Istri ke-7 - Bab 78 Tidak Berdampak (1)

“Apa? Kamu memaksanya untuk makan obat?” Nenek Chen meneriakinya, lalu berjalan kearahnya dan memukul kepalanya : “Jika dia tidak ingin makan maka biarkanlah saja, mengapa kamu mau memaksanya? Jika lain kali seperti ini lagi aku habisin kamu.”

Claudius mengerutkan keningnya dan memanggilnya dengan nada protes : “Nenek......”

“Jika tidak ada urusan lain jangan berdiri di sini, cepat pulang ke kamarmu.” Kata Nenek.

Ini pertama kalinya Claudius melihat neneknya aneh seperti ini, dia juga tidak ingin tetap disini lagi, dia melirik Josephine lalu berjalan kearah kamarnya dengan ekspresi sedih.

Baru saja Claudius pergi, Nenek Chen langsung bergegas kemari dan bertanya dengan panik kepada Josephine : “Apakah kamu makan obatnya?”

Josephine menganggukkan kepalanya ; “Sudah.”

Nenek Chen terkejut mendengarnya.

“Maafkan aku nenek, tenaga tuan muda terlalu besar, aku tidak bisa melawannya.” Ini baru awal tahap mengandung dan dia langsung makan obat demam, dia sendiri juga sedikit khawatir.

Melihat tampang marahnya Nenek Chen membuat dirinya yang takut ada apa-apa menjadi semakin panik.

Nenek Chen menceramahi : “Sudah aku bilang berapa kali, harus menjaga dirimu dengan baik, mengapa kamu tiba-tiba demam?”

Josephine menundukkan kepalanya dia tidak berani memberitahu Nenek Chen dirinya demam karena kemarin ditiup angin di tepi kali.

Pengurus He melirik Josephine dan bergegas memegang tangan Nenek Chen sambil berkata : “Nyonya, tidak ada gunanya anda marah, hal ini mungkin tidak separah yang kamu pikirkan, biarkanlah dokter untuk memeriksa nyonya muda saja.”

Nenek Chen mengetahuinya dan menyuruh pengurus He untuk memanggil dokter untuk segera datang.

Tak lama kemudian dokter tiba, setelah melihat obat yang dimakan Josephine, dia menasehati Nenek Chen : “Tenang saja, Nyonya, jenis obat demam ini tidak begitu berpengaruh terhadap janin, dan Nyonya Muda juga hanya makan 3 butir, harusnya tidak akan terjadi apa-apa”

“Harusnya?” Nenek Chen menatapinya : “Kalau begitu artinyanya masih ada kemungkinan terjadi apa-apa?”

“Nyonya, semua jenis obat itu juga ada efek sampingnya, meskipun orang biasa mengonsumsinya, itu juga akan sedikit berpengaruh, hanya saja perbedaan fisik orang –oarang yang membedakannya.” Dokter menambahkan : “Aku lihat kondisi fisik nyonya muda sangatlah bagus, tidak ada bedanya dengan orang pada umumya. Jadi aku rasa tidak ada dampaknya.”

Mendengar perkataan dokter, Nenek Chen sedikit lega, tapi dia masih sedikit panik : “Apakah ada obat lain untuk meredakannya?”

“Ada, sebentar lagi akan aku bawakan untuk Nyonya muda.” Kata dokter.

Setelah dokter pergi, Pengurus He melihat nenek chen masih saja memikirkan hal ini lalu datang menasehatinya : “Nyonya, kata orang jika muntah saat mengandung tidak parah, maka anak itu adalah anak laki-laki, aku tebak anak dari nyonya muda adalah seorang anak laki-laki.

Nenek Chen menghempaskan nafasnya : “Tapi juga harus sehat.”

“Sehat, pasti sehat, dokter saja mengatakannya sehat, anda tidak perlu khawatir.”

Nenek Chen menganggukkan kepalanya, lalu menatapi Josephine yang sedang berada diatas tempat tidur, dan memerintah : “Mulai hari ini, perbanyakanlah memakai pakaian, cuaca sudah memburuk, hati-hati untuk tidak sakit lagi.”

”Aku sudah mengetahuinya nenek.” Josephie mengetahuinya.

******

Untung saja demam kali ini tidaklah parah, setelah makan obat dari dokter, demam Josephine sudah membaik.

Malam hari, Claudius menatapi Josephine dan bertanya : “Sepertinya belakangan ini hubunganmu dengan nenek bagus?!”

Josephine masih marah terhadapnya karena kejadian tadi pagi, dia tidak mempedulikan Claudius.

Dia duduk didepan sebuah kanvas, dan dia mulai mensketsa tampang Eddie menggunakan pensil, dia pernah menjanjikan Eddie untuk membuatkan sebuah sketsa diri kepadanya. Namun hingga hari Eddie pergi, dia juga tidak menyelesaikan impian kecil Eddie, Josephine merasa malu.

Besok adalah hari ketujuh Eddie meninggal, dia ingin memberikan sketsa kepadanya, biar Eddie tidak merasa kesepian dibawah sana.

Eddie pernah berkata, asalkan ada gambar yang diberikannya, maka dirinya tidak akan merasa kesepian.

Claudius berdiri disampingnya, dia melihat Josephine terus menggambarkan Eddie dan tidak mau mempedulikan dirinya, dia bingung, pergi juga tidak, tetap disini juga bukan.

Ini adalah pertama kalinya ada seorang wanita yang berani berbuat seperti ini kepadanya. Wanita dihadapannya ini telah membuat banyak pertama kali kepadanya. Namun, meskipun dia menyadari hal ini, tapi dia tidak marah, dia hanya bertanya : “Kapan kamu bisa menggambarkan diriku?”

Apakah dirinya sedang merayu? Claudius bertanya kepada dirinya sendiri, mengapa dia sampai harus merayu seorang wanita? Ini tidak seharusnya terjadi!

Untuk memungut kembali harga dirinya, dia bergegas berkata : “Cepat siapkan air mandiku, aku mau mandi.”

Josephine speechless dengan logika dia yang tidak menentu ini, tapi dia tidak melayaninya selayaknya seperti biasanya, tangannya tetap sedang menggambar : “Maaf sekali, Aku sedang sibuk.”

“Apa maksudmu Shella Bai?” Claudius terangsang olehnya, dia merebut pensilnya dan melotot Josephine : “Bermain marah-marahan denganku? Kamu seharusnya pertimbangkan apakah masih akan terus bermain denganku.”

“Aku telah mempertimbangkannya.” Josephine mengangkat tangan dan kembali merebut pensilnya : “Tuan Besar Chen, sejak saat ini, kamu urusin masalah kamu sendiri, aku bereskan masalahku sendiri, kita jangan saling berhubungan lagi.”

“Apakah kamu yakin?”

“Aku yakin!”

“Kamu......!”

“Ada apa denganku? Kalau berani kamu masukan obat kemulutku lagi.” Josephine menatapinya dengan marah.

Claudius meliriknya, dan tertawa : “Jika bukan karena aku memasukkan obat kedalam mulutmu, demammu bisa sembuh secepat ini?”

Josephine kehabisan kata-kata, lelaki ini pintar mengungkapkan pengorbanannya!

Tapi sepertinya apa yang dia katakan sedikit benar, jika bukan karena dia memaksa dirinya makan 3 butir obat itu, hanya dengan obat dokter saja, demamnya tidak akan sembuh secepat ini.

Lagi pula dia juga tidak mengetahui bahwa dirinya telah hamil, dia memaksa dirinya untuk makan obat juga hanya karena ingin dirinya cepat sembuh, setelah habis berpikir, setidaknya Claudius bukan begitu tidak bisa dimaafkan.

Eh, mengapa pendirian dirinya berubah? Mengapa dirinya mencarikan alasan untuk memaafkan Claudius? Apa yang terjadi jika kali ini yang dia paksakan dirinya untuk dimakan adalah obat sejenis amoksilin, bukankah dia harus segera mencuci lambungnya ke rumah sakit?

“Tuan muda, kamu boleh keluar.” Josephine mengatakannya dengan ekspresi datar, dia lanjut menggambar.

Claudius juga kehabisan kesabaran untuk berdebat dengannya, lalu dia berbalik badan dan pergi menuju ruang kerja.

******

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu