Istri ke-7 - Bab 259 Ending 2 (2)

Setelah kembali ke kamar, Claudius langsung menimpa Josephine diatas kasur, dan menciuminya dengan tersenyum mesum, “Tadi aku masih lagi bingung tidak bisa melakukan ini denganmu, untung saja Jesslyn pintar, huh......akhirnya tidak perlu ada si bocah kecil tidur ditengah kita.”

“Kamu begitu tidak ingin tidur bersamanya?”

“Tentu saja, tidak bisa memelukmu, dan harus menjaga untuk tidak menimpanya, rasanya benar-benar tidak enak.” Claudius tidak pernah tidur bersama anak kecil, saat malam hari dia selalu ketakutan, dia khawatir dirinya akan menimpanya, sekarang akhirnya tidak perlu khawatir lagi, rasanya benar-benar lega!

Josephine merangkul lehernya sambil tersenyum, “Sebenarnya aku juga tidak menyukai keberadaan orang ketiga.”

“Aku sudah mengetahuinya dari awal.” Claudius mencium lehernya, lalu bibirnya bergerak naik turun, sambil menciumi dadanya, lalu membuka bajunya.

Josephine berbalik menimpanya, Claudius menatapinya dan bertanya, “Kamu mau melayaniku lagi?”

“Iya, sama seperti katamu, hari ini tidak ada si bocah kecil, suasana hatiku senang.” Josephine sambil membuka bajunya sambil mengoda Claudius, dia meniru gaya Claudius tadi, tangannya bergerak naik turun dibadannya.

Kesengajaannya sangatlah mematikan bagi Claudius, seketika langsung mengontrol pikirannya.

Claudius tak sabaran untuk memeluknya dan menciuminya.........

Mereka berdua bolak-balik diatas kasur, saling berpelukan dan berciuman, sudah lama sekali tidak sebebas ini lagi, memang benar dunia berdua lah yang paling indah!

Marco menatapi Belinda yang duduk didepannya dengan kaget, dia jelas-jelas tidak mengira bahwa Belinda mengajaknya keluar untuk berpamitan dengannya.

“Kenapa? Kamu tidak mengira aku akan berpamitan denganmu?” Belinda menuangkan segelas teh untuknya sambil tersenyum.

Marco menyicipi tehnya, lalu berkata, “Sebelumnya aku lah yang sekali demi sekali berpamitan denganmu, kali ini malah kamu yang berpamitan denganku, memang sedikit tidak terbiasa.”

“Tidak ada hal aneh, sebenarnya aku sudah ingin kembali ke Amerika dari awal, hanya saja Tuan Claudius tidak membiarkanku pergi saja.”

“Kamu masih tetap saja berpikir untuk Claudius dalam semua hal.”

“Aku dan Tuan Claudius......dulu adalah hubungan atasan dan bawahan, sekarang adalah teman, ketika teman membutuhkan pertolongan, layaknya kita bantu dengan sepenuh hati.” Belinda berkata, “Tapi sekarang sudah mendingan, penyakit Tuan Claudius sudah sembuh, sahamnya juga sudah didapatkan kembali, anak istri yang hilang juga sudah ketemu, akhirnya semuanya sudah baik-baik saja.”

Claudius sudah tidak memerlukannya, dia juga akhirnya bisa pergi dengan tenang, meskipun hatinya sedikit bimbang, namun lebih banyak rasa bahagianya, bahagia demi Claudius!

Ketika dia mengangkat kepalanya, barulah dia menyadari keanehan ekspresi Marco, barulah dia menyadari bahwa dia salah bicara, dan bergegas berkata, “Maafkan aku........aku tidak seharusnya mengungkit Nona Bai.”

“Tidak apa-apa.” Marco menenangkan emosinya dan mengelengkan kepalanya, “Aku sudah melepaskannya.”

“Benarkah?”

“Benar.” Marco menganggukkan kepalanya, “Masih ingatkah perkataanmu kepadaku? Mencintai seseorang bukanlah untuk mendapatkannya, melainkan membuatnya hidup dengan bahagia.”

“Aku tidak menyangka kamu masih mengingatnya.”

“Karena aku merasa kata ini sangatlah benar.”

“Terima kasih.” Marco menatapinya dan berbalik bertanya, “Lalu bagaimana denganmu? Karena tidak bisa melepaskan makanya kamu meninggalkannya?”

“Aku?” Belinda tersenyum, “Aku tidak pernah mengharapkannya, dari mana datangnya melepaskan?”

“Yang ku maksud adalah ini.” Marco menunjuk letak jantungnya, “Apakah dia masih berada didalam hatimu?”

“Kalau ini......menurutku akan hilang secara pelan-pelan, manusia tidak hanya akan mencintai satu orang saja dalam hidupnya.”

“Kamu benar.” Marco menganggukkan kepalanya, lalu bertanya, “Kapan rencanamu untuk pergi?”

“Pesawat besok pagi.”

“Aku akan mengantarmu.”

“Tidak perlu, kakimu kurang cocok.......”

“Nona Belinda, apakah kamu tahu apa yang paling aku benci dari perkataan orang lain?” Marco memotongnya, “Aku benci orang mengatakan kakiku kurang cocok untuk beraktivitas........”

“Maaf.......”

“Tidak apa-apa, asalkan kamu tidak menganggapku sebagai sosok aneh saja.”

Belinda menganggukkan kepalanya, dan meliriknya lalu berkata dengan jujur, “Marco, kamu adalah orang yang paling baik, paling giat yang pernah kutemui, kamu bukanlah orang cacat, didalam hatiku kamu adalah seorang pria yang normal dan tegas gagah.”

“Penilaian yang setinggi ini, aku sedikit tegang.”

“Tidak perlu begitu, kamu hanya perlu melanjutkan kehidupanmu dengan baik saja.”

Marco menganggukkan kepalanya, suasana terasa canggung, sesaat kemudian, Marco berkata, “Itu.....kejadian waktu itu setelah minum alkohol......aku sepertinya belum meminta maaf dengan formal denganmu, hari ini aku akan meminta maaf dengan formal, benar-benar maaf sekali........”

Belinda mengerakkan pundaknya seolah tidak peduli, “Kamu sebenarnya sudah pernah meminta maaf.”

“Benarkah?”

“Iya, dan aku juga sudah memaafkanmu, bukan, lebih tepatnya kita berdua sama-sama bersalah, tidak boleh memberikan semua tanggung jawab kepadamu, jadi aku tidak pernah menyalahkanmu.” Kata Belinda.

Sebenarnya Marco tidak melupakan fakta bahwa dia sudah meminta maaf, hanya saja ini adalah sebuah simpul dalam hatinya, baik sudah berapa lama pun, dia masih tetap merasa bersalah.

Dia tidak mengharapkan Belinda pergi sambil membawa dendam terhadapnya, saat ini ketika dia melihat Belinda sama sekali tidak mempedulikannya, barulah dia merasa sedikit lega.

Keesokkan harinya, Marco sudah tiba di rumah Belinda pagi-pagi, dia menjemputnya dan mengantarkannya ke bandara.

Ketika mobil dinyalakan, Marco bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah sarapan atau belum?”

“Aku sudah sarapan.” Belinda menganggukkan kepalanya.

Sebenarnya tadi dia bangun kesiangan, dia tidak sempat makan, tapi nanti beli sedikit makanan di bandara juga boleh.

Ketika mobil berjalan melewati Perusahaan Keluarga Chen, Marco bertanya, “Apakah perlu berpamitan dengan Claudius dulu?”

“Tidak perlu, aku sudah berpamitan dengannya.” Kata Belinda, tatapannya menuju ke gedung Perusahaan Keluarga Chen, dengan rasa sedikit tidak rela.

Bagaimanapun juga ini adalah tempat dimana dia bekerja selama 10 tahun, sekarang sudah waktunya pergi, dan adalah pergi untuk selamanya, hatinya pasti sedikit bimbang.

Hingga setelah mobil menjauh dan tidak bisa melihat Gedung Perusahaan Keluarga Chen, Belinda baru berhenti menatap keluar, dia menyadari bahwa Marco sedang melihat dirinya, lalu dia menjelaskan sambil tersenyum, “Kamu jangan sembarangnan berpikir, aku bukan tidak ikhlas dengan lelaki didalam sana, hanya saja aku tidak ikhlas dengan masa mudaku selama 10 tahun yang kuberikan ditempat ini.”

Hampir sepuluh tahun, benar-benar lama sekali.......

Marco hanya tersenyum tanpa mengatakan apa-apa.

Mobil berhenti didepan bandara, Marco bersikeras ingin mengantarkan Belinda Check In, Belinda khawatir dia sembarangan berpikir, lalu hanya bisa membiarkannya saja.

Karena tadi sedikit macet di jalan, sekarang mereka kebetulan bisa masuk melewati security check, Belinda melambaikan tangannya dengan Marco, Marco berkata kepadanya,. “Semoga sampai ditujuan dengan selamat, jagalah dirimu baik-baik.”

“Terima kasih.” Belinda menatapinya, “Kamu juga.”

Marco menganggukkan kepalanya.

Belinda menunjuk kearah gerbang security check, “Kalau begitu aku pergi dulu.”

“Baik.”

Belinda berjalan kearah security check.

Wisatawan yang melewati security check tidaklah banyak, ketika sampai giliran Belinda, dia tidak menemukan kartu identitasnya dalam tasnya, dia berpikir mungkin saja ketinggalan didalam koper, dia lalu berjongkok dan mencarinya dalam koper.

Sesaat kemudian, dia akhirnya menemukan kartu identitasnya, mungkin karena jongkok terlalu lama, ketika berdiri dia merasa pusing, langkahnya meleset lalu dia terjatuh.

“Belinda......!” Marco melihatnya jatuh lalu berteriak karena kaget.

Untung saja wisatawan yang berada disampingnya memegangnya, dan membuatnya terhindar dari resiko terjatuh kelantai.

Ketika melihat Belinda pingsan, Marco langsung bergegas mengerakkan kursi roda kedalam rombongan, dia sambil mengeluarkan teleponnya dan memanggil ambulan.

Seketika suasana berubah kacau, ketika satpam bandara melihat kekacauan, mereka langsung bergegas mendekat dan mempertanyakan apa yang terjadi, bersamaan dengan itu, mereka mulai mungurusi orang-orang.

Seusai bertelepon, Marco lansung berusaha masuk kedalam rombongan, dan berteriak ke kerumunan, “Mohon kasih aku lewat, aku adalah dokter.......”

Dia juga tidak peduli bahwa kedua kakinya tidak nyaman, dia bergegas turun dari kursi roda dan duduk disamping belinda, setelah melakukan penelitian sejenak, Belinda di gendong dari lantai, lalu Marco menekan bagian bibirnya.

Dia sudah berusaha, Belinda sedikit kembali sadar, hanya saja rasa pusing di kepalanya tidaklah hilang.

“Nona Belinda, apakah kamu baik-baik saja?” Marco bertanya kepadanya.

Belinda mengoyangkan kepalanya, dia lalu ingin mengelak dari pelukan Marco, namun dia kehabisan tenaga, dia lalu mengangkat tangannya dan meremas kepalanya, “Aku tidak apa-apa, mungkin karena kekurangan gula darah, duduk sebentar saja sudah cukup.”

“Kamu kekurangan gula darah?”

“Iya.”

Disaat ini, kebetulan tim medis tiba, ketika diangkat, Belinda memprotes, “Tidak........pesawat akan terbang sebentar lagi, aku tidak boleh kerumah sakit......”

“Kamu sudah begini, bagaimana caramu untuk pergi, lain kali saja.” Kata Marco menasehati.

Novel Terkait

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu