Istri ke-7 - Bab 190 Pertemuan yang Kebetulan

Marco ternganga, lalu menjelaskan, "Aku terutama takut kalau Jesslyn terlalu menarik perhatian hingga diculik atau diperjualbelikan. Kau lihat, kan, Jesslyn begitu imut, bukankah itu membahayakan?" Satu tangannya menarik Jesslyn mendekat, lalu membelai rambutnya.

Josephine berpikir, ia mengangguk, "Benar juga katamu. Pertimbanganku kurang lengkap. Nanti aku akan menemui Ibu Guru Fang dan bilang padanya agar jangan menjadikan Jesslyn sebagai figur malaikat lagi."

"Kalau begitu aku juga tidak boleh pakai rok yang bagus," kata Jesslyn sambil memegang rok merahnya.

Josephine tertawa sambil merapikan rok yang ditarik Jesslyn itu, "Kenapa?"

"Karena aku tidak mau diculik orang, aku tidak mau berpisah dengan ayah dan ibu," katanya dengan mimik serius.

"Tidak akan, Jesslyn tidak akan diculik orang," ucap Marco menenangkan, "Ayah dan ibu akan menjagamu dengan baik."

***

Josephine menggandeng Jesslyn masuk ke sekolah. Dari jauh terlihat Ibu Guru Fang menyambut anak-anak di depan kelas seperti biasanya. Jesslyn memberi salam padanya dengan riang, "Selamat pagi, Bu!"

"Selamat pagi, Jesslyn," Ibu Guru Fang menjabat tangan mungil Jesslyn dan mengelus kepalanya, "Masuklah dan letakkan tasmu."

"Ng!" Jesslyn masuk ke kelas setelah berpamitan dengan Josephine.

Josephine melihatnya masuk ke kelas, namun tidak bermaksud meninggalkan tempat itu. Ibu Guru Fang menyadari kalau Josephine ingin berbicara dengannya. Ia pun bertanya, "Ibu Qiao, apa ada yang bisa dibantu?"

"Begini, Bu..." Josephine sedikit bingung untuk memulai pembicaraan, "Gambar yang waktu itu...Ayah Jesslyn tidak ingin gambar itu dipamerkan di Children's Palace. Dia ingin mengambilnya kembali. Mohon maaf sekali...Tapi dia takut kalau Jesslyn terlalu menarik perhatian hingga mengancam keamanannya."

Mendengarnya berbicara begitu, Ibu Guru Fang menunjukkan ekspresi canggung. Ia juga sama bingungnya seperti Josephine, "Maaf, Ibu Qiao, lukisan Jesslyn kemarin hilang dalam perjalanan menuju Children's Palace. Kami juga hendak mencarinya, tapi saat kami tanya ke pekerja-pekerja yang memindahkannya, mereka juga tidak tahu."

"Hah? Hilang?"

"Benar, sungguh maaf..." Ibu Guru Fang buru-buru menambahkan, "Tapi penanggung jawabnya sudah bersedia mengganti rugi. Anda buka harga saja, kami akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu Anda."

Walaupun merasa sayang, tapi Josephine tidak merasa adanya perlu untuk mengganti rugi. Bagaimanapun itu bukanlah lukisan terkenal.

"Tidak perlu mengganti rugi," katanya, "Ayah Jesslyn hanya tidak ingin Jesslyn terlalu menarik perhatian, dia juga bukannya menginginkan gambar itu."

Awalnya ia memberikan gambar itu karena Ibu Guru Fang ingin mengenal lebih jauh tentang keluarga dan lingkungan muridnya, juga ingin para orang tua menunjukkan bakatnya sebagai hadiah festival anak-anak. Saat itu, Josephine juga tidak terpikir untuk memintanya kembali.

Bagaimanapun ia melukisnya hanya untuk iseng-iseng. Kalaupun hilang, ia bisa menggambar lagi.

Josephine kembali ke mobil dan melaporkan kasus hilangnya lukisan itu kepada Marco. Marco terdiam.

Josephine mengamati ekspresinya, lalu berkata, "Marco, tidak usah khawatir, Ibu Guru Fang sudah setuju untuk membatalkan status figur malaikatnya Jesslyn."

Marco menghela napas ringan sambil mengangguk, "Ng, baguslah kalau sudah dibatalkan."

Sejujurnya ia sendiri juga tak tahu apa yang sebenarnya dikhawatirkannya. Claudius tidak pernah melihat Jesslyn sebelumnya, juga tak tahu kalau ternyata ia memiliki seorang putri yang berkeliaran di luar sini. Kalaupun ia berhadapan muka dengan Jesslyn, ia juga tak akan mengenalinya. Tapi Marco tetap saja merasa khawatir.

Apakah karena Jesslyn punya beberapa kemiripan dengan Claudius? DIa juga tak tahu.

Setelah mobil dinyalakan, Josephine menoleh dan bertanya, "Setelah ini kau berencana pergi ke mana? Restoran?"

Marco meliriknya sekilas, lalu tersenyum tipis, "Hari ini tidak pergi ke restoran. Aku mau menemanimu memilih mobil."

"Kau sungguh mau membeli mobil baru?"

"Harus, mobil ini biar aku yang pakai, kau pakai yang baru. Repot kalau harus mengantarmu setiap hari."

Josephine berpikir, benar juga, ia punya pekerjaan sendiri, jadi tidak mungkin menemani Marco setiap hari.

Keduanya pergi ke sebuah showroom mobil. Melihat mereka datang dengan mobil mewah, salesman pun menyambut mereka dengan ramah sambil bertanya tentang model mobil dan harga yang mereka inginkan.

"Apa ada model yang kau sukai?" tanya Marco pada Josephine.

Josephine menggeleng, "Sebetulnya aku tidak seberapa mengerti tentang mobil. Pokoknya beli saja yang kualitasnya bagus dan harganya tidak terlalu mahal."

Marco tentu saja mendukun keinginannya yang tidak mau membeli mobil yang terlalu mahal. Salesman pun menawarkan salah satu model dari katalognya, "Kalau mau yang sederhana, model ini saja, cocok untuk perempuan."

Marco mengambil katalog itu dan mengamatinya, ekspresinya agak ragu. Ia menggeleng, "Yang lain saja."

Namun Josephine berkata, "Kupikir model ini lumayan juga, terlihat bagus."

"Ini hanya gambar, mobilnya tidak sebagus ini," Ekspresi Marco tetap tidak santai.

"Kami punya stok di sini, bisa dilihat sebentar bentuk mobilnya di sebelah sana," Salesman bangkit dari sofa, "Mari ikut saya."

Marco tidak ingin pergi, namun Josephine tampak bersemangat sekali. Ia mendorong-dorong Marco ke arah lokasi showroom.

Salesman mengantar keduanya sampai ke depan mobil, lalu berkata, "Model ini ada 5 warna, tapi yang tersedia sekarang hanya warna putih dan hitam. Kalau untuk wanita, warna putih dan merah sangat cocok."

Josephine mengamati 2 mobil putih di hadapannya. Ia belum pernah melihatnya sebelumnya, namun entah mengapa ia merasa seperti sudah pernah mengendarai mobil ini. Perasaan ini makin lama makin kuat. Entah apa karena cat mobil yang terlalu berkilat, tiba-tiba ia merasa pusing, seperti ada yang menjerat kepalanya saat ini. Kepalanya semakin sakit, semakin pusing...

"Kau kenapa?" Marco buru-buru memapahnya saat menyadari wajah Josephine yang semakin memucat, juga ekspresinya yang terasa kesakitan.

"Kepalaku...kepalaku tiba-tiba pusing..." Satu tangan Josephine memegangi kepalanya yang hampir pecah, sementara tangannya yang lain bertopang pada kursi putar Marco Ia memejamkan mata, di kepalanya tiba-tiba muncul gambaran laut biru, serta tebing yang indah, sementara ia terjatuh bebas dari ketinggian di situ.

"Aahh!" Josephine tiba-tiba berteriak. Ia tertelungkup sambil memeluk erat kaki Marco.

Gambaran yang menegangkan itu berulang-ulang muncul di kepalanya, seperti hendak menjatuhkannya berkali-kali.

"Kau kenapa? Kenapa tiba-tiba pusing?" Marco mendekapnya dalam pelukan, "Jangan takut, ada aku di sini, tidak apa-apa," katanya menenangkan sambil mengelus kepala Josephine.

Perbuatannya ini ternyata berhasil juga. Josephine perlahan-lahan menjadi tenang, sakit kepalanya juga perlahan hilang di bawah usapan lembut Marco.

Salesman itu juga terkejut oleh sikap Josephine yang aneh. Ia segera mengambil air putih dan memberikannya padanya, "Nona, minumlah dulu."

Marco mengambil gelas dari tangan salesman, lalu menyodorkannya dengan lembut ke mulut Josephine, "Minumlah air hangat untuk menenangkan dirimu."

Josephine membuka mulutnya dan meminum setengah air itu.

Kemudian, Marco mengembalikan gelas itu pada sang salesman, lalu mengelus lembut kepala Josephine, "Hari ini kita sudahi saja, aku akan mengantarmu pulang untuk istirahat."

Josephine mengangguk. Ia menatap Marco dengan perasaan bersalah, "Maaf, aku juga tidak tahu apa yang terjadi barusan, kepalaku tiba-tiba sakit seperti ditusuk-tusuk."

"Untuk apa minta maaf padaku, seharusnya akulah yang minta maaf padamu," kata Marco dengan iba.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu