Istri ke-7 - Bab 245 Kebohongan Besar (3)

"Mungkin kamu memang tidak bisa mencegahnya, tapi aku harap kamu bisa bersemangat, kembali bekerja di perusahaan, dan mencoba mencegah perbuatan ayahmu yang diluar akal sehat itu. Karena kalau kamu pun tidak bisa mencegahnya, siapapun tidak akan bisa mencegahnya."

Joshua menundukkan kepalanya, diam sejenak dan berkata: "Baik, aku akan berusaha."

"Makasih." Josephine berkata: "Walaupun masalah Sally adalah pukulan berat bagimu, tapi hidup tetap harus dijalanani, tidak boleh begini terus, jangan minum terus, tidak baik untuk kesehatanmu."

"Makasih kakak ipar." Joshua mengangguk.

Josephine pun berdiri dari kursinya: "Kalau begitu aku ke rumah sakit dulu."

-----

Saat nenek tahu kalau Jesslyn ada di rumah sakit, dia pun ribut dan ingin bertemu dengannya.

Kakak He tidak bisa berbuat apa-apa, terpaksa menurutinya dan berjanji akan membawa Jesslyn kesini.

Jesslyn dibawa Josephine ke kamar nenek, mungkin karena sudah terlalu lama tidak bertemu, Jesslyn merasa sedikit takut, dia melihat Josephine, Josephine pun tersenyum: "Jesslyn, ini nenek buyut, kamu pernah bertemu dengannya."

"Halo nenek buyut." Jesslyn pun menyapanya dengan sopan.

Nenek juga sedang memperhatikan Jesslyn, dulu saat bertemu dengannya karena mengira dia mirip dengan Juju saat kecil dia pun melihatnya beberapa kali, tapi tidak terlalu serius. Tapi kali ini, dia menatapnya tanpa berkedip sama sekali, ekspresinya juga berubah terus, dari kaget hingga senang dan lembut...

Sini, kemari, nenek buyut ingin lihat dan peluk kamu." Dia pun melambaikan tangannya kepada Jesslyn.

Jesslyn melihat Josephine sekilas, setelah mendapat semangat dari ekspresi Josephine dia pun melangkah kesana.

Nenek memegang pundaknya, menatapnya, dia pun semakin suka dengannya, lalu berkata kepada kakak He: "Sepertinya lumayan mirip dengan Claudius ya."

Kakak He pun mengangguk: "Benar, melihatnya sekarang memang mirip, dulu malah tidak sadar."

"Itu karena kita tidak tahu kalau Claudius ada anak sebesar ini." Nenek pun memeluk Jesslyn, tersenyum dan berkata: "Sini, anak baik, nenek buyut peluk."

Jesslyn tidak mengelak, dan membiarkannya dipeluknya.

Setelah beberapa saat, nenek menunduk dan melihat wajahnya yang sedikit pucat: "Wajah anak ini pucat sekali, karena pengambilan darah ya?"

"Benar, tapi nenek tenang saja, Jesslyn akan membaik."

"Anak yang kasihan, sekecil ini saja sudah harus bertugas untuk menolong ayah." Nenek pun menangis, dia terharu dan memeluknya: "Jesslyn, kamu benar-benar keberuntungan keluarga Chen, kalau tidak ada kamu, ayah juga tidak akan hidup kembali, terima kasih..."

"Jesslyn pun mengusap air matanya: "Nenek buyut jangan nangis, aku sudah tidak sakit kok."

"Tapi nenek buyut sedih, ayah dan ibu juga sedih, kamu masih kecil..." Nenek pun memeluknya dan menangis semakin sedih: "Tidak disangka yang menolong Claudius adalah kamu, benar-benar tidak disangka..."

"Nenek, sudahlah, hari ini begitu baik jangan nangis lagi oke?" Josephine pun menarik Jesslyn dari pelukannya dan memberinya tissue, lalu tersenyum dan berkata: "Nenek, kamu lihat Jesslyn tidak tahu harus bagaimana karena nenek nangis."

Kakak He juga berkata: "Benar, nenek jangan menakut-nakuti anak kecil."

Nenek pun mengusap air matanya, lalu tertawa: "Aku ini terlalu senang, terlalu senang hingga menangis, sayang jangan sampai terkejut ya karena nenek buyut nangis, nenek buyut tidak nangis lagi oke."

"Nenek buyut baik." Jesslyn mengikuti gaya bicara Josephine, dia pun menjinjitkan kakinya dan memeluk nenek, lalu menepuk-nepuk punggungnya.

Sikapnya yang baik ini membuat nenek senang.

"Anak ini benar-benar baik." Nenek menatap Josephine dan berkata: "Sama sepertimu, memang ada ibu pasti ada anak."

"Makasih nenek." Kata Josephine.

Bisa mendapat pujian nenek sungguh suatu hal yang sulit, seumur hidup dia tidak pernah memikirkannya.

-----

Jesslyn sudah istirahat di rumah sakit selama tiga hari, masih belum sembuh total tapi dia sudah harus menghadapi pengambilan darah yang ketiga kali, walaupun Josephine tidak tega tapi terpaksa tetap harus membawanya ke ruang pengambilan darah.

Setelah pengambilan darah tiga ratus ml, keadaan Jesslyn lebih parah dari sebelumnya, bahkan syok lebih lama.

Air mata Josephine sudah kering, dia pun hanya memegang tangannya, terus menatapnya, seperti takut kalau dia mengedip sekali Jesslyn akan tiada.

"Josephine, kakak sudah bilang kalau Jesslyn akan sadar, kamu jangan khawatir." Marco Qiao memegang tangan Josephine dan menenangkannya.

Josephine mengangguk, sedikitpun tidak merasa lega.

Kalau Jesslyn masih belum sadar tentu saja dia akan khawatir terus, dia bahkan mengira Henry Qiao hanya mencoba menenangkannya baru mengatakan kalau Jesslyn akan sadar.

"Josephine, kamu makan dulu." Marco Qiao mengingatkan: "Kamu sudah seharian belum makan.

"Aku tidak selera makan." Jawab Josephine.

"Tidak selera juga harus makan." Nenek berjalan masuk dipapah kakak He, dan datang ke depan ranjang Jesslyn dan menatapnya: "Jesslyn masih belum sadar?"

Josephine mengangguk, matanya memerah: "Aku takut dia tidak akan sadar."

"Tidak mungkin." Nenek menenangkan: "Penyakit Claudius yang begitu parah saja dia bisa tersadar, Jesslyn juga pasti bisa sadar."

Josephine sudah mendengar terlalu banyak perkataan seperti ini, dia sudah merasa kaku.

Dia pun melepaskan tangan Jesslyn dan menoleh ke nenek: "Nenek, keadaanmu sendiri juga masih belum baik, cepat kembali dan istirahat, aku bisa menjaga Jesslyn disini."

Nenek pun mengangguk: "Baik, aku akan pergi."

Dia juga tidak ingin kemana-mana dan mempengaruhi kepulihannya, dan menambah beban Josephine, tapi berdiam diri di dalam kamar dia juga tidak bisa tenang, oleh karena itu dia datang kesini.

Dia baru punya seorang cucu buyut seperti ini, kalau terjadi apa-apa dengannya karena Claudius, dia pasti akan sedih.

Setelah itu nenek pun kembali ke kamarnya ditemani kakak He, sebelum pergi dia juga mengingatkan Josephine untuk makan.

Setelah beberapa saat, Jesslyn pun tersadar, dia membuka matanya dengan pelan, lalu melihat Marco Qiao dan Josephine yang duduk di depan ranjangnya.

"Jesslyn, kamu sudah bangun." Josephine pun memanggilnya senang.

Jesslyn melihat mereka berdua dan memanggil pelan: "Ayah ibu..."

Panggilan "Ayah ibu" ini pun masuk ke dalam hati Marco Qiao, menusuk ke jantungnya.

Dulu saat tinggal bersama mereka, dia selalu mendengar pangggilan manis itu, tidak peduli apakah sedang menggambar atau sedang menonton TV, dia pasti akan memanggil: "Ayah ibu kalian cepat lihat..."

Tapi sejak Jesslyn diantar keluar negeri, dia tidak pernah lagi mendengar panggilan manja ini.

Hari ini mendengar itu, dia baru menyadari sudah sangat lama dia tidak mendengarnya.

"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Josephine pun menggenggam tangannya.

"Aku sangat baik." Jesslyn pun menatap Marco dan bertanya: "Ayah, apakah waktu aku tidur ibu menangis lagi?"

"Tidak, ibu sangat tegar sama seperti Jesslyn." Marco pun tersenyum dan mengusap rambutnya: "Tapi dia tidak nurut, tidak mau makan sama sekali."

Jesslyn pun menoleh ke Josephine, sengaja menggunakan nada menyalahkannya: "Ibu, kalau tidak makan bisa lapar loh, ibu kok tidak nurut sih."

"Jesslyn benar, ibu yang salah, ibu sekarang makan oke."

"Oke." Jesslyn mengangguk, melihat Josephine mengangkat bubur dan memakannya, dia pun tersenyum.

Marco Qiao pun mengambil sebuah obat dari dalam laci, sambil menuang air hangat sambil berkata: "Ibu kan sudah nurut mau makan bubur, kalau begitu Jesslyn juga sudah harus makan obat bukan? Paman sudah bilang kalau Jesslyn bangun harus langsung makan obat, tidak boleh tunggu-tunggu."

Jesslyn pun mengerutkan wajahnya, dan memurungkan mulutnya: "Uhm... obat yang diberikan paman pahit sekali."

"Tapi Jesslyn sekarang butuh obat biar badannya cepat pulih, kalau Jesslyn sakit, ayah ibu dan semua orang akan khawatir." Marco Qiao pun memeluknya dan berkata dengan sabar: "Ayo, kita teguk sekali saja dan telan obat ini oke?"

Novel Terkait

Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu