Istri ke-7 - Bab 282 Pusaran Kebahagiaan (End)

Setelah menunggu selama satu jam penuh, akhirnya dokter keluar dari ruang operasi, Susi menatapinya, dia tidak berani menanyakan keadaan Henry.

Terakhir malah dokterlah yang berkata dengan penuh rasa bersalah, “Nyonya Muda, luka Tuan Henry sangatlah parah, kamu bersiap-siap saja.”

Mendengar perkataan dokter, Susi ketakutan hingga kakinya lemas, dia hampir kembali terjatuh ke kursi, dia bergegas menarik tangan dokter, dan berkata sambil menangis, “Tidak boleh! Dokter, kamu harus menolongnya, dia tidak boleh mati......”

“Nyonya Muda, kami pasti akan menolong Tuan Henry dengan sekuat tenaga.” Dokter menganggukkan kepalanya.

Seusai berkata, dokter kembali masuk kedalam ruang operasi.

10 menit kemudian, Henry diantarkan kedalam ruang ICU, setelah selesai mengatur Henry, dokter berkata kepada Susi, “Nyonya Muda, dari tadi Tuan Henry terus memanggil namamu, kamu pergi lihat dia saja, mungkin masih bisa memberikan motivasi kepadanya untuk hidup.”

Dia sudah terluka parah hingga membutuhkan motivasi hidup dari orang lain? Susi menghapus air matanya, dan menganggukkan kepalanya, “Baik.”

Setelah mengganti pakaian, Susi datang ke samping Henry.

Henry yang berada di atas kasur pasien menutup kedua matanya, wajahnya yang awalnya ganteng bengkak dan biru-biru, dia memegang tanganya dan memanggilnya, “Suamiku, kamu jangan begini, jangan menakutiku......”

Selama ini, Henry selalu ingin mendengar Susi memanggilnya suami, tapi dia terus melewatkan kesempatannya, hingga dia tidak bisa mendengarkan, barulah memanggilnya, apakah ini adalah akibatnya keras kepala?”

“Suamiku, aku lebih menyukai dirimu seperti orang sakit jika yang terus bertengkar dengaanku, mencari wanita untuk membuatku marah, cepat sembuh kembali, ok? Aku masih mau bertengkar denganmu lagi, tidak ada kamu yang menemaniku bertengkar akan terasa sepi bagiku, karena tidak ada lelaki yang begitu menjijikan sepertimu.......”

Suster yang berada disampingnya meliriknya, dia berpikir, apakah Nyonya Muda benar-benar ingin dia hidup kembali, kata-katanya begitu “spesial”

Namun Susi tidak merasa ada yang tidak beres, dia terus berkata, “Dan masih ada Ethan, kamu baru saja menemukannya dan sekarang kamu mau tidak menginginkannya lagi? Ethan sudah terbiasa dengan penemanian dari ayahnya, apakah kamu mau membiarkannya kehilangan ayah lagi dan kecewa dan sedih?”

“Dan aku peringatkan kamu.......jika kamu pergi, aku akan membawa Ethan pindah dari keluarga Qiao, lalu menikahi lelaki lain, seumur hidup ini tidak akan kembali ke keluarga itu lagi, dan tidak akan membantumu menjaga ibu, apakah kamu mendengarkannya........?” Susi menghapus air mata diwajahnya, dia tidak bisa melanjutkannya lagi.

------

Sekali mendengar Henry kecelakaan, Josephine dan Angie langsung bergegas ke rumah sakit untuk menemani Susi.

Ketika mereka tiba di rumah sakit, langsung melihat Susi yang sedang terduduk di tempat istirahat, mereka berdua saling bertatapan, Angie langsung menjerit, “Astaga, lihat ini matamu membengkak.”

“Kata dokter, Henry paling banyak masih bisa hidup 3 hari lagi lagi.” Kata Susi.

“Mengapa bisa begini?” Josephine duduk disampingnya, dan memegang tangannya, “Dimana luka Tuan Henry? Mengapa bisa separah itu?”

“Kata dokter otaknya sudah mulai mati.” Susi menatapi mereka berdua, dan merengek, “Bagaimana? Henry sudah tidak tertolong, bagaimana....?”

“Tidak, tidak akan.” Angie menasehatinya, amtanya juga ikut merah.

“Sebenarnya aku tidak begitu membencinya......” Susi menatapi Josephine, dan terus merengek, “Josephine, kamu seharusnya tahu, berdasarkan sifatku, jika aku tidak suka sama sekali, aku tidak akan menikahinya waktu itu, cara untuk berbalas budi ada begitu banyak, mengapa aku akan memilih untuk menikahinya? Semenjak aku diasuh oleh keluarga Qiao, Henry terus saja menjagaku, membantuku, meskipun aku mengira bahwa itu adalah perintah dari Nyonya Qiao, namun aku masih saja sangat terharu, aku bukanlah makhluk tidak berperasaan, hanya saja setelah orang tuaku bercerai, aku menjadi tidak begitu mempercayai pernikahan......”

“Jadi kamu mengira orang yang dicintai oleh Henry bukanlah kamu, apakah begitu?” Josephine berkata, “Sebenarnya tidak hanya karena rasa harga dirimu tinggi, tidak bisa mengatur perasaan, Henry juga punya banyak masalah, jika dia juga bisa menaruh harga diri lelaki, dan memberitahumu bahwa dia mencintaimu, maka kalian tidak akan ada begitu masalah yang tidak mengenakan ini.”

“Dia pernah mengatakannya, hanya saja aku yang terus tidak mempercayainya.” Susi berkata, “Tapi apa gunanya mengatakan hal seperti ini sekarang? Sudah terlambat.”

Angie menggunakan siku tangannya untuk menodong Josephine, dan berbisik kepadanya.

Josephine tercengang, dia terlihat kaget.

Setelah menemani Susi beberapa saat, Josephine berkata, “Eh! Berarti kalian berdua saling mencintai, tapi saling tidak mengakui, jika waktu bisa diulang kembali, aku benar-benar berharap kalian bisa tidak saling menyiksa lagi.”

“Tidak ada kesempatan lagi......” kata Susi.

“Siapa yang tahu? Henry begitu licik, bagaimana kamu bisa tahu ini bukanlah trik dia?” Josephine tersenyum, “Waktu itu Claudius juga pernah pura-pura mati untuk menipuku, Henry adalah teman baiknya, mungkin saja dia akan menirunya.”

“Apa katamu?” Susi menatapinya.

“Uhm......aku sembarangan bilang.” Josephine menatapinya, “Apakah kamu yakin otaknya benar-benar mulai mati?”

“Itu kata dokter.”

“Tapi ini adalah rumah sakit keluarga Qiao.”

Susi mengangkat tangan dan menghapus air matanya, dia berpikir, benar juga, itu adalah jalanan di tengah kota, laju kendaraan tidaklah cepat, tidak mungkin Henry bisa separah itu, lagipula darah dia waktu itu juga tidaklah banyak, setelah datang kerumah sakit selain melakukan pemeriksaan dikepalanya, sisanya tidak ada lagi yang dilakukan lagi.

Jika Henry benar-benar tidak bisa hidup lagi, maka rumah sakit pasti akan kacau karena dia, pasti akan mencari dokter ahli spesialis diseluruh negeri untuk datang mengobatinya, bukan seperti saat ini, membiarkannya diruang ICU untuk menunggu mati.

Semakin berpikir, Susi merasa perkataan Josephine benar, Henry mungkin sedang berpura-pura.

Dia menarik nafas dalam-dalam, lalu bangkit dari kursi, “Aku akan menjenguknya kedalam.”

Seusai berkata, dia berjalan kedalam ruang pasien Henry.

Henry tetaplah terbaring diatas kasur tanpa bergerak, namun Susi sudah tidak tegang dan khawatir seperti sebelumnya, namun mulai mengamati semua mesin yang berada disekitar, diatas mesin terlihat berbagai datanya memenuhi standar, sama sekali tidak ada jejak akan mati.

Dia mengigit bibirnya, menarik nafas dalam-dalam dan duduk disamping tempat tidurnya, menatapinya dan berkata, “Tuan Henry, tadi aku sudah pergi mencari tahu, jika kamu mati begitu saja aku tidak perlu bertanggung jawab, bagaimanapun juga bukan aku yang memintamu untuk menolongku, dengan begitu aku bisa tenang, dan kamu juga bisa pergi dengan tenang.”

“Tenang saja, setelah kamu sampai disana, aku akan menjaga Ethan dengan baik, dan akan menyembahyangimu setiap tahun, sedangkan dirimu......kamu lewati kehidupan sendirimu disana saja, diperjalanan sana pasti ada banyak setan wanita, ingat untuk menggodanya, agar nama mesummu tetap terjaga.”

“Haha, sebelumnya aku takut kamu mati karena aku harus bertanggung jawab, maka dari itu aku mengatakan banyak hal untuk mempertahankanmu, tapi setelah dipikir-pikir aku memang bodoh sekali, semoga aku tidak salah mengarahkanmu, Tuan Henry, kita jadi musuh saja dikehidupan depan, karena aku merasa kita lebih cocok menjadi musuh.” Dia mengangkat tangan dan memegang tangan Henry, “Oh iya, tadi air yang kuberikan itu mengandung obat tidur, aku percaya bahwa efeknya akan cepat terlihat, kamu juga akan terlepas dari penderitaan dengan cepat, ini adalah hal terakhir yang bisa aku lakukan untukmu.”

Seusai berkata, Henry langsung membuka matanya, dan menatapinya dengan ketakutan, “Apa katamu?”

“Tuan Henry, kamu sudah bangun?” Susi kaget, lalu berkata sendiri, “Apakah ini adalah gejala sekarat?”

Tampangnya terlihat tenang, namun sebenarnya dia sudah sangat marah.

Dasar lelaki ini ini memang sedang mempermainkannya!

“Kamu bilang kamu memberikanku obat tidur tadi?” Henry menarik bahunya.

“Iya, porsinya besar sekali.” Susi berlagak tidak bersalah, “Aku pikir kamu sudah terbaring disini, setiap detik adalah penderitaan bagimu, makanya aku mencari cara untuk membuatmu terlepas dari penderitaan.”

Henry melihat wajah Susi yang tenang, barulah dia menyadari bahwa dirinya dipermainkan, dia lalu bangkit dari kasur.

Susi tidak tahu apa yang ingin dilakukannya, dia mundur selangkah, dan disaat dia masih menebak apa yang ingin dilakukannya, Henry langsung menekannya diatas kasur pasien, dan mencubit dagunya, “Kamu mempermainkanku?”

“Kamu tidak takut aku memakanmu sebelum mati?”

“Tidak pernah takut.” Seusai berkata, Susi mendorongnya, dan bangkit dari kasur, lalu bergegas berjalan meninggalkan ruang pasien.

“Kalau berani jangan pergi.....!” Henry mengeajrnya keluar.

Josephine yang bersembunyi di pintu keluar terkejut oleh kedua orang itu, mereka menghindar dan menatapi Susi dan Henry yang saling berkejaran di koridor.

“Nyonya Qiao......cepat nangis lagi, atau katakan kata-kata yang enak didengar......” sambil mengejarnya, Henry sambil mempermainkannya.

“Pergi mati saja kamu, Henry! Jangan menghalangiku untuk pulang dan mempersiapkan acara kematianmu.” Kata Susi.

“Sudah seperti ini, kata-katamu masih saja kejam, tadi juga tidak tahu siapa yang menangis setengah mati disana, kalau berani kamu boleh berbohong mengenai kamu tidak mencintaiku lagi. Lihat saja aku masih percaya atau tidak!”

Susi baru saja masuk kedalam lift dan membelakangi Henry yang mengejarnya, bibirnya sedikit diangkat, senyuman malu sudah membuat mukanya merah.

“Kedua orang ini.......kapan mereka menjadi begitu kekanak-kanakan?” kata Angie menatapi arah perginya mereka berdua.

Josephine berpikir sejenak, dan menahan tawakannya, “Mungkin yang satu pusing karena tertabrak mobil, satunya pusing karena ketakutan?”

“Jahanam, membuat kita ikutan menangis begitu lama.”

“Duh, ayo pergi, pulang tidur.” Kata Josephine.

Tadi Angie mengatakan kepadanya dia menyadari dokter menatapi mereka dan tersenyum, awalnya dia tidak percaya, tapi tidak disangka Henry benar-benar pura-pura mati, dasar memang aktingnya bagus sekali.

Namun alhasil semuanya sudah berlalu sekarang!

Pasangan suami istri, Henry dan Susi, setelah melewati bertahun-tahun, akhirnya mereka juga melangkah kedalam pusaran kebahagiaan juga........

-------

(The End)

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu