Istri ke-7 - Bab 142 Donasi (2)

Josephine berharap Claudius bisa cepat melupakan masalah anak itu, jangan menyiksa diri sendiri lagi.

Sebenarnya Claudius juga sangat ingin melupakan hal itu, kalau anak itu benar meninggal karena bawaan lahir, maka dia hanya akan sedih sebentar, tapi malah di tengah ada campur tangan orang lain, bagaimana mungkin dia bisa melepaskan hal ini begitu saja?

"Kamu sama sekali tidak tahu salahmu, anak sudah mati kamu tidak bertanya dan tidak peduli, seluruh hatimu hanya fokus pada pernikahanmu dengan Vincent, kamu seperti ini termasuk sadar kesalahanmu?" Claudius kembali mendesak Josephine, setengah tubuh Josephine sudah melayang di luar pegangan tangga, tatapan Claudius yang menatapi Josephine sangat dingin: "Kenapa kamu takut aku membicarakan tentang anak kita di depanmu? Apakah karena kamu berbuat salah? Kamu memang bersalah!"

"Ah......!" Josephine merasa tubuhnya sudah mau jatuh ke belakang, dia berteriak kaget, dengan panik merangkul leher Claudius, dan berkata: "Tuan muda Chen, kamu lepaskan aku dulu, aku sudah mau jatuh!"

Claudius malah tidak melepaskannya, dan semakin mendesaknya, seperti kalau Josephine tidak mengakui bahwa dia tidak mencintai anak itu, Claudius tidak akan menyerah.

Josephine ketakutan sampai wajahnya memucat, dia juga tidak peduli dia sedang memakai rok, dalam kepanikan dia langsung memeluk pinggang Claudius dengan kakinya.

Rok Josephine tidak panjang, begitu dia memeluk Claudius, dua paha putih dan mulus langsung terekspos.

Josephine yang tegang sampai berkeringat dingin, sama sekali tidak merasakan reaksi tubuh Claudius yang disebabkan olehnya.

Saat ini, di dalam tubuh Claudius tidak hanya ada api kemarahan, masih ada nafsu.

Claudius tetap tidak melepaskan Josephine, telapak tangannya yang panas mulai mengelus betis Josephine dan bergerak semakin ke atas.

"Claudius Chen, apa yang kamu lakukan?!"

"Apa lagi yang mungkin kulakukan? Bukannya kamu yang sengaja menggodaku?" Claudius menatapi Josephine yang memeluk erat tubuhnya.

Josephine mengikuti arah pandangan Claudius, dia pun melihat saat ini dirinya sedang memeluk Claudius dengan sangat mesra, wajahnya memerah, dia pun langsung melepaskan kedua tangannya yang merangkul leher Claudius.

"Ah-------!" Tubuh Josephine jatuh ke belakang.

Josephine terlalu malu, malu sampai dia lupa posisi tubuhnya sekarang, untung saja Claudius sigap dan langsung menariknya tubuhnya kembali, kalau tidak dia sekarang pasti sudah jatuh dari tangga dengan kepala duluan.

Wajahnya yang sudah pucat semakin memucat.

Demi menjaga nyawa, Josephine tidak mempedulikan lagi malu atau tidak, dia kembali merangkul leher Claudius, suaranya sedikit gemetar: "Claudius Chen, bisa tidak kamu jangan seperti ini, cepat turunkan aku...."

Satu tangan Claudius kembali mengelus bagian pinggul Josephine, kemudian berkata mengejek di samping telinga Josephine: "Kamu sendiri yang menempel kesini, aku sarankan kamu jangan memelukku begitu erat, kalau tidak....."

Merasakan kebesarannya, Josephine merasa takut dan panik, dia pun mulai memukul bahu Claudius dan melawan: "Claudius, apa yang mau kamu lakukan? Disini adalah area publik, bisa dilihat orang lain....."

"Kenapa kalau dilihat? Siapa yang tidak tahu kamu adalah selingkuhan yang kupelihara disini." Claudius pun memasuki tubuh Josephine.

Josephine pun terkejut, pantas saja bibi bisu dan abang sekuriti itu selalu melihatnya dengan tatapan merendahkan, ternyata dia sudah ditanda sebagai 'selingkuhan' oleh Claudius.

Josephine sambil menerima dan menahan nafsu Claudius, sambil berpikir sembarangan, dan juga harus merangkul Claudius dengan erat agar tubuhnya tidak jatuh ke bawah.

Untung saja Claudius tidak menyiksanya terlalu lama, kedua tangan Claudius memeluk pinggulnya, dan menggendongnya ke kamar di lantai 2.

Sampai tubuhya merasakan kelembutan kasur, Josephine akhirnya menghela nafas lega, seluruh tubuhnya yang lemas di atas kasur tidak lagi memberontak, juga tidak menolak, membiarkan Claudius melepaskan segala nafsu dengan tubuhnya.

Setelah sekian lama, Claudius akhirnya merasa puas dan keluar dari tubuh Josephine, dia berbalik badan turun dari kasur, berpaling melihat Josephine dengan baju berantakan di atas kasur, bibirnya membentuk senyuman mengejek.

Claudius berbalik badan dan masuk ke kamar mandi, terdengar suara air mengalir dari dalam.

Ketika Josephine ingin turun dari kasur, dia baru sadar kedua kakinya lemas, tidak tahu apakah karena ketakutan hampir jatuh tadi atau karena disiksa oleh Claudius.

Setelah beristirahat sejenak, Josephine baru turun dari kasur, kemudian menarik pakaiannya yang dibuka Claudius sampai ke area dadanya, kemudian merapikan rambutnya yang berantakan baru keluar dari kamar Claudius.

Kembali ke kamarnya sendiri, Josephine memenuhi bath tub dengan air hangat, kemudian melepaskan pakaiannya yang berantakan dan masuk ke dalam bath tub.

Air hangat adalah sesuatu yang bagus, setelah berendam di air hangat seluruh tubuhya terasa sangat nyaman, sarafnya yang tegang juga akhirnya melemas.

Tadi di rumah keluarga Qiao Josephine sibuk mencari Susi untuk menanyakan masalah anak, dia bahkan tidak sempat meminum segelas air, sekarang dia merasa sangat lapar. DIa melihat jam sudah jam 11 lebih, pantas saja perutnya sangat lapar.

Kulkas lantai bawah tidak ada yang enak, Josephine mencari-cari, akhirnya dia menemukan mie dan telur di dalam, ketika dia memasak mie dia juga sekaligus memasak semangkuk untuk Claudius.

Dia tidak tahu apakah Claudius sudah tidur, juga tidak tahu apakah Claudius lapar atau tidak, setelah selesai masak diapun membawa mangkuk mie dan berjalan dengan ringan menuju ke depan pintu kamar Claudius.

Dia menempelkan telinganya ke pintu, namun tidak mendengar ada gerakan apapun, dia pun dengan hati-hati mendorong pintu, kemudian memasukkan kepalanya tanpa suara.

Ketika dia melihat Claudius telungkup di lantai, dia kaget dan langsung menaruh mangkuk mie ke lantai dan berlari ke arah Claudius.

"Tuan muda, kamu kenapa?" Josephine berlutut dan berusaha mengangkat Claudius dari lantai, sambil mengamati Claudius berteriak, ketika dia menyadari Claudius ternyata muntah darah, dia semakin panik.

Dia ingat sebelumnya Claudius muntah darah juga setelah Claudius minum alkohol dan melakukan hubungan intim, Claudius yang kemarin malam baru mabuk, hari ini di pesta ulang tahun Nyonya Qiao pasti juga minum alkohol.

Meskipun dia tidak mabuk, tapi untuk dia tetap melukai tubuh.

Josephine tidak bisa mengangkat Claudius, dia hanya bisa bertanya dengan panik: "Tuan muda, apakah disini ada obat? Dimana obatnya?"

Claudius hanya meringkuk, tangannya sembarangan menangkap, tepat dia meremas pergelangan tangan Josephine. Tenaganya sangat kuat, membuat Josephine merasa tangannya sudah hampir putus.

Josephine menahan sakit di pergelangan tangannya, kemudian bersandar di meja samping kasur, dan membuka laci paling atas. Biasanya, Claudius selalu menyimpan obatnya di laci paling atas meja samping kasur.

Seperti yang diduga, dia melihat botol obat kecil yang familiar itu.

Josephine langsung mengambil botol obat itu, kemudian membuka tutup botol dengan mulutnya dan menuangkan satu pil ke tangannya.

"Tuan muda, cepat makan obat." Josephine menarik Claudius sampai ke kakinya sendiri dan memeluknya.

Saat ini, Claudius malah mendorong tubuh Josephine sekuat tenaga, kemudian berseru dengan nada penuh kebencian: "Pergi kamu------!"

Josephine di dorong oleh Claudius, keningnya menabrak meja samping kasur, berdarah seketika.

Tapi Josephine tidak melepaskan Claudius, dan berusaha menopang tubuhnya sendiri dan memeluk Claudius dengan erat, agar Claudius tidak melukai dirinya sendiri. Sambil berkata dengan terengah-engah: "Tuan muda, sekarang bukan saatnya emosi, kalaupun kamu mau mengusirku keluar juga harus setelah kamu makan obat ini, kita bicarakan lagi ketika tubuhmu sudah membaik!"

Biasanya ketika penyakitnya kambuh, Claudius tidak sadar, tapi kali ini dia tidak hanya sadar, dia masih bisa terus menolak dan melukai Josephine. Tangannya berpindah dari pergelangan tangan Josephine ke lehernya, mencekik leher Josephine dengan erat dan berkata sambil menggertakkan gigi: "Kamu pikir dengan begini aku akan memaafkanmu? Dan melepaskanmu? Tidak akan....."

Josephine merasa sangat kesusahan dicekik seperti ini oleh Claudius, dia sambil mendorong dan memukul tubuh Claudius sambil berteriak panik: "Kamu bukannya ingin membunuhku? Kamu cepat makan obat, setelah itu aku bunuh diri saja, bagaimana?"

"Jangan berpura-pura lagi!" Claudius melempar Josephine ke samping, Josephine yang jatuh ke lantai pun berteriak kesakitan. Tapi dia tidak bimbang, berbalik badan dan merangkak kembali mendekati Claudius, dengan resiko dicekik mati oleh Claudius, dia langsung memasukkan pil obat ke dalam mulut Claudius.

Claudius akhirnya sudah tidak ada tenaga untuk terus menyiksanya, meringkuk di lantai dan nafasnya terdengar kasar.

Melihat jakun Claudius bergerak, Josephine akhirnya menghela nafas, berlutut di samping tubuh Claudius dan berkata: "Tuan muda, aku bantu kamu naik ke kasur."

Kemudian, Josephine mengangkat tubuh Claudius dengan sekuat tenaga.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu