Istri ke-7 - Bab 156 Hadiah (1)

"Betapa inginnya aku mencoba berkencan dengannya, lihat bagaimana rasanya," kata Josephine sambil sengaja menghela napas, "Sayangnya tak ada kesempatan."

"Apa katamu?"

"Aku bercanda," ujar Josephine membuat wajah mengolok, kemudian berlari sambil tertawa.

"Lain kali tidak boleh bercanda seperti ini," kata Claudius memperingatkannya dengan ekspresi masam sambil mengejar Josephine.

Mereka berdua bergurau di sepanjang jalan negara asing, Josephine sebentar-sebentar berhenti dan bersandar di pelukan Claudius lalu berfoto, lalu mengedit dirinya cantik-cantik dan diperlihatkannya pada Claudius.

Tak lama, mereka sampai di restoran Prancis yang telah dipesan oleh Claudius sebelumnya, begitu mereka masuk, pelayan pun langsung satu per satu menghidangkan makanan.

Claudius menunjuk makanan di atas meja dan berkata, "Bukankah kau bilang kau lapar? Cepat makanlah."

"Kalau begitu aku tidak sungkan-sungkan lagi," kata Josephine mengambil garpu dan mulai makan, kemudian mengangguk dan berkata, "Sesuai dugaan ini rasanya lebih khas dibandingkan restoran Prancis dalam negeri, enak sekali."

"Baguslah kalau enak."

"Kau juga makanlah," ujar Josephine sambil mengambilkannya sepotong daging.

Barusan Claudius sudah makan malam dengan klien itu, namun melihat Josephine sangat menikmati makanannnya, ia memutuskan untuk menemaninya makan sekali lagi, ia pun memasukkan daging yang diambilkan Josephine ke mulutnya.

Setelah makan untuk beberapa saat, Josephine tiba-tiba mendongak memandangnya dan bertanya, "Oh ya, kapan pekerjaanmu selesai? Sisa waktu beberapa hari ke depan ada rencana apa?"

Claudius berpikir sejenak, "Masalah pekerjaan, sore tadi sudah hampir semua beres."

"Kalau begitu besok kita pergi lihat ladang bunga?"

"Tidak, besok tidak bisa, lusa bisa."

"Kenapa? Besok hari ulang tahunku loh."

"Besok kutemani kau makan malam untuk merayakan ulang tahunmu, besok lusa kita ke ladang bunga."

"Sebenarnya aku bisa tidak perlu makan malam perayaan ulang tahun."

"Hal ini harus menuruti apa kataku," kata Claudius sambil mengetuk dahi Josephine, "Tidak boleh protes."

Josephine dengan tidak terima menentangnya, "Semuanya harus menuruti apa katamu."

"Kenapa? Tidak terima?"

"Tentu saja tidak."

"Dengar-dengar makan bisa meredakan amarah, makanlah agak banyak," kata Claudius sambil memenuhi mangkuk Josephine dengan makanan.

Sesuai dugaan amarah Josephine berubah menjadi nafsu makan, ia menunduk dan makan lagi.

Makanan di sini benar-benar keterlaluan enak, tanpa sadar ia melahap semua makanan yang Claudius ambilkan untuknya, kemudian ia baru menyadari dirinya kekenyangan.

Claudius menatap kekacauan di atas meja itu, lalu tersenyum padanya dan bertanya, "Sudah kenyang belum? Sudah tidak marah?"

"Sudah kenyang, tapi masih marah," kata Josephine berdiri dari kursinya lalu mengelus perutnya yang mengembung, "Sial, jelas-jelas aku sudah memutuskan mau diet."

"Jangan diet, jika aku tidak mengkritikmu," kata Claudius memanggil pelayan untuk membawakan nota, kemudian merangkul Josephine dan keluar bersama dari restoran.

"Aku mau berjalan santai sampai hotel."

"Terserah."

"Hehe... Suamiku baik sekali!" Ujar Josephine sambil merangkul lengan Claudius, sebenarnya ia tidak marah, malahan hatinya dipenuhi kebahagiaan!

Keesokan paginya setelah terbangun, sorot mata Josephine langsung terarah pada sebuah kotak perhiasan di meja di ujung kasur, kotak perhiasan itu berwarna emas, sekali melihatnya pun ia langsung tahu harganya pasti tidak murah.

Josephine duduk di ranjang, mengusap kedua matanya, menjulurkan tangan dan mengambil kotak itu lalu membukanya, di dalamnya terletak seuntai kalung berlian yang sangat indah. Model kalung itu sangat mewah namun tidak norak, benar-benar cocok dengan orang yang suka kesederhanaan sepertinya.

"Bagaimana? Kamu suka?" Tanya Claudius yang baru saja masuk ke kamar begitu melihat Josephine memegang kalung yang ia berikan.

Ia menghampiri Josephine. Ia menunduk dan mencium bibirnya. "Sayangku, selamat ulang tahun."

"Ini hadiah darimu untukku?" Tanya Josephine mendongak menatapnya.

"Sepertinya kamu tidak puas?"

"Kampungan!" Seru Josephine padanya. Setelah melihat wajah Claudius menjadi muram, seketika Josephine memeluk leher Claudius, kemudian tertawa dan berkata, "Tapi aku suka!"

"Apa maksudmu ini?" Tanya Claudius tetap dengan wajah tidak senang.

"Maksudnya adalah asalkan itu pemberianmu, apapun itu aku pasti suka."

"Benarkah?"

"Tentu saja," kata Josephine melepaskannya, kemudian memberikan kalung itu padanya, "Aku mau kau memakaikannya sendiri untukku."

Claudius menerimanya, dengan lembut membantunya memakaikannya, kemudian ia mengamati kalung yang menjuntai di dada Josephine itu lalu mengangguk puas. "Jelas-jelas cantik sekali, sama sekali tidak kampungan."

"Terima kasih untuk hadiahnya, suamiku," ujar Josephine tertawa bahagia sambil mencium Claudius.

"Begini kau sudah puas? Malam nanti ada hadiah yang lebih baik untuk kuberikan padamu."

"Yang benar? Biar kutebak, di restoran berputar tertinggi nomor 1 di sini? Candlelight dinner yang romantis? Dan kalung dengan permata yang lebih besar?"

"Jangan asal tebak, gedung tertinggi di sini tidak punya restoran berputar," kata Claudius sambil menyentil dahi Josephine, "Kau pergi sendiri dulu dengan pemandu tur, minta dia membawamu pergi makan pagi, aku masih ada kerjaan, setelah kuselesaikan akan kutemani kau makan siang."

"Kau sudah sarapan?"

"Barusan aku sudah makan."

"Suamiku bekerja keras sekali. Tidurnya lebih malam dari anjing, bangunnya lebih pagi dari ayam," kata Josephine dengan muka iba sambil mengembungkan mulut mungilnya.

Claudius mengakui ia bangun lebih pagi daripada ayam, lagipula hal ini tak bisa diapa-apakan, kalau tidurnya lebih malam dari anjing itu adalah keinginannya sendiri, bukan salah orang lain. Sejak Josephine kembali ke sisinya, ia selalu tidur sangat malam, karena bertambah 1 hiburan di malam hari.

Claudius mengelus pipi Josephine dan berkata, "Aku pergi dulu."

Ia mengenakan kemeja berwarna putih gelap, Josephine baru menyadari di ujung lengan kemejanya terpasang jepitan yang ia belikan untuk Claudius kemarin, di kerah kemejanya juga tergantung dasi yang kemarin ia belikan.

Tak disangka Claudius mengenakan hadiah darinya secepat ini, hati Josephine menjadi girang.

"Sampai ketemu nanti siang," kata Josephine mengecupnya, ia sedikit tidak rela melepaskannya.

Kali ini saat ia kembali ke sisi Claudius, total baru 3 bulan lebih. Dalam dirinya malah telah timbul perasaan yang demikian kuat terhadap Claudius, benar-benar ajaib. Mungkin karena kali ini tidak ada ikut campur dari Fransiska dan Shella, sehingga ia berani mencintainya sedemikian rupa!

Ia bisa merasakan, kali ini Claudius juga sudah banyak berubah, terutama sikapnya terhadapnya!

Pagi hari itu ia berkeliling di sekitar sana dengan pemandu tur perempuan, siang harinya ia makan siang bersama Claudius, lalu mereka kembali ke hotel dan istirahat, malam harinya baru keluar lagi.

Claudius membawa Josephine ke sebuah restoran Prancis yang elite, dekorasi restoran ini sangat mewah, ada taman bunga gantung, ada musik romantis. Tetapi tidak ada sesuatu yang istimewa, ini hanya seperti restoran yang bisa ditemui di Jakarta.

Tetapi Josephine tetap sangat senang, ia yang dari dulu tak pernah mengejar kemewahan, tidak mempedulikan barang duniawi begini, yang ia pedulikan adalah orang yang menemaninya makan ini!

Josephine berdiri di teras memandang taman bunga itu dan pemandangan malam yang berkilau di luar itu, ia memejamkan kedua matanya, membuka kedua lengannya dan menarik napas dalam-dalam, kemudian ia berbalik dan memeluk leher Claudius dan berkata sambil tersenyum, "Aku suka tempat ini, terima kasih."

"Baguslah kalau kau suka," kata Claudius sambil menggandengnya untuk duduk, ia mengangkat gelas anggur di atas meja dan bersulang dengannya. "Selamat ulang tahun."

"Kau kan sudah mengucapkannya tadi pagi."

"Tak ada salahnya mengucapkannya beberapa kali, kan," kata Claudius lalu meminum anggurnya, lalu ia mengangkat gelas dan berkata, "Minumlah, kenapa kau tidak minum?"

Josephine dengan tidak enak tersenyum. "Aku takut kalau aku mabuk aku akan menyiksamu seperti waktu itu."

"Tidak apa-apa, aku tahan kau siksa."

"Kalau begitu aku tak akan sungkan," ujar Josephine meminumnya.

Begitu ia meletakkan gelas, di sekelilingnya terdengar lagu ucapan ulang tahun, kemudian seorang pelayan mendorong kereta berisi kue ulang tahun yang besar ke dalam. Josephine memandang pelayan yang membawa kue itu dengan terkejut, di atas kue itu tertulis "Selamat ulang tahun, istriku" yang ditulis dengan krim coklat.

Ia menoleh memandang Claudius sambil tersenyum dan berkata, "Kenapa kau menyiapkan kue sebesar ini, boros sekali."

Claudius tertawa. "Kue begini saja, harganya bahkan tidak mencapai 20% dari makan malam hari ini."

"Dasar tuan keluarga kaya,"

"Yuk, buatlah permohonan," kata Claudius menunjuk lilin yang sudah menyala di atas kue itu, "Aku sudah memberkati kue itu, kuenya sudah berkhasiat, apapun yang kau harapkan, begitu kau membuka mata semua akan tercapai."

"Kue bisa diberkati? Benar atau bohong?" Tanya Josephine, ini pertama kalinya ia mendengar hal begitu.

Claudus tertawa dalam hati, bodoh! Tentu saja bohong.

Tapi ia tetap mengangguk dengan serius dan berkaa, "Benaran."

"Kalau begitu biar aku coba," kata Josephine sambil merapatkan kedua tangannya dan memejamkan mata. "Permohonan pertama, aku harap aku bisa melalui seumur hidupku dengan sebaik ini bersama Claudius. Permohonan kedua, aku harap anak kami bisa tumbuh besar dan sehat bersama kami, Permohonan ketiga..."

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu