Istri ke-7 - Bab 221 Berbagi Ranjang (2)

Sejak ia tersadar itulah, identitasnya sudah berubah menjadi istri Marco dan ibu dari Jesslyn, dan sejak itu juga, ia dan Marco memiliki perasaan yang mendalam. Hanya saja ia tak pernah bisa membedakan apakah perasaan itu termasuk cinta kepada keluarga atau cinta kepada lawan jenis. Hingga sampai ingatannya kembali, ia baru mengerti kalau cintanya ini bukan cinta kepada lawan jenis. Pria di dalam hatinya tetaplah pria yang ada di hadapannya kini.

Claudius juga bukannya sempurna, ia begitu menakutkan saat penyakitnya kambuh, pun saat dia marah. Kelembutannya tidak ada sepuluh persen pun dari kelembutan Marco. Namun bukankah perasaan memang begini? Cinta kepada keluarga tetaplah cinta kepada keluarga, cinta kepada pasangan tetaplah cinta kepada pasangan.

Selama 2 tahun lebih ini Marco tidak pernah menidurinya, bahkan tubuhnya pun ia tidak pernah lihat. Josephine tahu, Marco bukannya takut, melainkan rendah diri, karena ia tidak bisa memuaskannya seperti pria normal pada umumnya.

Dan justru karena kerendahdirian dan kerapuhannya inilah, Josephine tak bisa melepaskannya. Josephine bahkan tak bisa membayangkan kalau suatu saat nanti ia dan Jesslyn meninggalkan Marco, betapa akan menderitanya dia!

Claudius bilang Josephine bodoh karena tak bisa membedakan rasa cinta dan balas budi. Sebenarnya ia bukan tak bisa membedakan, tapi tak bisa melepaskan Marco, karena hanya dirinya yang tahu berapa banyak yang telah dikorbankan Marco demi dirinya, dan berapa banyak Marco menemani dirinya melewati masa-masa sulit.

Merasakan bibir Claudius mengecup bekas luka di punggungnya, tubuh Josephine pun bergetar. Apakah Claudius tidak takut terhadap bekas luka yang bahkan Josephine sendiri pun takut melihatnya?

Kedua tangannya meremas seprei di bawah tubuhnya. Ia mengerang kesakitan, "Claudius, kau tak perlu begini..."

"Aku mau begini, aku suka begini, apa tidak boleh?" Claudius kembali mengarahkan bibirnya ke telinga Josephine, lalu menggigitnya ringan di atas anting-antingnya, "Aku sudah pernah bilang, saat kau lahir kau adalah milikku, saat kau mati jasadmu juga milikku, dan saat kau terluka bakar kau juga tetap milikku.

"Kau sudah pergi begitu lama dan jauh, dan sekarang kau telah kembali dengan tak mudah, kau pikir aku akan melepaskanmu hanya gara-gara sebuah luka?" Jarinya menyapu ringan pipi Josephine, lalu berhenti di bawah dagunya dan mengangkatnya, mencium bibirnya, "Kau menangis begini sedih untuk apa? Apa kau takut aku mencampakkanmu?"

Josephine terdiam. Diamnya juga berarti ia setuju. Setidaknya itulah yang dipikirkan Claudius saat ini.

Claudius tahu Josephine masih mencintainya, ia juga tahu kalau Josephine tidak mampu meninggalkan Marco karena takut menyakitinya. Sejak kejadian Vincent sampai sekarang, istrinya ini selalu seperti itu.

"Kalau aku bilang aku tidak mencampakkanmu, aku mencintaimu, dan rela tidur dengan memeluk tubuh rusakmu ini, apakah kau akan tersentuh dan bersedia kembali ke sisiku?"

Sorot mata Josephine menatap Claudius menembus air matanya, kata-katanya yang lembut dan menyentuh berada di sisi telinganya. Josephine memejamkan mata, di dalam hati ia curiga apakah ini hanya ilusi, ilusi akibat alkohol yang diminumnya tadi?

Ia mengira Claudius akan berlari ketakutan begitu melihat bekas luka di tubuhnya, namun ternyata tidak, bahkan ia... masih menciumnya.

Claudius menciumnya lagi. Wajahnya, lehernya, dadanya, bahkan luka di punggungnya tidak ada yang terlewat.

Josephine merasa sekujur tubuhnya mati rasa, pikirannya perlahan kabur, semuanya terasa seperti mimpi...

Tak sadar ia mengangkat tangannya, jarinya menyusuri rambut basah Claudius. Ia bertanya dengan tatapan kosong, "Apakah aku sedang bermimpi?"

Dalam mimpi pun ia tak berani membayangkan dirinya akan melepaskan segalanya dan kembali ke pelukan Claudius, berpelukan dan berciuman dengannya seperti ini, sama seperti dulu.

Claudius menindih tubuhnya, menatap kedua mata Josephine dan berbisik, "Kau memang sedang bermimpi, kita sedang bermimpi indah bersama."

Bagaimana ia bisa merasa kalau ini bukan mimpi? Ia berharap mimpi ini bisa berlangsung terus seperti ini, paling tidak jangan sampai Josephine tersadar. Karena Claudius sangat tahu, setelah pengaruh alkoholnya habis dan Josephine tersadar, ia pasti akan menolaknya, menjauhinya seperti dulu.

Josephine akhirnya melunak. Ia akhirnya mengikuti kata hatinya dan membuka tubuhnya bagi Claudius, bersama tenggelam dalam kenikmatan cinta yang hanya berani mereka wujudkan dalam mimpi ini.

***

Dalam ruang tamu yang romantis dan remang, Belinda tak sanggup lagi menahan tubuhnya dan jatuh ke tumpukan anggur.

Marco mengambil sebotol anggur lagi. Ia menoleh dan mendapati Belinda telah tersungkur di atas meja. Ia pun mendorong-dorongnya, "Nona Yan, aku akan menggantikanmu membuka anggur ini, kita lanjut minum lagi."

Belinda menggerak-gerakkan tubuhnya. Ia mendongak menatap Marco lalu menggeleng, "Sudah cukup...sudah terlalu malam, aku harus pulang..."

"Lagipula...malam ini Claudius juga tidak punya waktu untuk menemanimu...untuk apa kau pulang seawal ini...?" Marco membuka sebotol anggur, lalu memaksa Belinda untuk menerimanya.

Belinda tiba-tiba merasa lambungnya sakit. Ia pun merangkak naik dan pergi ke toilet dengan sempoyongan. Ia memuntahkan semua anggur dalam perutnya ke kloset, setelah itu menyangga tubuhnya di wastafel dengan kedua tangan, memandang pantulan dirinya yang tampak mengenaskan di cermin.

Ini baru pertama kalinya ia melihat Belinda Yan yang sepeti ini, sungguh gawat. Ia memutar kran air dan membasuh wajahnya dengan air dingin, menghembuskan napas ringan, lalu keluar dari toilet.

Karena pengaruh alkohol, jalannya jadi sempoyongan. Tapi ia tetap berjalan ke arah sofa dan mengambil tasnya, bersiap pergi.

"Nona Yan...apa kau tidak sedih?" tanya Marco tiba-tiba.

Belinda terpaku, "Kenapa aku harus sedih?"

"Claudius sekarang harusnya sedang tidur sambil merangkul Josephine...Mereka berdua...sekarang pasti sedang tidur dengan sangat nyenyak..." Marco menoleh perlahan memandang Belinda, "Apa kau tidak sedih...ataukah kau tidak cukup mencintainya?"

Belinda yang awalnya hendak berjalan pergi, kini mengurungkan langkahnya. Ia kembali duduk di sofa, mengambil sebotol anggur, dan bersulang dengan Marco. Setelah menenggaknya, ia baru berkata, "Aku bukan tidak cukup mencintainya...aku mencintainya lebih daripada diriku sendiri, jadi...aku berharap dia lebih bahagia daripada aku...asal dia bahagia...aku tidak peduli dia mau tidur dengan siapa. Sungguh...sedikit pun aku tidak peduli..."

Setelah berkata begitu, ia tertawa, "Tuan Qiao...Bukankah aku bodoh?"

"Hm..."

"Aku juga merasa kalau aku bodoh...Aku cantik, pintar, posturku bagus...Tapi aku bahkan tidak sebanding denganmu. Kau bisa berusaha sekuat tenaga demi meraih kebahagiaanmu...sementara aku tidak melakukan apa-apa, hanya tahu untuk...diam-diam menemaninya, menjaganya di sisinya, membantunya...bahkan berulang kali membantunya mencari Nona Bai kembali."

"Kau pencinta yang baik."

"Tidak...aku bahkan tidak bisa dianggap pencinta...Aku tidak layak menjadi pencinta..." Belinda mengambil botol anggur dan meneguknya lagi. Malam ini adalah pertama kalinya ia menampakkan senyum pahit di wajahnya.

"Kalau kau cukup mencintainya, kau tidak akan berpikir begini."

"Tidak..." Belinda menggeleng, "Saat aku pertama kali bertemu dengannya...aku juga terpikat oleh perawakan dan pesona sama seperti gadis-gadis lain. Demi menjadi sekretarisnya...aku berusaha keras menunjukkan bakatku, dan berusaha keras memendam rasaku padanya...Impianku akhirnya terwujud...tapi aku bisa merasakan kalau dia tak memiliki perasaan itu padaku. Aku juga sangat tahu kalau ia tak akan pernah menjadi milikku selamanya, karena aku tahu di dalam hatinya hanya ada satu gadis bermarga Zhu. mungkin memendam rasa telah menjadi kebiasaanku...sampai sekarang pun aku masih terbiasa memendam perasaanku..."

Marco tertawa mencemoohnya, "Pantas saja...kau masih belum menikah sampai sekarang."

"Sebenarnya..." Belinda menatapnya, ragu-ragu, "Tuan Qiao...aku selalu berpikir kalau kebahagiaan yang dipaksakan cepat lambat pasti akan lenyap, jadi aku tidak pernah memaksa...Mengingat Shella dulu, juga Nona Zhu kini, aku tidak ingin diriku berakhir sama seperti mereka...dicampakkan oleh Tuan Chen...

Marco menatapnya tajam, "Apa kau sedang menyarankanku untuk menyerah/"

Belinda menggeleng, "Aku bukan menyuruhmu menyerah, melainkan aku berharap kau memahami hal ini. Sebenarnya...kau tahu lebih jelas dari siapa pun juga, Josephine hanya mencintai Tuan Chen, perasaannya kepadamu hanyalah balas budi dan cinta sebagai keluarga..."

"Aku tahu..." Marco menenggak anggur dengan ekspresi pahit.

Dia tahu kalau dirinya bisa menahan Josephine bukan karena cinta. Ia juga tahu betapa bergumulnya hat Josephine, hanya saja...

"Kalau kau sudah tahu...mengapa kau tak melepaskannya?"

"Karena aku tak mau dia tersakiti lagi," Marco menggeleng-gelengkan kepala, "Claudius sama sekali tak bisa menjaga Josephine...Ia bahkan tak bisa mengurus Juju. Kalau aku mengembalikan Josephine padanya...ia cepat lambat bisa mati di tangan orang-orang kejam itu..."

"Apa sungguh hanya karena itu?" Belinda menatapnya curiga.

"Ng..." Marco mengangguk, lalu kembali mengangkat botol anggurnya, "Tak perlu bicarakan ini lagi...lebih menarik kalau kita minum anggur..."

"Baik, aku temani kau," Belinda mengambil anggurnya dan menyulangkannya dengan milik Marco, lalu mereka minum bersama.

Cairan anggur lagi-lagi memasuki perut mereka, keduanya mulai mabuk tak sadarkan diri.

Belinda berdiri dengan kesulitan, dan akhirnya dengan sedikit kesadaran yang tersisa ia berhasil mengambil tasnya dan bersiap pulang. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya yang kabur, didapatinya Marco sedang tertidur di lantai. Ia pun membungkuk dan menggoyang-goyangkan lengan Marco, "Tuan Qiao...di lantai dingin, tidurlah di kasur saja..."

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu