Istri ke-7 - Bab 87 Terluka (2)

"Bukankah seharusnya harus segera dibawa ke rumah sakit?" tanya Nenek panik.

Dokter melihat Claudius, lalu melihat pergelangan tangan Josephine yang tak henti mengeluarkan darah, "Nyonya Muda, darah pada mulut Tuan Muda itu semuanya darahmu?"

Josephine mengangguk. Herannya, saat ini ia sama sekali tak merasakan sakit, atau mungkin karena ia tak ingin merasakannya.

Dokter kembali memeriksa mulut Claudius. Setelah memastikan ia tak menyakiti dirinya sendiri, Dokter pun berkata pada Nenek, "Tidak perlu, Tuan Muda telah tertidur sekarang, aku akan menyuntiknya sekali lagi, ia akan sadar besok."

"Yakin?" tanya Nenek cemas.

Meskipun dokter ini adalah dokter ahli yang dibayarnya mahal, dan juga merupakan dokter Claudius selama bertahun-tahun, Nenek tetap saja tak tenang ketika melihat keadaan Claudius yang seperti ini.

"Tenang saja, Nyonya, Tuan Muda tidak akan kenapa-kenapa," kata Dokter sambil meraba punggung tangan Claudius, "Tunggu sampai efek obatnya menghilang lalu saya akan menyuntiknya sekali lagi."

"Baiklah, baiklah," angguk Nenek.

Setelah Dokter selesai mengurus Claudius, ia berpindah ke Josephine, "Nyonya Muda, saya akan mengobati luka Anda."

Josephine pun mengangkat tangannya, ia tersadar kalau lukanya sama seperti saat Claudius menggigitnya di malam pertama mereka, darah dan daging bercampur tak jelas.

"Tidak, aku tak apa-apa, Dokter periksa Claudius dulu saja," Josephine menggeleng dan menarik tangannya.

"Ya Tuhan, bagaimana tanganmu bisa terluka seperti ini?" Begitu melihat bekas gigitan di tangan Josephine, Nenek pun memegang tangan gadis itu dengan iba, "Claudius yang menggigitmu?"

"Ya, tapi aku tidak merasa sakit, Nenek tenang saja."

"Terluka seperti ini, mana mungkin tidak sakit?" Nenek buru-buru memanggil Dokter, "Cepat, cepat obati luka Josephine," katanya sambil mendudukkan Josephine di sofa dengan penuh perhatian.

Dokter pun mulai mengobati luka Josephine. Nenek memegang tangannya yang lain sambil memperingatkan, "Shella, lain kali kalau mendapati Claudius kambuh, kau harus segera menghindarinya, jangan tinggal saja di kamar seperti ini sampai tergigit oleh Claudius, mengerti?"

Ia saat ini sedang hamil, kalau sampai dipukul Claudius hingga keguguran atau melukai janinnya bagaimana?

Keberanian Josephine menemani Claudius sampai tersiksa begini membuat Nenek kagum, bagaimanapun ia adalah yang pertama!

"Nenek, aku mengerti," jawab Josephine dengan taat.

Luka Josephine telah diberi obat dan diperban sehingga tak seberapa sakit lagi. Josephine pun membujuk Nenek untuk kembali beristirahat. Nenek tak tenang, katanya sambil memperhatikan Claudius, "Apa kau mau tidur di kamar Claudius, kusuruh Joshua dan Chelsea untuk turun?"

Joshua dan Chelsea tidur di lantai 3, saat ini mereka mungkin sudah terlelap sehingga tak mendengar keributan di bawahnya.

Josephine menggeleng, "Tidak perlu, Nek. Tadi siang aku sudah tidur lama sekali, jadi sekarang tidak mengantuk sama sekali."

"Baiklah kalau begitu, kau juga perhatikan istirahatmu."

"Pasti."

Setelah Nenek pergi, Dokter juga telah selesai menyuntikkan infus di tubuh Claudius. Ia merasa tak nyaman berada berdua bersama Josephine, jadi ia berkata, "Nyonya Muda, saya akan kembali ke kamar, bisa tolong panggil saya kalau cairan infusnya sudah habis?"

Josephine mengangguk, "Dokter Huang tidur saja, saya bisa memasang dan mengganti cairan infusnya sendiri. Kalau ada sesuatu saya akan memanggil Anda."

"Anda bisa memasang infus?"

"Ya, saya pernah belajar," angguk Josephine.

Dulu, ketika bersama anak-anak, Josephine selalu menghadapi berbagai penyakit setiap hari. Ia pun belajar beberapa ilmu perawatan sederhana demi merawat mereka.

Mendengar Josephine berkata begitu, Dokter pun kembali ke kamar dengan tenang.

Kamarnya pun kembali sunyi. Josephine bangkit dari sofa dan berdiri di depan kasur, mengamati wajah pucat Claudius.

Sebelum penyakitnya kambuh, wajahnya tidak sepucat ini. Hanya dalam waktu sekejap, wajahnya berubah menjadi seperti ini. Penyakit ini benar-benar menakutkan!

Josephine masih melihat ada noda darah di sudut bibir Claudius. Ia pun ke kamar mandi dan membasahi handuk, lalu duduk di tepi ranjang dan menyeka mulut Claudius dengan hati-hati.

Ia juga membasuh kedua tangan Claudius, lalu meletakkan kembali handuknya ke dalam baskom.

Total ada 3 botol cairan infus. Kata dokter, Claudius akan merasa sakit saat obat ini masuk ke pembuluh darah, jadi tetesannya tidak boleh terlalu cepat. Sebenarnya siang ini ia sama sekali tidak tidur, juga tak ingin tidur, jadi ia sudah sangat mengantuk sejak tadi.

Ia mengambil ponsel dan memasang alarm, kemudian meletakkannya kembali dan berbaring di kasur, memejamkan mata.

Entah bagaimana kalau Shella yang menghadapi kejadian ini, akan bagaimana reaksinya, pasti sama seperti ia saat pertama kali, ketakutan sampai beringsut gemetar di ujung ruangan?

Apakah Shella memiliki hati seperti ini untuk merawat orang sakit?

Semoga nanti Shella bisa sepertinya, pelan-pelan memahami pria di hadapannya ini, pelan-pelan tak takut lagi.

Benar juga, ia yang sekarang sudah tak takut lagi dengan penyakit Claudius. Tiap kali melihatnya kambuh, yang ada hanyalah rasa iba dan khawatir, tak ada lagi rasa takut.

Meskipun sangat mengantuk, dan sudah menyalakan alarm pula, Jospehine tetap menahan diri untuk tidak tidur. Ia khawatir dirinya akan ketiduran dan tidak mendengar alarm hingga membahayakan Claudius.

Cairan obat menetes dengan amat lambat, sampai di botol ketiga, langit perlahan-lahan mulai terang. Josephine sudah tak tahan lagi, begitu kepalanya tertunduk, ia pun tertidur di sisi ranjang.

Kali ini ia tidur nyenyak sekali, bahkan sampai bermimpi. Ia memimpikan Claudius telah tersadar, penyakitnya lenyap seluruhnya.

Yang ia tidak tahu, Claudius benar-benar telah sadar. Cahaya fajar menembus melalui gorden, sinarnya lembut menerangi seisi ruangan.

Claudius merasakan punggung tangannya sakit, ia pun mengarahkan pandangannya ke sana, ternyata punggung tangannya tertusuk jarum. Sementara itu, di sebelahnya tangannya, Josephine sedang tertidur dengan sangat lelapnya.

Ia tidur berbantal tangan, tangan kanannya memegang ponsel, sedangkan tangan kirinya terkulai di pinggir ranjang. Pergelangan tangannya terbungkus kasa tebal.

Meskipun Claudius tak bisa mengontrol dirinya semalam, tapi ia ingat Josephinelah yang mencarikannya obat, ia juga ingat kalau ia telah menggigigt pergelangan tangan gadis itu.

Rasa darah yang asin dan anyir itu masih diingatnya dengan jelas sampai sekarang.

Wanita malang ini, lagi-lagi Claudius menggigit pergelangan tangannya!

Ia mendongak melihat botol obatnya, masih ada kira-kira 20ml sebelum cairannya habis.

Tepat di saat itu, alarm ponsel di genggaman Josephine berbunyi. Claudius tertegun sejenak, lalu dengan cepat mengambil ponsel itu dan mematikan alarmnya.

Josephine tertidur sampai terbangun dengan sendirinya. Saat ia membuka mata, matahari telah menyinari seluruh ruangan. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya untuk menyesuaikan keadaan. Ia teringat semua yang terjadi tadi malam serta tugas yang ditanggungnya. Ia menengok telapak tangannya, ponselnya telah raib.

Ia menegakkan tubuh dan melihat ke atas ranjang, Claudius masih terbaring di sana, tapi botol obatnya sudah kosong entah sejak kapan.

Ternyata sudah kosong...!

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu