Istri ke-7 - Bab 268 Ending 11 (3)

Melihatnya ragu, Claudius pun ingin memakaikan gaun itu untuknya. Melihatnya yang ingin melepaskan bajunya, Josephine pun panik dan melompat di atas ranjang, lalu menutup dadanya dan berteriak: "Kamu keluar saja, aku ganti sendiri."

Claudius pun tersenyum dan membalikkan badannya, lalu keluar dari ruang istirahat.

Saat Claudius pergi, Josephine melangkah ke samping ranjang, lalu mengeluarkan gaun itu. Dia berjalan ke depan cermin dan memperagakan gaun itu di depan tubuhnya.

Model gaun itu terlihat sangat berbeda, tidak seksi dan kebetulan bisa menutup luka di punggungnya.

Di dalam kotak juga terdapat gelang bunga yang warnanya serasi dengan gaunnya, Josephine mengikatkan gelang bunga itu di tangannya, bekas luka yang ada di tangannya pun tertutup. Design gaun ini sangat sesuai dengan permintaannya, dia pun tersenyum puas di depan cermin.

"Aku sudah boleh masuk?" Terdengar suara Claudius dari luar pintu.

Josephine pun mengangkat ujung gaun dan berjalan kesana, menatapnya dan tersenyum: "Ini didesign khusus untukku?"

"Melihat ekspresimu sepertinya kamu puas?"

"Sangat puas!" Josephine pun memeluknya: "Suamiku, kamu memang pria yang bisa segalanya."

"Aku hanya menyuruh designer itu menambahkan gelang bunga untukmu, jasaku tidak sebesar itu."

"Besar, tentu saja besar!" Josephine melepaskannya, lalu berjalan mundur dan memutar: "Bagaimana? Bekas luka di tubuhku sudah tidak terlihat bukan?"

"Iya, tidak kelihatan lagi." Claudius mengangguk lalu memeluknya: "Bukankah sudah kubilang, kalau kelihatan juga tidak apa-apa, aku tidak merasa malu, orang lain juga tidak boleh menjelek-jelekkanmu."

Josephine tertawa: "Aku tidak ingin orang lain merasa kalau istri tuan muda Chen tidak cantik."

"Kamu berpikir terlalu banyak."

Josephine mengangguk: "Aku mengerti apa maksudmu, tapi aku juga ada pemikiranku sendiri, aku ingin berusaha untuk tidak membuatmu malu."

Claudius pun tertawa dan menggelengkan kepalanya.

-----

Jadwal melahirkan Belinda Yan semakin dekat, dan pemulihan Marco Qiao pun semakin susah.

Apalagi tiga bulan terakhir, tapi dia sama sekali tidak mengeluh, dia bahkan menambah proses pemulihan sebanyak dua kali lipat setelah pulang ke rumah.

Setelah pemulihan selama setengah tahun, walaupun masih belum bisa lari dan loncat, tapi dia akhirnya bisa berjalan seperti orang normal.

Melihat hasilnya bukan hanya dirinya yang kaget, Belinda Yan juga ikut senang.

Sore ini setelah menemani Belinda Yan melakukan pemeriksaan, mereka berdua pun makan malam di luar, Marco menawarkan untuk jalan-jalan di jalan Riverside.

Belinda Yan menatapnya dan bertanya curiga: "Kamu yakin ingin menemaniku jalan-jalan?"

"Kenapa tidak? Dokter bilang sekarang aku hanya tidak boleh olahraga berat, dia tidak bilang aku tidak boleh banyak berjalan."

Belinda Yan pun tertawa: "Ditemani kamu jalan-jalan, aku dan bayi kita akan sangat termanjakan."

"Aku memang ingin memanjakan dia, biar dia cepat keluar, jangan terlalu lama di dalam." Marco Qiao pun berjalan kesana, dan memapah Belinda Yan yang sudah berperut besar: "Ayolah, sudah mau melahirkan, dokter suruh kamu banyak jalan."

Setelah keluar dari restoran, mereka berdua pun berjalan-jalan di sekitar jalan Riverside, karena perut Belinda yang terlalu besar, Marco sama sekali tidak berani melepaskannya.

"Jadwal melahirkan sudah lewat tiga hari, kenapa bayi kita masih tidak mau keluar?" Belinda Yan merasa panik: "Kalau masih tidak mau keluar aku ingin ke rumah sakit dan operasi."

"Jangan panik, kita tunggu lagi dua hari, bukannya dokter sudah bilang, lebih cepat atau lebih lambat sepuluh hari itu masih normal."

"Sekarang aku merasa sangat tidak nyaman." Belinda Yan sama sekali tidak pernah merasakan tidur tidak nyenyak, duduk juga tidak nyaman, dia tidak bisa menahannya lagi.

Marco tentu bisa merasakan penderitaannya, tapi operasi itu tidak baik untuk tubuh, dia hanya bisa menenangkannya: "Aku tahu kamu tidak nyaman, kita tunggu lagi dua hari ya, kalau tidak kita ke rumah sakit untuk oksitosin."

Belinda mengangguk, sebenarnya dia hanya ingin melampiaskan saja, tentu saja tidak akan benar-benar mengeluarkan anaknya dengan operasi.

-----

Acara malam ini berjalan cukup lancar, hanya saja Claudius sudah minum lumayan banyak, sepertinya dia sudah sedikit mabuk.

Seperti biasanya, Claudius pasti akan lebih cepat pulang dari acara seperti ini, malam ini juga tidak terkecuali, belum sampai jam sembilan dia pun mulai berpamitan dengan pihak penyelenggara acara.

Josephine memapahnya keluar dari restoran, lalu menatapnya dan bertanya: "Claudius, kamu tidak apa-apa?"

Claudius pun tersenyum: "Tenang saja, wine ini tidak akan memabukkanku."

"Aku lihat jalanmu saja sudah tidak seimbang, masih saja ngotot." Josephine membuka botol air mineral dan menyodorkan di depan mulutnya: "Ayo, minum air dulu."

Claudius pun meninumnya, Josephine lalu berkata lagi: "Aku temani kamu jalan-jalan di samping sungai deh, biar sadar dihembus angin sungai."

"Seharusnya biar romantis dihembus angin sungai." Claudius pun merangkulnya dan berjalan ke seberang dan berkata: "Sepertinya kita sudah lama tidak berjalan-jalan seperti ini."

"Memang sudah lama."

"Aku ingat dulu saat kamu sedih kamu pasti suka menangis sendirian disini, setengah tahun terakhir ini kamu tidak datang lagi, ini tandanya apa?"

"Ini tandanya hidupku sudah membaik, aku tidak perlu menangis sendirian lagi disini."

"Benar!" Claudius pun tersenyum dan mencium bibirnya.

"Makasih, makasih akhirnya kamu tidak membuatku menangis lagi disini."

"Tidak usah sungkan." Claudius tersenyum, lalu menarik tangannya, dan menatapnya: "Lain kali aku akan terus mempertahankan ini, aku akan berusaha membuatmu setiap datang kesini bukan untuk nangis, tapi untuk tertawa."

Josephine menatapnya, memegang wajahnya: "Aku lihat, apakah ini kata-kata mabuk."

"Ini bukan kata-kata mabuk, ini benar." Claudius pun menarik tangannya.

Josephine pun tersenyum puas, sebenarnya dia percaya Claudius bisa melakukannya.

Di depan adalah apartemen Riverview, Claudius berjalan dan menyarankan: "Mau tidak malam ini kita ke apartemen dan melewati malam berduaan?"

"Tuan muda Chen, hari ini siapa yang janji ingin mengontrol diri?" Josephine sengaja menatapnya marah: "Kamu sebenarnya ingin punya anak lagi atau tidak?"

Claudius pun menarikkan bahunya: "Malam berduaan bukan berarti melakukan itu, kita bisa nonton dan ngobrol."

"Kamu tidak sepolos itu tuan muda Chen." Josephine pun menatapnya sinis.

Saat Josephine memandang ke depan, pandangannya pun terhenti pada sesosok orang yang dikenalinya.

Dia mengedip-ngedipkan matanya, lalu mengusap matanya, dia masih tidak bisa yakin lalu menepuk pundak Claudius dan berkata: "Claudius... Aku tidak salah lihat? Itu asisten Yan bukan?"

"Setengah tahun yang lalu asisten Yan sudah keluar negeri." Claudius berkata demikian, tapi matanya tetap melihat ke depan, selain ada sepasang kakek nenek, itu adalah seorang wanita hamil yang duduk di atas kursi dan sedang bermain hp. Pandangannya pun jatuh ke wanita hamil itu.

"Tapi mirip sekali, wanita hamil yang duduk di kursi itu." Josephine mengedip-ngedipkan matanya lagi.

Pandangan Claudius dan wanita hamil itu akhirnya bertemu, kebetulan saat ini Belinda Yan juga mengangkat kepalanya.

Claudius kaget, Belinda Yan pun kaget, lalu menoleh dan membalikkan badan.

Saat dia membalikkan badan, Claudius pun langsung yakin kalau itu dia.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu