Istri ke-7 - Bab 128 Meledak (2)

Di sudut ruangan kapal, Vincent terdiam sangat lama setelah mendengar rencana yang dikemukakan Shella.

Melihatnya tidak kunjung menjawab, Shella mendesaknya dengan tak sabar, "Jadi bagaimana? Katakan sesuatu."

Vincent mendongak dan menatapnya, "Aku hanya perlu membohongi Joshua untuk turun gunung setelah matahari terbenam, kan?"

"Benar, sangat sederhana," lirik Shella, "Kau tidak akan menolak membantu pekerjaan sesederhana ini, kan? Vincent, jangan lupa bahwa kini kita berada di atas perahu yang sama. Kalau kau hidup aku hidup; kalau kau mati, aku mati."

"Kau berencana melakukan apa terhadap Sally?" Vincent menatapnya, "Kau tahu dia bukan orang yang mudah dikalahkan, dan kau masih berani bertindak di saat kritis seperti ini?"

"Kenapa tak berani? Saat ini dia pasti mengira aku sedang kebingungan dan hanya bisa waspada. Bahkan dia mungkin berpikir kalau aku tidak bisa membalasnya lagi," Shella tersenyum dingin, "Di matanya, aku dan Josephine sama-sama tidak berdaya. Sekarang aku mau membuatnya mencicipi akhir dari berurusan denganku, Shella. Aku mau membuatnya mati tanpa dia sendiri tahu bagaimana dia mati."

"Sudah, jangan katakan hal-hal tidak berguna seperti ini lagi. Cepat beritahu aku sebenarnya apa yang akan kau lakukan?" potong Vincent dengan tak sabar, namun sedetik kemudian ia meralat perkataannya, "Tidak, lebih baik jangan beritahu aku. Anggap saja aku sama sekali tidak tahu apa rencanamu, jadi kalau nanti terjadi sesuatu, kau jangan libatkan aku."

"Sudah kubilang, kau hanya perlu mengajak Joshua turun gunung, sisanya kau tidak perlu tahu."

"Lalu bagaimana dengan Josephine? Aku harus tahu peran apa yang dilakukan Josephine dalam rencanamu," tanya Vincent. Ia hanya mempedulikan Josephine, yang lain ia tidak urus.

"Tenang saja, dia tidak perlu berperan apa-apa. Nanti setelah kau mengajak Joshua turun gunung, aku dan Josephine akan menyusul kalian di belakang," Shella melihat ketidakpercayaan Vincent di matanya, ia berkata, "Tuan Lee, kalau aku membahayakan Josephine sampai membuatnya mati, apa kau akan melepaskanku?"

"Tentu tidak."

"Nah, aku telah menyerahkan kemudi padamu, apa yang bisa kulakukan padanya? Aku hanya berpikir, kalau kau bersama Josephine, akan lumayan sulit."

"Kuperingatkan kau, kalau sampai dia kehilangan sehelai saja rambutnya, jangan harap kau bisa mempertahankan posisimu bersama Claudius," tegas Vincent.

"Tenang saja, aku sangat paham hal ini," Shella melihat sekilas ke arah kerumunan di ruang pertemuan, lalu menyindirnya, "Cepat kembali sana, wanita itu mungkin sedang memainkan triknya terhadap Claudius dan Josephine lagi."

Dibilang begitu, Vincent baru sadar kalau dirinya mungkin telah pergi terlalu lama. Ia pun kembali ke ruang pertemuan.

Dalam perjalanan ke sana, ia kebetulan melihat Josephine sedang berdiri di tepi pagar melihat pemandangan. Ia pun mendekatinya, lalu memeluknya dari belakang, "Ada apa? Kau sedang lihat apa?"

Begitu teringat akan rencana Shella, hatinya pun melunak, ia semakin kasihan terhadap Josephine.

Josephine terkejut, ia menoleh, menggeleng, "Bukan apa-apa, hanya merasa di dalam terlalu sesak, aku ingin mencari udara segar."

"Sekarang sudah merasa segar?"

"Sudah."

"Kalau begitu mari kita kembali, melanjutkan minum anggur."

"Kau masih ingin lanjut?" Josephine sangat tidak tertarik dengan anggur, meskipun anggur racikan bartender di sini lumayan enak.

"Kita tidak boleh kabur duluan, kan," kata Vincent sambil menggandengnya kembali ke tempat duduknya. Ia mengamati teman-teman di sekelilingnya sambil tertawa, "Apa disajikan anggur baru?"

"Ya, saat kalian pergi bahkan ada 2 macam anggur baru yang disajikan," kata Joshua sambil menunjuk 2 jenis anggur, merah muda dan putih, di atas meja. "Cobalah, rasanya lumayan," senyumnya.

"Benarkah?" Vincent mengambil salah satu anggur itu dan mengamati namanya, "Penggoda Serigala, sungguh nama yang liar. Mari, kita coba," ia menyodorkan gelas itu ke mulut Josephine.

Josephine mencicipinya, ia mengangguk, "Enak."

"Kalau begitu habiskan saja, jangan buang-buang," Vincent mengambil gelas yang satunya lagi, melakukan tos, lalu meminumnya.

Josephine sudah minum sedikit tadi, sekarang ia minum lagi, jadi ia sedikit berhati-hati, meskipun kadar alkohol anggur itu tidak tinggi.

Vincent bermaksud membuatnya mabuk, jadi ia mengambil segelas lagi dan membujuknya untuk minum.

Shella juga sedang berencana untuk membuat Claudius mabuk. Melihat Vincent membujuk Josephine untuk minum, ia pun menirunya mengambil gelas sambil tertawa, "Tidak baik kalau hanya kalian berdua yang minum. Seharusnya kita minum bersama."

Ia memberi Claudius alkohol berwarna merah muda itu, "Claudius, kau yang mulai duluan."

Claudius melirik Vincent dan Josephine sekilas, ia tertawa, "Lupakan saja, kalau mabuk besok kita tak bisa pergi bertamasya."

Sally menimpalinya, "Benar, benar, besok kita perlu tenaga untuk mendaki gunung. Lebih baik kita beristirahat lebih awal malam ini."

"Pulang seawal ini apakah bisa tidur?" Joshua memandangnya, Sally terdiam, ia memelototi Joshua dengan emosi.

"Benar, sekarang baru jam 8 lebih, terlalu awal untuk pulang," ujar Shella, "Dan jam 9 nanti masih ada acara."

Dengan usaha serempak Shella dan Vincent, orang-orang akhirnya tetap tinggal di tempat sampai hampir pukul 10. Saat itu, Josephine sudah mulai mabuk.

Claudius yang seorang pengusaha tidak mudah dibuat mabuk, malah Shella yang mabuk sampai terjatuh ke lantai.

Dibandingkan dengan yang lain, Joshua mabuk paling parah. Pelayan sampai harusnya memapahnya pulang.

"Hati-hati," kata Vincent sambil memapah Josephine yang sempoyongan.

"Aku agak mabuk," Josephine menegakkan badannya, ia tertawa sungkan.

"Aku gendong kau saja," Vincent membungkukkan punggungnya di depan Josephine. Josephine tidak menolak, ia tertawa dan mengatakan terima kasih lalu naik ke punggung Vincent.

Shella menempel di tubuh Claudius. Melihat sosok keduanya pergi, ia pun mendongak menatap Claudius dan berkata manja, "Aku juga mau digendong."

Claudius mengikuti pandangannya ke arah kedua orang itu, lalu mengangguk, "Oke."

"Terima kasih, Claudius," Shella tertawa senang, ia merangkak naik ke punggung Claudius.

Setelah kembali ke hotel, Claudius menurunkan Shella di atas ranjang. Saat ia hendak bangun, Shella merangkul lehernya, tubuhnya yang seksi naik ke atas tubuh Claudius. Bibir merahnya menyapu bibir Claudius, ia berbisik lembut, "Claudius, jangan pergil, temani aku di sini ya?"

"Shella, kau mabuk," Vincent perlahan menjauhkan bibirnya, satu tangannya menepuk-nepuk pundak Shella, "Berbaringlah dan beristirahatlah, efek alkoholnya akan cepat menghilang."

"Tidak...aku tidak mau," Shella yang setengah sadar tidak peduli lagi tentang sandiwara. Hasratnya akan Claudius semakin menggelora, dan dia bukanlah orang yang bisa menahan nafsu sejak dulu. Jarinya meraba dada Claudius dengan ringan, seperti ular masuk ke sela-sela kemejanya, memancingnya dengan ringan. Bibirnya yang merona menciumi dagu pria itu.

Ciumannya penuh gairah, hal yang tidak bisa dilakukan oleh Josephine.

Dipancing seperti itu, Claudius pun tertegun. Ia menarik tubuh Shella dari atas tubuhnya, lalu berguling di atas ranjang dan tersenyum padanya, "Tidurlah dulu, aku mau mandi."

Shella tertegun menatapnya, lalu tersenyum tipis, "Aku mau mandi bersamamu."

"Kau tidak boleh mandi sehabis mabuk, tubuhmu bisa terkejut," Claudius menarik selimut ke atas tubuh Shella, lalu menepuk-nepuk punggung tangannya, "Berbaringlah, aku mandi dulu."

Claudius masuk ke kamar mandi. Setelah mengisi penuh bathtub, ia melepaskan pakaiannya dan berendam di sana, merilekskan tubuhnya yang lelah. Rasa nyaman seketika memenuhi tubuhnya. Ia memejamkan mata, menikmati kenyamanan ini.

Saat ia keluar dari kamar mandi, Shella sudah tertidur memeluk bantal.

Claudius melangkah ke arah ranjang, mengamati wanita yang tertidur itu, lama sekali...

***

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu