Istri ke-7 - Bab 262 Ending 5 (2)

"Tidak... aku ingin bertemu dengan Joshua...!" Nyonya Shen pun langsung berlutut di depan Claudius dan memeluk kakinya: "Claudius, kamu bantu aku dan bertemu dengan Joshua juga oke? Aku mohon."

"Ibu, bukannya sudah kubilang, kakak sekarang tidak boleh bertemu dengan keluarganya." Chelsea ingin memapah ibunya naik, tapi nyonya Shen tidak ingin naik, dia menangis dan berkata: "Claudius saja bisa bertemu kenapa aku tidak bisa? Aku ibunya."

Ekspresi Nyonya Shen berubah, dia berkata: "Claudius, aku tahu ayah Joshua sudah melakukan banyak kesalahan kepada keluarga Chen, tapi Joshua tidak bersalah, dia selalu membela keluarga Chen, dan membantu perusahaanmu. Aku mohon kamu bantu dia, dia masih muda tidak boleh masuk penjara, tidak boleh..."

"Kalau bibi tahu, kenapa bibi tidak mencegahnya? Kenapa masih membantu paman memaksa Joshua memindahkan uang perusahaan? Bukankah ini gara-gara bibi?" Ekspresi Claudius menjadi dingin: "Joshua Shen memindahkan uang sebanyak itu dari perusahaan, sekarang dia juga sudah mengaku, bibi pikir dia masih bisa kembali?"

"Aku... maaf, aku salah, waktu itu aku bodoh dan mendengar ayah Joshua. Claudius, aku minta maaf padamu oke? Aku mohon kamu bantu Joshua."

"Kakak, kamu bantulah kakakku." Kata Chelsea Shen.

Claudius melihat mereka berdua, dia tidak tahu harus berkata apa hingga akhirnya dia berjalan ke arah mobil.

Joshua saja tidak ada keinginan untuk keluar, bagaimana dia bisa membantunya?

-----

Saat perjalanan pulang kebetulan dia melewati rumah keluarga Shen.

Setelah ragu sejenak, dia akhirnya memberhentikan mobilnya di depannya, lalu turun dan masuk ke dalam rumah itu.

Mendengar pembantu bilang Aldo Shen ada di ruang baca, dia pun langsung ke lantai dua.

Aldo Shen memang di ruang baca, tirai jendela tertutup setengah, cahaya ruangan sedikit gelap. Dan Aldo Shen duduk di belakang meja kerjanya, satu tangannya menyandari kepalanya dan satunya lagi memegang sebuah amplop.

"Tuan, tuan muda Chen datang." Kata pembantu.

Aldo Shen mengangkat kepalanya pelan-pelan, lalu melihat Claudius: "Kamu ngapain datang? Ingin menertawakanku?"

Claudius mengangguk, berjalan kesana dan menyindirnya: "Benar, aku datang untuk menertawakanmu, melihatmu mengantar anakmu sendiri ke dalam penjara, apakah rasanya sama dengan saat kamu melakukan semua kejahatan itu?"

Di luar dugaan, Aldo Shen tidak marah, dia malah menertawai dirinya sendiri: "Kegagalan terbesar seumur hidupku adalah kalah darimu, dan melahirkan anak sebaik dia, demi wanita tidak menginginkan masa depan dan keluarganya, benar-benar baik...!"

"Sepertinya kamu sama sekali tidak berterimakasih kepadanya yang sudah menggantikan hukumanmu."

"Berterimakasih?" Aldo Shen tertawa dingin: "Kamu pikir aku harus berterima kasih apa?"

Claudius tidak berkata-kata, hanya menatapnya saja.

Aldo Shen pun berkata: "Sudahlah, kalau dia ingin masuk penjara, biarkan saja, biar dia sadar."

"Kamu menggunakan alasan ini untuk menenangkan dirimu bukan?" Claudius tertawa dingin.

"Tuan muda Chen ingin mencampuri urusan kami berdua?" Aldo Shen menatapnya.

"Korban kecelakaan itu nenekku, masalah ini juga masalahku." Claudius berkata: "Tapi kalau memang Joshua ingin menggantikan hukumanmu, bibi dan Chelsea juga memohonku untuk melepaskan kalian, kalau mereka bertiga aku bisa mempertimbangkannya. Tapi kalau paman tega, kalau begitu biarkan saja Joshua masuk penjara, terserah."

Setelah itu Claudius pun berjalan pergi, dia sempat berhenti sejenak dan menoleh: "Sampai hari ini, keluarga Chen dan keluarga Shen sudah tidak ada hubungan lagi."

Setelah itu, dia pun pergi.

-----

Susi baru saja keluar dari kemar dan ingin berjalan-jalan di taman, lalu bibi Hong pun memanggilnya: "Nyonya mau keluar?"

"Tidak." Susi menggeleng, ekspresinya pun tidak baik.

Bibi Hong jelas-jelas tahu Henry Quao tidak membiarkannya keluar tapi masih menanyakannya, tentu saja Susi tidak senang.

"Oh, tuan muda tadi telepon, dia minta aku tanyain nyonya apakah mau keluar makan." Bibi Hong tersenyum: "Nyonya, tuan muda melihatmu tidak selera makan, makanya dia ingin mengajakmu makan di luar."

Bibi Hong mengira Susi akan menolaknya, tidak disangka Susi tidak menolak malah langsung mengangguk: "Oke, tanyakan dia mau ke restoran mana."

"Tuan muda bilang kalau kamu mau, dia akan pulang menjemputmu." Bibi Hong pun tersenyum: "Sekarang aku telepon tuan muda, tuan muda pasti akan senang." Saat itu dia pun langsung membalikkan badan dan berjalan menuju telepon.

Susi melihatnya yang senang dan menelepon, pun langsung bejalan ke atas.

Henry Qiao sudah tiba di rumah, Susi juga sudah mengganti baju dan datang ke depan pintu, melihat mobilnya yang berjalan masuk dengan pelan, Sui pun melangkah kesana.

Melihat Susi naik ke atas mobil Henry Qiao, nyonya Qiao pun merasa lega: "Dua orang ini, akhirnya ada sedikit kemajuan."

"Iya, mereka mulai berkencan." Tambah bibi Hong.

-----

Di atas mobil, Henry Qiao menatap Susi dan bertanya: "Mau makan apa?"

Susi menyetujuinya untuk keluar makan juga membuatnya kaget, dia mengira Susi akan menolaknya.

“Bagaimana kalau kita ke Garden Gold?"

"Garden Gold dimana?" Henry Qiao pun langsung mencari lokasi ini.

"Di seberang kantor polisi, baru buka."

Henry Qiao mengangguk, lalu menatapnya: "Bagaimana kamu tahu itu enak? Kamu seharusnya belum pernah kesana?"

Restoran itu baru dibuka sebelum Susi pulang, setelah pulang dia sama sekali belum keluar, makanya dia merasa aneh.

"Aku lihat di internet, aku suka." Susi pun tersenyum: "Kenapa, kamu tidak tertarik?"

Henry Qiao menggeleng: "Bukan, aku hanya ingin menemanimu makan, yang penting kamu suka saja."

Susi pun menyindirnya: "Tuan muda Qiao perhatian sekali, pantas saja banyak wanita yang suka."

"Hari ini aku mengajakmu keluar susah payah, boleh tidak jangan mengatakan kata-kata seperti ini?" Henry Qiao menatap perutnya lalu tersenyum: "Tidak bagus kalau bayi kita mendengarnya."

"Kamu masih bisa peduli kesanmu terhadap anak ini?"

"Tentu saja, ini penting."

Mereka berdua pun tiba, Susi tersenyum kepadanya dan melepaskan sabuk pengaman: "Aku sudah memesan kamar VIP, kamar nomor 208."

Henry Qiao mengangguk, setelah turun dari mobil dia pun membukakan pintu untuknya, Susi pun melangkah turun dengan pelan.

Saat melihat kakinya, Henry Qiao melihat dia memakai sepatu hak tinggi yang biasa dipakainya. Dia pun langsung memapahnya, dan ekspresinya berubah: "Sudah hamil kenapa masih pakai sepatu ini? Bukannya aku sudah membeli sepatu flat untukmu?"

Susi pun tersenyum santai: "Aku tidak pernah mempedulikan anak ini."

"Susi, kenapa kamu masih saja begini?" Henry Qiao marah.

"Tuan muda Qiao, hari ini kamu mau mentraktirku makan, tapi kamu sengaja membuatku tidak senang?"

Henry Qiao terdiam, dia pun menyerah untuk membahas ini lagi. Benar juga, hari ini sudah susah payah mengajaknya keluar, jangan gara-gara hal kecil ini malah memperburuk suasana.

Dia pun menenangkan perasaannya, merangkul pundaknya dan tersenyum: "Benar juga yang kamu bilang, hari ini aku traktir makan, jangan gara-gara hal kecil malah bertengkar."

"Baguslah kalau kamu mengerti." Susi tersenyum.

Saat mereka tiba di kamar 208, Henry Qiao pun membuka pintu, dia melihat sudah ada dua pria muda yang duduk di dalam. Dia kaget dan menoleh ke Susi: "Kamu janjian dengan temanmu?"

"Iya, lebih ramai lebih seru." Susi pun melangkah kesana, sambil menggandeng Henry Qiao sambil memperkenalkan: "Ini tuan muda Qiao, kalian berdua seharusnya sudah kenal bukan?"

"Henry Qiao?" Keduanya berdiri dari kursi.

Henry Qiao melihat mereka berdua yang berekspresi serius lalu mengangguk: "Benar, aku Henry Qiao."

Novel Terkait

Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu