tiba teringat kalau Claudius tidak punya kebiasaan berjabat tangan. Ia pun segera menarik tangannya kembali.

"Saya kira Anda tidak akan datang secepat ini. Ini salah saya tidak berangkat lebih awal..." Ujar Direktur Zhang panjang lebar.

Claudius bukannya kesal, ia malah tersenyum, "Direktur Zhang tidak perlu merasa bersalah, saya juga baru datang."

Josephine yang berdiri di samping pintu langsung tercengang melihat Claudius. Bukankah katanya Asisten Yan yang datang? Bagaimana bisa Claudius?

"Wah, jadi ini Tuan Chen yang melegenda itu? Dia tampak lebih tampan dibandingkan di majalah lho," Lola menggoyang-goyangkan lengan Josephine, "Kak, apa kau lihat? Tampan sekali..."

Josephine hanya bisa menatapnya pasrah, bisakah dia tidak berteriak sekeras itu?

Josephine menarik napas dalam-dalam, lalu menyapa Claudius dengan sopan, "Selamar malam, Tuan Chen."

"Selamat malam, Tuan Chen," Lola mendahului Josephine berjalan di depannya, lalu mengulurkan tangan pada Claudius, "Saya adalah sekretarisnya Direktur Zhang. Nama saya Lola, saya..."

"Eh..." Direktur Zhang menarik tangan mungil Lola, ia tertawa dan berkata, "Silakan duduk, Tuan Chen, seharusnya makanan akan segera disajikan."

Kemudian, ia memberi tanda dengan matanya kepada Josephine. Josephine pun ikut mempersilakan Claudius duduk.

Melihat Lola yang begitu terpesona akan Claudius, Direktur Zhang merasa tak suka, apalagi fungsi Lola hari ini adalah menemaninya bersandiwara. Dia menarik Lola duduk di sebelahnya, lalu menyuruh Josephine duduk di sebelah Claudius.

Josephine mendongak dan menatap Claudius sekilas. Setelah mempersilakannya duduk, diam-diam ia menggeser kursinya ke samping lalu duduk.

Beragam makanan lezat dengan cepat tersaji. Semuanya tampak cantik dan mewah. Direktur Zhang mengajak Claudius mengobrol sambil memberi isyarat pada Josephine agar mengambilkan makanan untuk pria itu. Josephine mengambil sumpit sambil tersenyum. Ia bingung hendak mulai dari mana, karena ia sama sekali tak tahu makanan apa yang disukai Claudius.

Claudius melihatnya kebingungan, namun ia hanya diam.

Josephine akhirnya mengarahkan sumpitnya ke masakan iga babi arak merah. Namun karena iga itu terlalu licin dan jarinya yang terluka belum sembuh total, ia tak kunjung bisa menyumpitnya.

"Biarkan aku saja," kata Claudius mengambil sumpit di depannya. Dia mengambil iga itu dengan mudah dan meletakkannya ke dalam mangkuk Josephine, lalu baru mengambil untuk dirinya sendiri.

Melihat mereka berdua, Direktur Zhang diam-diam bergembira.

"Tuan Chen, saya juga mau..."Lola mengangkat mangkuknya mendekat pada Claudius. Wajahnya tersenyum penuh kekaguman.

Wajah Direktur Zhang seketika menggelap. Ia buru-buru menepis tangan Lola, "Tidak sopan sekali! Ambil sendiri kalau mau makan."

Lola memanyunkan bibirnya dengan malu. Ia tak terima, "Kakak Jessie juga diambilkan oleh Tuan Chen."

"Tangannya terluka, apa kau juga?"

Melihat Lola yang malu sekaligus kesal, Josephine pun tertawa. Ia memberikan iga babinya pada Lola, "Ini untukmu."

Direktur Zhang terkekeh, "Maaf, Tuan Chen. Saya terlalu memanjakannya."

"Mari, kita bersulang," Direktur Zhang mengangkat gelasnya ke arah Claudius sambil mengajak Josephine, "Nona Jessie, mari kita bersulang untuk Tuan Claudius."

"Semoga Tuan Chen semakin hari semakin tampan," Lola mengangkat gelasnya sambil tertawa.

"Semoga bisnis Tuan Chen semakin berkembang," lanjut Josephine.

"Terima kasih," Claudius menyulangkan gelasnya ke arah mereka semua, lalu mendongak dan meminumnya sampai habis.

Josephine tidak bisa minum anggur, jadi ia hanya mencicipinya sedikit.

Karena ada Direktur Zhang yang cerewet itu, situasi makan malam ini sangat lumayan, setelah makan, makanan kecil mulai dihidangkan, Lola mengamati kue kecil di atas meja, mengerutkan dahinya dan berkata, “Kenapa bukan rasa apel?”

“Ini rasa teh hijau,” kata pelayan sambil tersenyum.

“Kak Jessie, ini kesukaanmu loh.”

“Aku sudah kenyang, kalian saja makanlah.”

“Aku juga sudah kenyang,” kata Lola tak tertarik pada hidangan penutup, ia melihat jam tangannya kemudian berkata dengan sangat gembira, “Jam setengah 9 ada pertunjukan di sana loh, yuk pergi, kalau sekarang kita ke sana masih terkejar.”

“Tidak usah pergi deh, besok masih harus pergi kerja,” ujar Josephine buka mulut untuk menentang, selesai melihat pertunjukan paling tidak jam setengah 10, lalu dari sini ke rumah… Terlalu malam.

“Kak Jessie, kau jangan mengecewakan begini dong,” kata Lola tiba-tiba sambil tersenyum, “Kalau kau tidak mau lihat ya sudah, aku akan pergi bersama Tuan Chen dan Direktur Zhang.”

“Maaf, aku tidak tertarik pada pertunjukan,” sahut Claudius.

Direktur Zhang melihat Claudius dan Josephine, ia merasa waktunya tepat, karena itu ia menarik tangan Lola, “Sayang, aku saja yang menemanimu.”

“Tidak, aku mau pergi dengan Tuan Chen.”

“Tuan Chen sudah bilang tidak tertarik,” kata Direktur Zhang menarik paksa lengan Lola, lalu menoleh pada Claudius dan berkata, “Tuan Chen, aku pamit dulu, juga Jessie, gantikan aku melayani Tuan Chen.”

Tanpa menunggu Josephine menyadarinya, Direktur Zhang sudah membawa Lola pergi dari sana.

Karena Direktur Zhang yang cerewet pergi, di dalam ruangan itu seketika menjadi sunyi, Josephine menghirup napas kecil, demi memecah keheningan ia tersenyum dan berkata, “Lola memang begitu, sifatnya terbuka dan lincah.”

Claudius seperti tidak tertarik dengan pembicaraan itu, ia malah mengamati tangan kanan Josephine dan berkata, “Tanganmu masih sakit?”

Josephine menarik tangannya dan menggeleng, “Tidak terlalu.”

Claudius pun mengangguk, tidak berkata-kata.

Kemudian ia mengambil sumpit dan mengambil sepotong kue lalu meletakkannya di depan Josephine, lalu bertanya, “Kau suka kue rasa teh hijau?”

“Benar, terima kasih,” kata Josephine mengambil kue itu dan menggigitnya.

“Pas sekali, kebetulan aku juga suka,” kata Claudius dengan nada bercanda sambil menatapnya.

Kue rasa teh hijau bahkan juga dipersiapkan, sepertinya sandiwara ini berjalan cukup lancar!

Josephine tidak mengerti apa yang dipikirkan Claudius dalam hati, ia tertawa kecil dan berkata, “Kue di sini enak, Tuan Chen pasti akan lebih suka.”

“Sepertinya benar-benar enak,” kata Claudius mengambil sepotong kue dan menggigitnya, lalu memakannya pelan-pelan, seperti sengaja menunggunya melakukan gerakan selanjutnya.

Selesai makan kue, Josephine mengelap tangannya, kemudian diam-diam melihat arlojinya, dengan ragu berkata, “Tuan Chen, karena tidak ada hal lain lagi, bagaimana kalau kita bubarkan, mari pulang dan istirahat lebih awal.”

“Bubar?”

“Iya, bolehkah?”

“Tentu boleh.”

“Kalau begitu aku pergi dulu,” kata Josephine bangkit dari kursinya, menyambar tas dan berterima kasih padanya, kemudian berbalik dan keluar.

Ia sungguh… Pergi begini saja.

Claudius menatap pintu yang telah ditutup olehnya, ia diam beberapa saat, baru pelan-pelan berdiri, lalu melangkah ke depan jendela.

Melalui kaca jendela, ia melihat Josephine berdiri di jalan menunggu taksi, setelah dengan tidak mudah mendapat sebuah taksi, taksinya malah direbut oleh seorang wanita, ia hanya bisa berdiri di tempat memandang mobil itu pergi.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu