Istri ke-7 - Bab 260 Ending 3 (3)

“Benarkah?”

“Iya.” Marco menganggukkan kepalanya, dan meletakkan makanan dimeja, ketika mengeluarkan makanannya, Belinda bergegas berkata, “Aku saja sendiri.”

Marco menatapinya membuka bungkusan makanan, Belinda merasakan tatapan dari Marco, lalu mengangkat kepala dan menatapinya, “Menyuruhmu untuk melayaniku rasanya aneh sekali, seharusnya aku yang menjagamu.”

“Aku tidak selemah yang kamu bayangkan.”

“Aku tidak merasa kamu lemah, hanya saja......” untuk mengalihkan topik pembicaraan, Belinda sengaja melirik sup ayam ditangannya, “Wah......sup ayamnya wangi, terima kasih.”

Marco berkata, “Aku sengaja menyuruh orang untuk mencari ayam ini dikampung, tidak ada obat-obatan dan kandungan gizinya tinggi.”

“Sengaja mencarinya?” Belinda menatapinya, “Begitu ribet?”

“Sedikit ribet, dan agak sudah untuk dicari, jadi kamu harus minum banyakan.”

“Tenang saja, aku akan menghabisakannya.” Belinda mecicipinya dan menganggukkan kepalanya, “Memang benar lebih enak daripada sup ayam biasanya.”

“Baguslah kalau kamu suka.”

Mereka berdua masih belum sampai tingkatan memiliki topik cerita yang tidak terbatas, juga tidak sedekat pasangan kekasih, setelah mengobrol sejenak, langsung canggung dan tidak tahu apa yang harus diobrolkan.

Setelah terdiam sejenak, Marco kembali berkata, “Oh iya, waktu operasiku sudah ditentukan, hari rabu minggu depan.”

“Cepat sekali?” Belinda menatapinya.

“Iya, kebetulan dokter itu sedang ada waktu.”

Belinda berpikir sejenak, dan bertanya, “Apakah operasinya berbahaya?”

“Seberapa bahayanya operasi dikaki, juga hanyalah operasi gagal, tidak akan membahayakan nyawa.”

“Hmm......” Belinda menatapinya, seketika dia merasa malu, “Jika gagal, apakah kamu akan membenciku seumur hidup?”

“Tidak.”

“Benarkah?”

“Iya, meskipun jika tidak ada kamu, aku juga akan menerima operasi ini. Jadi kamu tidak perlu merasa tertekan.”

Belinda tersenyum, “Kamu pintar menasehati orang.”

“Itu jujur, bukan untuk menasehatimu.” Marco membantunya mengeluarkan nasi dan memberikannya kepadanya, dan bertanya, “Apakah kamu yakin mau keluar dari rumah sakit hari ini?”

“Iya.” Belinda menganggukkan kepalanya tanpa banyak berpikir.

“Kalau begitu kita rundingkan masalah tempat tinggal dulu.”

“Masalah tempat tinggal......apakah perlu dirundingkan?”

“Sekarang kamu sudah hamil, dan juga kekurangan gula darah, aku tentu saja tidak boleh membiarkanmu tinggal di apartemen sendirian.”

“Maksudmu.....kamu mau tinggal bersamaku?” Belinda menatapinya dengan kaget.

“Aku adalah ayah dari anak, apakah tidak seharusnya begitu?” Marco bertanya balik.

“Tentu saja tidak boleh.......aku belum pernah tinggal bersama lelaki, aku tidak bisa tertidur.” Kata Belinda.

Tinggal bersama Marco? Sepertinya mereka berdua tidak sedekat itu, meskipun anak dalam kandungannya adalah anaknya, tapi waktu itu juga adalah kejadian diluar dugaaan, dia semakin merasa pemikiran Marco ini terlalu mesum, dia semakin merasa tidak mungkin.

Dia bahkan tidak bisa membayangkan adegan mereka tinggal bersama, astaga........!

Marco menatapi ekspresi Belinda yang terus berubah, dan menahan tawa, “Tenang saja, sebelum menikah aku tidak akan menyentuhmu sama sekali.”

Setelah mendengar perkataannya, Belinda akhirnya sedikit lega.

Benar juga, kakinya sekarang kurang baik, jika dia ingin menyentuhnya, itu juga bukanlah sebuah hal yang mudah, lagi pula minggu depan dia akan menjalani operasi, nanti akan ada waktu yang sangat panjang berada didalam rumah sakit, sejujurnya, Belinda tidak tega membiarkannya menunggu sendirian dirumahnya untuk operasi.

“Kalau begitu........pulang kerumahmu atau kerumahku?”

“Terserah kamu.”

“Hmm......” Belinda berpikir sejenak, “Pulang kerumah ku saja, rumahmu itu penuh dengan kenangan bersama dengan Josephine, aku merasa aneh.”

Marco tersenyum, “Rumah itu sudah kukembalikan kepada kakakku, sekarang aku juga tidak tinggal disana, tapi jika kamu sudah terbiasa tinggal dirumahmu sendiri, aku tidak keberatan untuk menikah kerumahmu.”

“Itu paling bagus jika kamu tidak keberatan.” Belinda berkata, “Dan dari komplek hingga ke gedung dan ke lift ditempatku aksesnya sangatlah mudah bagimu.”

Marco menganggukkan kepalanya, “Kalau begitu kamu makan dulu saja, aku akan mengurusi administrasi keluar dari rumah sakit.”

“Baik, terima kasih.”

------

Setelah satu jam kemudian, mereka berdua kembali ke apartemen yang ditinggali Belinda sebelumnya.

Apartemen dengan dua kamar dan satu ruang tamu, luas dan terang, Belinda sambil membuka penutup sofa dan sambil menjelaskan struktur rumahnya.

“Kamu tinggal disini saja.” Belinda membawanya kekamar tamu.

Marco menganggukkan kepalanya, “Baik.”

Belinda menyiapkan kasur dan selimut untuknya, ketika melewati kamar mandi, Belinda berhenti dan berbalik menatapinya, “Apakah kamu bisa mandi sendiri? Atau.....aku bantu kamu?”

“Aku bisa sendiri.” Kata Marco.

Marco menatapi kamar tamu yang bersih dan terang, dia menoleh dan bertanya, “Kamar ini......sepertinya ada yang pernah tinggal disini?”

Sebenarnya dia juga sedikit menyukai kebersihan, meskipun dia tahu Belinda bukanlah wanita seperti itu, namun dia tetap tidak berharap dirinya tinggal dikamar yang pernah ditinggali oleh orang lain, apalagi terbaring di kasur yang pernah ditiduri orang lain.

“Tidak, aku tidak pernah membawa teman pulang kerumah.”

Mendengar perkataanya, Marco merasa senang.

“Apakah kamu memilih-milih kasur untuk tidur?” Tanya Belinda.

“Tidak.”

“Baiklah kalau begitu.” Belinda lega, “Didalam sana ada mesin air panas, cara pakainya sama seperti punya rumahmu, kamu cepat mandi dan istirahatlah.”

“Apakah aku perlu bantu kamu membereskan rumah?” tanya Marco penuh pengertian.

“Tidak perlu, tidak ada yang perlu dibereskan.” Kata Belinda sambil tersenyum.

“Baiklah, kalau begitu kamu juga cepat istirahat.”

“Baik, aku akan keluar.” Belinda meninggalkan kamar dan tak lupa menutup pintu kamar. Ketika berdiri didepan pintu, Belinda menghempaskan nafasnya dan merasa sedikit lega, memang aneh sekali rasanya membawa seorang lelaki pulang kerumah, sama sekali tidak bebas.

Tanpa sadar, dia memegang perutnya yang masih datar, rasanya lebih aneh lagi mempunyai sebuah nyawa didalam perut.

Tapi apa boleh buat? Jika sudah ada ya sudah diterima saja.”

Mendekati pulang kerja, Claudius menerima pesan dari Josephine, “Sayang, apakah kamu bisa pulang kerja tepat waktu hari ini? Jika bisa aku membawamu jalan-jalan.”

Dia tersenyum melihat teleponnya dan membalasnya, “Bisa.”

Sisi lain dari telepon dengan cepat membalasnya, “Kalau begitu aku akan menunggumu di Grand Mall.”

Manager Lin yang sedang melaporkan pekerjaannya terhenti sejenak, dia melirik Claudius dan sejenak kemudian baru bertanya dengan hati-hati, “Tuan Claudius, apakah kamu mendengarkannya?”

Claudius akhirnya mengangkat kepalanya, dan tersenyum, “Apa yang kamu katakan tadi?”

“Uhm......aku bilang Perusahaan Far & Wide sekarang luka parah, sekarang sudah semakin berjalan turun, pagi hari ini Mike menelepon lagi untuk mengajakmu bertemu, tapi aku sudah menolaknya.” Kata Manager Lin.

“Baik, aku sudah mengetahuinya.”

Sebelumnya Perusahaan Far & Wide bisa bertahan selama itu karena dia sedang sakit dan tidak mempunyai waktu untuk mengurusnya, tapi sekarang dia sudah sembuh, tentu saja dia tidak akan melepaskannya dengan mudah.

Aldo berani menipu saham Nenek Chen, dan berusaha membunuhnya, Dia tidak akan melepaskannya.

Dia juga tahu mengapa Mike memohon untuk bertemu dengannya, jelas bahwa dia ingin mengatakan bahwa dirinya tidak berhubungan dengan Aldo, memohon agar dirinya melepaskan Perusahaan Far & Wide saja.

Disaat Manager Lin akan meninggalkan ruangan, Claudius tiba-tiba mendengarkannya, “Tunggu sebentar.”

“Ada apa lagi, Tuan Claudius?”

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu