Istri ke-7 - Bab 157 Dunia Milik Berdua (4)

Mereka makan makanan ringan khas sana untuk makan malam, kemudian bergandengan tangan berjalan di jalanan yang dipenuhi aroma bunga lavender yang samar, Josephine tak tahan lagi untuk berkata, "Tak heran disebut kota bunga, bahkan di jalan bisa mencium aroma harus yang segar."

"Ini di pedesaan, udaranya lebih bagus daripada di dalam kota."

"Benar," kata Josephine mengangguk, lalu bertanya, "Kalau begitu malam ini kita tinggal di sini?"

"Betul, besok baru kembali ke Paris."

"Kalau begitu besok lusa kita sudah harus pulang?"

"Kalau tidak? Kamu mau terus tinggal di sini?"

"Aku ingin menemani Justin 2 hari lagi di sini," ujar Josephine lalu berpikir sejenak, "Aku tahu kau selalu sibuk, tidak masalah, kau kembali dulu saja, beberapa hari kemudian aku akan kembali."

Claudius mengerutkan dahinya, lalu berkata sambil menatapnya, "Kau menyuruhku pulang sendirian?"

"Kenapa? Cuma sekitar 10 jam, tidur sebentar sudah sampai."

"Setelah tidur sampai sana bagaimana? Kau menyuruhku sendirian di kamar selama beberapa hari?"

"Hanya beberapa hari."

"Sehari pun tidak boleh," kata Claudius memandangnya, "Nyonya Josephine, aku rasa kamu melupakan satu hal."

"Apa?"

"Kau sekarang ini masih dalam keadaan berdosa, kapan aku bilang aku memberimu kebebasan? Dan lagi, kau baru bekerja selama setengah bulan lebih, dan kamu mau izin 10 hari? Apakah kau sudah tidak mau bekerja?"

"Bukan, tentu aku mau," kata Josephine buru-buru tertawa dan mengubah kata-katanya, "Sebenarnya aku cuma bicara saja, Justin sangat bahagia di sini, juga ada yang menjaganya, aku sangat tenang."

Ia dengan susah payah meminta pekerjaan ini, kalau dibatalkan begitu saja oleh Claudius akan sayang sekali, ia baru merasakan kesenangan bekerja, dan teman kerjanya semua baik padanya, mana mungkin ia rela berhenti?

"Baguslah kalau kau bisa berpikir seperti itu," ujar Claudius sambil tersenyum dan menepuk bahunya.

Meskipun Josephine tidak mau menyerah karena ini, Claudius masih akan memikirkan cara lain untuk mengancamnya, pokoknya ia tidak mau kembali sendirian, kemudian tidur dengan kesepian seorang diri.

Beberapa hari ini, bukankah Claudius sudah terbiasa memeluknya saat tidur?

Mereka berdua memilih sebuah bangunan kecil yang tampak elite dan elegan di desa itu, bangunan kecil itu memiliki halaman, ada teras yang dipenuhi dengan bunga dan tanaman hias, pemilik gedungnya adalah sepasang suami istri tua yang ramah.

Melihat mereka masuk, mereka langsung memanggil Claudius dan Josephine untuk istirahat di halaman sambil makan buah.

Mereka yang telah lelah berjalan itu pun tidak malu-malu lagi, mereka duduk dengan pasangan suami istri tua itu di halaman dan mengobrol, sebenarnya yang mengobrol hanya Claudius seorang, karena Josephine tidak bisa bicara Bahasa Prancis, juga tidak paham mendengar pembicaraan mereka, ia hanya bisa memandang ekspresi mereka untuk menebak pembicaraannya.

Melihat ibu tua itu menunjuknya dengan dagu dan berkata sesuatu, Josephine memandang Claudius dan bertanya, "Apa yang ia katakan?"

Claudius menoleh padanya, lalu berkata, "Mereka bilang kau sama sekali tidak cantik, lalu bertanya mengapa aku suka padamu."

"Lalu apa yang kau katakan?"

"Aku bilang mata dan hatiku telah dibutakan, tak bisa apa-apa lagi."

Josephine pun tertawa, meskipun ia tak mengerti Bahasa Prancis, namun dari ekspresi ibu tua itu ia bisa melihat, ibu itu jelas sedang memujinya.

"Apa kau ini sengaja merenggangkan hubunganku dengan ibu ini?"

Claudius menyentil kepala Josephine dan berkata, "Kalau paham kenapa masih bertanya?"

"Aku hanya menggodamu, lihat kamu jujur atau tidak," kata Josephine sambil tertawa.

Setelah istirahat sesaat di halaman, mereka pergi ke lantai 2 untuk beristirahat, Josephine meletakkan hasil buruan hari ini di atas meja, Claudius yang berjalan keluar dari kamar mandi melihat minyak-minyak itu, lalu dengan pandangan usil berkata, "Sebanyak ini pasti tidak bisa dibawa kembali, tapi malam ini kita bisa memakainya."

"Dipakai bagaimana? Untuk mandi?"

"Bisa juga, buat dirimu harum semerbak."

Josephine berpikir sejenak, lalu menggeleng, "Tidak, aku tidak mau menarik perhatian, nanti raja mesum di sebelahku ini kelelahan."

"Aku tidak takut lelah, di bidang ini aku adalah pekerja keras."

"Orang jahat," seru Josephine.

Claudius tertawa dan menggendongnya dari atas sofa, di saat yang bersamaan ia mengambil beberapa minyak di meja dan lavender kering. Kemudian ia memasukkan Josephine beserta bunga dan minyak itu ke dalam bak mandi.

Josephine merangkak dalam air dan melawan, lalu berteriak, "Claudius apa yang kau lakukan, apa yang kau lakukan pada minyakku?"

Claudius tidak mempedulikannya, ia menuang minyak dalam botol itu satu per satu, lalu menumpahkan bunga kering dari dalam kotak, kemudian berkata padanya, "Masih tidak cepat-cepat lepas baju?"

"Setelah kau keluar baru kulepas," ujar Josephine menyusutkan tubuhnya di ujung bak.

Claudius menariknya dari ujung bak, sambil dengan cepat melepas pakaian Josephine, ia berkata, "Setiap hari bersama denganku, masih pura-pura polos begini, perlukah seperti itu?"

Dalam sekejap, Josephine ditelanjanginya bulat-bulat, ia terpaksa cepat-cepat masuk ke air sambil bergumam, "Claudius kau terlalu barbar, kalau kau tidak mengubah sikapmu ini, cepat atau lambat aku akan bercerai denganmu!"

"Aku barbar atau tidak, toh kamu tetap mau cerai denganku, jadi lebih baik aku sedikit barbar," kata Claudius setelah menelanjanginya, lalu menelanjangi diri sendiri.

Melihat yang dilakukannya, wajah Josephine memerah dan hatinya berdegup kencang, ia menunjuknya sambil berkata, "Apa yang mau kau lakukan? Aku peringatkan kau, aku tidak punya nafsu untuk melakukan itu di bak mandi, sebaiknya kau pakai kembali bajumu, dengar tidak?"

Saat ia masih memperingatkan begitu, Claudius sudah mencelupkan tubuhnya ke dalam air, ia memejamkan mata dan berkata, "Dengar-dengar bunga lavender bisa melepas lelah, tidak tahu benar atau tidak."

Josephine mengamatinya, air hangat itu tidak menutupi setengah tubuhnya, kelopak bunga berwarna violet itu mengapung di sekitar otot perutnya yang seksi, sungguh memabukkan. Melihatnya tidak melanjutkan ke langkah selanjutnya, muncul sedikit kekecewaan di hati Josephine.

Ia mencubit pahanya sendiri, dalam hati berpikir ada apa dengan dirinya? Sejak kapan ia berubah menjadi mesum begini? Bisa-bisanya menjadi wanita yang ucapan dan hatinya bertentangan, kalau begini apa bedanya ia dengan wanita semacam Shella?

Dulu ia tidaklah begini, ia menjadi buruk begini karena diajari oleh pria di depannya ini, membuatnya memikirkan hal seperti itu sepanjang hari.

Begitu membuka mata, Claudius melihat tampang Josephine yang menyalahkan diri sendiri itu, ia pun memiringkan tubuh untuk mengamatinya. "Kenapa? Bukankah kau selalu suka aroma lavender?"

"Iya."

"Kalau begitu kenapa wajahmu sedih?"

"Tidak kok, aku hanya tidak biasa mandi bersamamu."

"Kau mandi sendiri aku mandi sendiri, kita tidak saling ikut campur."

Baiklah, mandi sendiri-sendiri.

Josephine menghirup napas pelan, lalu meletakkan kecemasan dalam hatinya, dan ikut memejamkan mata seperti Claudius.

Minyak lavender dan kelopak bunga terendam dalam air panas, uap tipis tersebar di kamar mandi, ketebalan ini terasa sangat enak.

Ini adalah pertama kalinya bagi Josephine mandi dengan minyak lavender, ia juga tak pernah melihat orang lain mandi seperti ini.

Setelah berjalan seharian, ia benar-benar lelah, ia ingin istirahat dengan baik, lalu, ia tanpa sadar tertidur dengan nyenyak di dalam air.

Tidurnya begitu lelap, bahkan ia tak menyadari Claudius mengangkatnya dari dalam air dan menggendongnya ke atas ranjang.

Claudius membantunya mengeringkan badan, ia menunduk untuk mengendus leher Josephine, lalu menciumnya, bibirnya berpindah ke samping telinga Josephine, ia berbisik, "Anak kecil, aku membuatmu wangi begini, apa kamu tidak berencana menikmati sebentar baru tidur?"

Entah apakah Josephine mendengarnya, ia bersandar di badan Claudius dan menggumam, "Kau juga sangat wangi."

"Lalu apa kau menginginkanku?" Tanya Claudius menggodanya.

"Aku mau tidur."

Melihatnya tidak ada kehendak untuk bangun sedikitpun, Claudius pun terpaksa meyerah, ia menggigit daun telinga Josephine lalu berkata, "Baiklah, malam ini kubiarkan kau."

Meskipun memeluk tubuh yang wangi dan halus ini Claudius tak bisa tidur. Namun melihatnya yang mengantuk itu, terpaksa Claudius menahan diri. Untungnya ia lelah karena berjalan seharian, sehingga tak lama kemudian ia juga ikut tertidur.

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu