Istri ke-7 - Bab 177 Kambuh (2)

"Kalau aku punya tujuan merebut Claudius, aku bisa mencari nenek untuk memutuskan, aku..."

"Cukup!" Seru Claudius yang sebelumnya terus diam, ia dengan marah melontarkan sepatah kata itu, dengan sempoyongan berdiri. Ia tidak menyalahkan Juju, juga tidak meragukannya, tapi ia menatap Josephine dan berkata dingin, "Sudah cukup belum? Kalau sudah segera enyah dari sini!"

"Claudius," ujar Josephine, bisa-bisanya ia membiarkan Juju dan mengusirnya?

Claudius maju dan menatapnya, "Walaupun ada sesuatu di antara aku dan Juju, itu juga di bawah kau dan Vincent, kau tidak berhak mengatur."

"Sudah kubilang aku tidak bersama Vincent."

"Sudah kubilang aku tidak mau mendengarmu mengarang kebohongan apapun!" Seru Claudius memutus perkataan Josephine, lalu menunjuk ke arah pintu, "Cepat keluar!"

"Ini rumahku, kalau mengusir usirlah dia!" Kata Josephine menunjuk Juju.

Juju segera menenangkan, "Josephine, kau cepatlah kembali, setelah aku membereskan tempat ini aku akan segera pergi, aku bersumpah aku tidak ada pikiran lain terhadap Claudius, sedikitpun tidak ada."

"Jangan pura-pura baik!" Kata Josephine memandang dengan jijik wajah palsunya, "Ini rumahku, aku yang akan membereskannya!"

Claudius dengan tak sabaran melangkah ke arahnya, menarik lengannya dan membawanya ke arah pintu. Langkahnya sempoyongan, ia menarik Josephine sampai ikut sempoyongan. tetapi tenaganya sangat amat besar, seketika ia mendorong Josephine keluar dari pintu.

Sambil melawan Josephine berkata panik, "Claudius, apa yang kau lakukan? Apakah kau berencana membiarkannya menginap semalaman?"

"Tak ada urusannya denganmu!"

"Bagaimana bisa tak ada urusannya denganku? Kuberitahu kamu, kalau kau naik ranjang dengannya, kau tak akan lagi memiliki kesempatan untuk melepaskannya!"

Josephine mencengkeram bingkai pintu mati-matian, namun Claudius melepasnya dengan kuat, "Brak", pintu pun tertutup erat, selanjutnya terdengar suara pintu dikunci.

Saat pintu akan tertutup, Josephine melihat wajah Juju jelas menampakkan senyuman yang menyindirnya. Ia berdiri termenung di depan pintu, memelototi pintu yang tertutup itu dan seketika tak tahu harus bagaimana.

Diusir dengan tak berperasaan begini, ia seharusnya membawa harga dirinya dan pergi dari sana, namun kakinya tak bisa bergerak. Dalam hatinya ada sebuah suara yang berkata, tak boleh membiarkan Juju bermalam di sini, tak boleh membiarkan rencana busuknya berjalan.

Sekarang Claudius sudah mabuk, kemampuan kontrol dirinya tentu akan buruk, tentu ia akan tertipu oleh Juju.

Ia diam di depan pintu beberapa saat, ia mulai memikirkan bagaimana cara untuk masuk lagi ke dalam. Pintunya dikunci oleh Claudius, ia tak bisa masuk, ia mengamati sekitarnya, kemudian pandangannya jatuh pada pintu di sebelah.

Itu adalah apartemen Vincent, ia ingat dulu saat Claudius mabuk ia melompat ke teras Vincent, bukankah ia juga bisa memanjat ke sana?

Meskipun begini sangat berbahaya, namun demi mencegah rencana busuk Juju, ia membulatkan tekad melakukannya.

Ia berjalan ke pintu apartemen Vincent, lalu mencoba menekan tombol password, sebelumnya saat ia masuk ke sini passwordnya belum diubah, tak disangka selama ini passwordnya masih tetap sama.

Setelah membuka pintu, ia mengamati sekitarnya, di dalamnya sama seperti saat sebelumnya ia kemari. Ia melangkah ke arah teras, berdiri di belakang terali dan melihat jarak antara dua teras itu.

Baru melihat saja kakinya sudah lemas.

Jaraknya sangat jauh, dengan kekuatannya tidak mungkin bisa melompat dengan mudahnya seperti Claudius.

Ia menghirup napas dalam, kemudian dengan berhati-hati naik ke atas pagar teras, ia memutuskan merayap ke sana mengikuti pegangan di dinding.

Walaupun Claudius mabuk, Juju tidak mabuk, ia membereskan meja, kemudian mengamati Claudius yang lebih mengenaskan daripada sebelumnya. "Claudius, kembalilah ke kamar dan tidur, kali ini aku benaran akan pergi."

Claudius mengulurkan tangannya untuk mengambil bir, Juju menekan tangannya dan berkata, "Jangan minum lagi, kalau aku tahu kau tidak boleh minum dari tadi aku tak akan membiarkanmu minum, birnya akan kubawa pergi, kau jaga diri baik-baik, mengerti?"

Di mulut ia berkata akan pergi, namun dari gerakannya tak ada tanda-tanda ia akan pergi, ia tetap duduk di sisi Claudius dan memandangnya.

Claudius tetap diam, ia menundukkan kepala entah sedang memikirkan apa.

"Claudius, apa kau dengar aku bilang apa?" Tanyanya lagi.

Claudius tetap tak bersuara, telinganya tetap berusaha mendengarkan pergerakan di luar pintu, namun di mulut pintu tetap tak ada suara sedikitpun.

Apakah ia sudah pergi? Tanyanya dalam hati.

Juju merasakan ada bayangan orang yang bergerak di teras, ia pun dengan terkejut mengangkat wajahnya, dilihatnya sebuah tangan di dinding yang mencengkeram dinding erat-erat, itu adalah tangan wanita yang panjang dan lentik, yaitu tangan Josephine.

Ia tetap dengan tenang berdiri, lalu berkata pada Claudius, "Claudius, aku pulang dulu," katanya berjalan ke arah teras sambil berkata, "Aku bantu kau mengunci jendela, jangan sampai kau buka, kau bisa masuk angin."

Ia berjalan ke pintu, melihat satu kaki Josephine melangkah ke sana, ia tiba-tiba berteriak nyaring, "Ah! Josephine apa yang sedang kau lakukan?"

Josephine terkejut karenanya, kakinya tergelincir dan badannya merosot, ia juga berteriak nyaring, tangannya dengan cepat berpegangan pada tiang pagar teras, ia menggantungkan diri di pagar teras.

Seketika keringat dingin mengucur dari dahinya, kakinya yang awalnya lemas itu semakin terasa tak bertenaga.

Ia menatap Juju yang berlari ke arahnya, tampak ketakutan pada wajahnya, walau ia tahu ia bergelantungan begini sangat berbahaya, dan sangat perlu ditarik naik oleh orang, namun ia tahu Juju tak mungkin akan menolongnya dengan ikhlas, ia tak hanya tak akan menolongnya malahan akan meninggalkannya.

"Apa yang mau kau lakukan? Minggir," ujar Josephine memelototi Juju.

"Josephine mengapa kau sebodoh ini? Cepat naik, cepat," ujar Juju panik sambil melepas jari Josephine yang mencengkeram pagar.

Josephine ketakutan, ia mencengkeram mati-matian dan berteriak nyaring, "Tak perlu kau pedulikan, cepat pergi! Pergilah, dengar tidak."

"Josephine, ini bukan saatnya kau melawan, kau seperti ini sangat bahaya!" Teriak Juju dengan 'tidak sabaran', dan melepaskan salah satu tangannya dari pagar dan menggenggamnya.

Josephine ketakutan hingga wajahnya pucat, saat ia mengira dirinya kali ini pasti akan mati, tangan yang dilepas oleh Juju itu tiba-tiba dicengkeram oleh sebuah tenaga yang kuat. Ia tertegun, ternyata itu adalah Claudius.

Claudius akhirnya menyelamatkannya, ia akhirnya muncul.

Mata Josephine berkaca-kaca karena terharu.

Claudius dengan kuat menariknya dari luar pagar dan melemparnya ke lantai, ia berteriak murka, "Apa yang kau lakukan?"

Josephine yang masih shock terduduk di lantai dan dengan terengah-engah membuka lebar mulutnya untuk bernapas, keringat dingin bercucuran dan jatuh ke tanah. Ia memandang Claudius yang sedang murka, seketika tak bisa bersuara.

Claudius memandangnya dan menariknya dari lantai, lalu berteriak marah, "Kau masih ingat password rumahnya? Bisa-bisanya masih ingat? Kau tidak rela meninggalkan rumah itu ya?" Katanya menunjuk ke sebelah, "Apakah di sana ada kenangan cinta kalian? Apakah kalian bertemu di dalam sana tanpa sepengetahuanu?"

Sebenarnya ia hanya marah karena kelakuan Josephine barusan, kalau saja ia telat datang selangkah saja, kalau ia jatuh dari sana apakah ia masih bisa hidup?

Saat ini Claudius tak tahu apa yang ia ucapkan, ia hanya mau melampiaskan kemarahan di dalam hatinya, hanya ingin memakinya.

"Claudius, jangan marah, Josephine hanya ingin masuk dan menemanimu, tidak ada pemikiran lain," ujar Juju menenangkan.

Josephine baru kembali sadar dari ketakutannya, ia memandang Juju yang lain di mulut dan lain di hati itu, wanita ini barusan mau menjatuhkannya, untungnya Claudius muncul tepat pada waktunya, kalau tidak ia sekarang sudah jatuh ke tanah.

Ia menghirup napas pelan, menatap Claudius dan berkata, "Tak peduli apa yang kau pikirkan sekarang, aku mau bermalam di sini, aku tak akan membiarkan wanita murahan ini menjalankan rencana busuknya!"

Juju memandang Claudius yang murka itu, tak hanya tak marah, ia malah berkata sambil tersenyum, "Claudius, Josephine bahkan tak takut mati demi menjagamu, kau masih meragukan ketulusannya padamu? Karena Josephine sudah di sini, aku bisa pulang dengan tenang."

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu