Istri ke-7 - Bab 279 Ayah Menungguku di Bawah (3)

"Kamu salah." Kata Henry: "Aku mencintainya, makanya sebelumnya aku tidak ingin menyulitkannya lagi, juga tidak memutuskan untuk harus mencarinya kembali. Tapi setelah melihat Ethan aku berubah pikiran, aku memutuskan untuk membawa mereka berdua pulang."

Josephine merasa sedikit terkejut, dia tidak menyangka Henry akan berkata seperti ini.

Tidak hanya Josephine saja, Susi yang ada di luar pintu juga merasa aneh.

Dia selalu merasa dia telah bersembunyi dengan baik, tapi sebenarnya karena dia hanya tidak benar-benar mencarinya. Karena cinta, tidak ingin menyulitkannya, pemikiran dia dan Freddy sama, karena mencintainya maka ingin membiarkannya bahagia?

Tapi, Henry Qiao... dia bukan orang seperti itu!

Apa yang dia inginkan dia pasti menggunakan segala cara untuk mendapatkannya, dia rela menghancurkannya kalau tidak bisa mendapatkannya, seperti saat dulu dia membalas Claudius, apakah karena di penjara tiga tahun telah mengubah sifatnya?

Dia menarik nafas, dan masuk ke dalam.

Henry Qiao dan Josephine menoleh kepadanya, setelah melihatnya, Henry mengerutkan alisnya dan bertanya: "Anak kecil itu nangis?"

Susi pun jengkel: "Freddy itu laki-laki baik, tolong kamu jangan ejek dia."

"Terus kamu mau aku bersikap bagaimana terhadap... sainganku itu?" Henry menaikkan bahunya, lalu tersenyum sinis: "Sama seperti Claudius? Jujur saja, anak kecil yang bernama Freddy itu masih tidak cukup level untuk sampai membuatku mengerahkan seluruh tenagaku untuk melawannya."

"Mencelakai Claudius seperti itu kamu puas ya?" Susi melototinya.

"Bukannya dia sudah membalasnya kembali?"

"Sudah sudah, kalian jangan bertengkar lagi." Josephine berkata: "Masalah yang lalu dilupakan saja, sebenarnya aku dan Claudius sudah memaafkan tuan muda Qiao, aku percaya tuan muda Qiao juga sudah memaafkan Claudius bukan? Ehm... Kita semua masih teman baik bukan hehe..."

"Ayah ibu, kalian tidak senang?" Ethan tiba-tiba menatap Henry dan Susi.

Tiga orang dewasa di ruang tamu itu pun kaget, mereka baru menyadari kalau mereka telah mengabaikan Ethan yang sarapan disana.

Henry pun berjalan kesana dan tersenyum: "Tidak kok, aku dan ibu sangat senang bisa bersama, kalau tidak percaya kamu tanya ibu."

"Benarkah, ibu?" Ethan memandang Susi.

Susi melihat Ethan, lalu mengangguk: "Benar, ayah dan ibu juga senang, sama seperti Ethan."

Henry pun menunduk dan mengelus kepala Ethan: "Ethan sudah kenyang? Kalau sudah kenyang ayah bawa kamu main-main di luar."

"Sungguh? Aku ingin keluar dan bermain bersama ayah?" Ethan pun dengan cepat menghabiskan makanannya, lalu mengambil tissue dan membersihkan mulutnya: "Aku sudah kenyang! Sudah boleh pergi?"

"Tentu!" Henry pun menggendongnya dari kursi lalu tersenyum: "Ayo, kita pergi main!"

Susi melihat Henry yang membawa Ethan pun panik dan mengejarnya: "Hei... Kamu ngapain?"

Henry menoleh: "Kenapa? Kamu takut aku menyembunyikannya?"

Susi terdiam, Henry pun tertawa: "Tenang saja, aku tidak seegois kamu, lagipula aku tidak berencana melepaskanmu."

"Kalau begitu tolong bawa dia pulang nanti siang, sore dia masih ada kelas." Susi menasehatinya.

"Oke, aku akan mengantarnya ke sekolah." Henry Qiao pun mengangkat tangan Ethan: "Ayo, bilang sampai jumpa ke ibu."

"Sampai jumpa ibu!" Ethan melambaikan tangannya.

"Jangan lupa sarapan." Henry menasehatinya.

Melihat Henry membawa Ethan keluar, Susi pun pelan-pelan berjalan dan duduk di atas sofa, ekspresinya sedikit kacau.

Josephine menatapnya: "Kenapa? Sepertinya kamu tidak senang."

"Menurutmu aku harus senang?" Susi pun tersenyum pahit.

"Aku rasa kali ini Henry benar-benar sudah berubah, kamu harus memberinya kesempatan."

"Aku tidak mau juga tidak bisa, aku dan dia sama-sama tidak ingin kehilangan Ethan."

"Nah benar kalau begini." Josephine tersenyum: "Satu keluarga tentu harus bersama, lihatnya betapa senangnya Ethan, makan saja lebih cepat dari biasanya."

Susi terdiam, dia pun mengambil makanan di atas meja dan memakannya, sarapan itu sama dengan yang biasa dibelinya, bahkan dia tahu ini dibeli di toko sarapan di seberang kompleks, tapi Ethan tidak pernah mengatakan enak.

Tadi dia malah mengatakan kalau sarapan yang dibeli ayah lebih enak daripada yang dibeli ibu, sepertinya dia benar-benar sangat menginginkan seorang ayah.

"Susi, apakah kamu masih memikirkan masalahnya dengan Fanny? Dia sudah putus hubungan denagn Fanny, dan juga sudah berjanji tidak akan bersama wanita lain lagi." Josephine pun menasehatinya: "Pria, semua pria pasti ada masa lalu, jangankan pria, wanita juga sama. Kamu lihat Freddy, kamu yang sudah punya anak saja dia tidak peduli, tetap mengejarmu layaknya kamu adalah seorang puteri."

"Cinta yang bisa dilepaskan begitu saja... tidak termasuk cinta yang dalam." Susi tersenyum.

Dia tahu Freddy menyukainya, dan sudah mengejarnya sangat lama, tapi dia masih sangat muda, tentu saja masih ingin bermain-main, kalau tidak mana mungkin dia bisa melepaskannya begitu saja.

Tentu saja, ini adalah hasil yang diharapkannya juga, karena dengan begitu Freddy tidak akan terluka, dia berharap setelah pulang, dia hanya sedih sehari, besoknya langsung melupakannya, nonton film atau pergi jalan-jalan, dan tidak terpengaruh olehnya lagi.

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu