Istri ke-7 - Bab 102 Kambuh (3)

"Nyonya muda, apakah tuan muda bersamamu? Aku terus mengetuk pintu tapi ia tak merespons," tanya Vina sambil melihat sekeliling.

Josephine menatap pintu kamar Claudius dan berkata, "Ia mungkin sedang mandi, letakkan obatnya di sini dulu saja, nanti aku akan memberikan padanya."

"Maaf sudah merepotkan nyonya," kata Vina berterima kasih.

Setelah Vina pergi, Josephine menunggu sesaat, baru pergi membawa obat itu ke depan kamar Claudius, ia mengetuk pintu, karena tak ada jawaban ia berteriak, "Tuan, apakah kamu di dalam?"

Tak lama kemudian pintu terbuka, Claudius yang baru selesai mandi menatapnya sekilas, melihat obat di tangannya, Claudius menatapnya dengan sinis. Kalau tahu ia mengantarkan obat, ia akan pura-pura tidak dengar.

Melihat ekspresinya Josephine tahu ia sengaja , ia pun masuk ke kamar Claudius dan meletakkan obat itu di meja sebelah kasurnya lalu berbalik dan berkata, "Minum dulu obatnya."

Claudius mengikutinya masuk. "Letakkan saja dulu, nanti akan kuminum."

Tunggu ia minum sendiri? Hampir pasti tidak mungkin.

Josephine tetap tak bergerak di samping ranjangnya, Claudius tahu maksudnya, tapi sengaja mempermainkannya, "Kau mau tidur di kamarku? Silakan saja, asal kau tidak takut aku tidak bisa mengendalikan diri."

Josephine tentu saja takut, oleh karena itu ia tak hanya tidak mau tidur di kamar Claudius, juga sebisa mungkin tidak akan membiarkan Claudius masuk ke kamarnya, bagaimanapun ia sedang hamil, hal semacam ini sebisa mungkin dihindari.

"Minumlah obatnya, sekalian kubawa keluar mangkuknya," katanya.

Melihatnya tetap persisten, Claudius terpaksa meneguk obat itu. Lalu ia menyodorkan mangkuk ke hadapan Josephine, dengan tampang sedikit mengambek, ia nampak seperti anak kecil.

Josephine menyodorkan segelas air padanya, namun Claudius tidak menerimanya, malah mencubit dagu Josephine dan mengangkat wajah kecilnya lalu menciumnya.

Rasa pahit obat itu seketika memenuhi mulutnya, rasa pahit ini sulit didefinisikan!

Ia tahu Claudius sengaja membalasnya, untungnya kemampuan menahannya cukup kuat, rasa pahit ini tak cukup untuk membuatnya kaget. Ia malah sebaliknya mencium Claudius dan berkata, "Kalau nenek menyalahkan, itu adalah tanggung jawabku, jadi tolong ke depannya kau lebih sadar sendiri, ohya… Bicara jujur, rasa pahit yang hanya segini bukan apa-apa bagiku."

"Kalau kuat menahan pahit begitu, lain kali bantu aku meminumnya," katanya.

"Boleh, kamu gantikan aku hamil."

"Sayang sekali aku tak punya kemampuan begitu," kata Claudius sambil mau menciumnya lagi, Josephine menggeser wajah kecilnya ke samping menghindarinya, ia berkata, "Tuan muda istirahatlah lebih awal."

Setelah mengatakannya, ia meringkas mangkuk obat dan membawanya keluar.

Claudius tidak memaksanya lagi, lagipula tubuhnya sekarang sedang tidak mendukung, kalau tidur bersama ia takut akan tak tahan.

******

Tengah malam, Josephine bermimpi.

Ia bermimpi ia dan Claudius sedang makan hot pot dengan gembira, baru makan setengah neneknya tiba-tiba muncul, nenek menampar pipinya, lalu menunjuk Claudius di depannya dan berkata sambil menangis, "Ia yang menyakitiku, kau bisa-bisanya makan dengannya, bicara dan tertawa dengannya, kenapa kau begitu durhaka? Begitu tidak dewasa?"

Josephine kaget, ia mundur selangkah. Namun nenek maju terus ke hadapannya, ia menggertakkan gigi dan mengancam, "Kalau kau makan dengan musuh lagi, kita putus hubungan!"

Josephine menangis, ia merengek sambil menarik ujung baju nenek dan berjanji ke depannya tak akan mengulanginya, ia tak akan sedekat itu lagi dengan Claudius.

Nenek dengan keji memberinya sebuah pisau, ia mengayunkan tangan menunjuk Claudius. "Kalau begitu segera bunuh dia untuk membalaskan dendamku!"

Josephine menggenggam pisau dingin itu, hatinya cemas, kepalanya menggeleng cepat. "Tidak, nek, aku tidak bisa! Aku tidak bisa…"

"Aku tidak bisa…!"

"Tidak bisa pun tetap harus kau lakukan, ini tamggung jawabmu!" Kata nenek menekannya, sorot matanya dingin dan tegang, ia mengancamnya lagi, "Kalau kau tidak membunuhnya, bunuh saja aku, kau harus memilih 1!"

Setelah berkata demikian, nenek menggenggam tangannya yang memegang pisau, lalu mengarahkannya ke jantungnya dan hendak menusukkan pisau itu.

Karena panik, Josephine membelokkan arah pisaunya, menusuk Claudius di sampingnya, pisau tajam itu tepat masuk ke jantung Claudius, dadanya pun seketika banjir darah.

"Tidak…!" Teriak Josephine terbangun.

Kegelapan dalam kamar memberitahunya, ini adalah mimpi, ia bermimpi buruk!

Ia menelan ludah, ia mencubit lengannya, syukurlah, ini hanya mimpi!

Ia menyalakan lampu, lalu menuju ke depan dispenser mengambil air, kemudian ia berjalan ke depan jendela dan membuka tirai.

Angin malam berhembus ke wajahnya, angin itu dingin sampai membuatnya sedikit merinding.

Ia tak hanya makan malam dengan Claudius, juga mengunjungi pameran lukisan, dan bisa-bisanya bermimpi buruk seperti itu. Kenapa bisa begini? Masa nenek bemar-benar tahu dan menyalahkannya?

Ia tahu nenek tidak akan menyetujui ia terlalu dekat dengan Claudius. Tak semestinya ia makan bersama Claudius, mengandung anaknya, ia sudah sangat durhaka.

Mengingat mimpi barusan, ia sampai sekarang masih merinding, nenek tidak hanya melarangnya dekat dengan Claudius, bahkan menyuruhnya membunuh Claudius.

Membunuhnya… Bagaimana bisa ia melakukan itu!

Josephine menghirup nafas dalam-dalam, ia berdiri di depan jendela sambil minum 2 gelas air, baru ia sedikit merasa tenang, setelah ia pulih kembali ia baru menyadari di luar sepertinya ada sesuatu yang tidak beres, sepertinya ada suara langkah kaki, dan ada suara teriakan nenek yang panik.

Ia dengan penasaran berjalan ke arah pintu, suara di luar terdengar semakin jelas.

Muncul firasat buruk dalam lubuk hatinya, dengan cepat ia membuka pintu, baru ia menyadari suara berisik dari dalam kamar Claudius. Sangat jelas, Claudius lagi-lagi kambuh.

Karena Claudius takut cahaya, di kamarnya hanya menyalakan lampu kuning yang remang, Claudius yang berada di atas ranjang wajahnya nampak pucat, Dokter Huang menyuntiknya.

Nenek yang ditopang oleh Pengurus He itu panik hingga menangis tersedu-sedu, bahkan Sally dan Joshua juga ikut datang.

Meskipun rumah keluarga Chen cukup kedap suara, namun kalau sampai suara dan gerakan sebesar itu tidak membuat Josephine terbangun, ia sendiri merasa tidak mungkin. Ia berdiri di luar, dengan pandangan kosong menatap Claudius.

Baru saja ia bermimpi menusuk jantung Claudius dengan pisau, sekarang Claudius kambuh, apakah ini yang dinamakan hati yang terhubung?

Setelah selesai menyuntik, Dokter Huang berkata pada nenek, "Sudah selesai, nyonya besar, pagi nanti tuan muda akan bangun, anda tenang saja,  beristirahatlah."

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu