Istri ke-7 - Bab 85 Melarikan diri dari rumah sakit (3)

Kenapa dia mau menyembunyikan hal ini dari Josephine? Kenapa dia takut Josephine tahu yang sebenarnya? Apakah karena dia khawatir Josephine akan takut dengannya, kemudian menjauhi dirinya? Dia takut Josephine menjauhinya?

Josephine malah bersikeras melanjutkan pertanyaannya: "Benar tidak ada?"

"Shella Bai, apa maksudmu?" Claudius yang merasa bersalah dan kesal pun emosi, Josephine bahkan bisa membayangkan dia mengerutkan kening, ekspresinya yang jelek.

"Seperti kamu memang tidak cocok berhubungan dengan orang luar terlalu lama." Claudius menambahkan.

Mendengar Claudius marah, Josephine tidak berani lanjut bertanya, menghirup nafas dalam dan berkata: "Maaf, kamu istirahatlah lebih awal."

Kemudian, Claudius langsung menutup teleponnya.

Dasar, lagi-lagi membuat Claudius emosi, Josephine menghela nafas tidak berdaya. Berbalik badan melihat bayangannya di cermin, yang dikatakan Claudius benar, dia benar-benar seseorang yang tidak tahu bersyukur.

Dia mengangkat ponselnya dengan perlahan, melihat layar yang mati, hatinya merasa tidak rela. Dia masih ada banyak kata yang ingin dikatakan kepada Claudius, masih ada begitu banyak hal yang belum dia sampaikan,tapi pembicaraan telepon sudah berakhir.

Ini mungkin adalah pembicaraan telepon terakhir antara mereka berdua, kan?

Josephine berjalan keluar dari kamar mandi, melihat Shella tetap di kamarnya dan tidak keluar, Josephine tidak mempedulikannya, kembali ke kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

****

Keesokan paginya, Josephine dibangunkan oleh pembantu rumah, dia mandi dan bersiap-siap kemudian turun ke lantai bawah, sekeluarga sudah duduk di meja makan.

Mungkin untuk menjaga suasana hati Josephine, wajah Fransiska penuh senyuman, memanggilnya cepat kesini untuk sarapan.

Josephine merasa mual, sama sekali tidak ada nafsu makan.

Fransiska melihat dia tidak menuju kemari, dia pun tidak memanggilnya lagi, malah Pengurus Hong di samping melihat raut wajahnya tidak bagus, dia pun mengambil segelas susu segar untuknya.

Selesai sarapan, Josephine pun ditemani Fransiska ke sebuah rumah sakit besar.

Di dalam rumah sakit sangat ramai, tapi Fransiska sudah menghubungi orang dalam dan membuat janji dengan dokter, bahkan tidak perlu mengambil nomor dan langsung ke departemen ginekologi.

Seorang dokter perempuan menyambut mereka masuk ke kantor, kemudian mengambil sebuah formulir dan menyerahkannya ke Josephine sambil tersenyum: "Nona Bai isi dulu formulir ini, termasuk apakah ada sejarah penyakit apa ataupun alergi obat apa, selesai diisi kita pun sudah boleh langsung masih ke ruang operasi."

Josephine melihat ke formulir yang ada di atas meja, dia terdiam sejenak kemudian mengambil pulpen dengan tangan gemetar, mulai mengisi satu demi satu.

Dokter perempuan melihat dia gemetar hebat, menenangkannya sambil tersenyum: "Nona Bai tidak perlu tegang, sekarang menggugurkan kandungan sangat sederhana, menggunakan sedikit anestesi, menghancurkan kandungan menjadi larutan darah dan keluarkan cairan tersebut, kemudian membersihkan rahim sebentar sudah selesai. Disini setiap hari harus melakukan beberapa puluh operasi ini, setiap orang juga berhasil."

Menghancurkan kandungan menjadi larutan darah dan mengeluarkannya, tangan Josephine yang memegang pulpen mengerat, gemetarnya semakin hebat.

Detak jantung seperti kereta api kecil didalam perutnya, bayi yang sudah mulai menumbuhkan lengan dan kaki, mau dihancurkan menjadi larutan darah dengan obat-obatan? Bisa lebih kejam lagi?

Air matanya mengalir bisa ditahan.

"Lupakan saja, biar aku yang membantumu mengisi formulir ini." Fransiska merebut pulpen di tangan Josephine dengan tidak sabar, kemudian dengan cepat mengisi formulir dan menyerahkannya ke dokter.

*****

Di dalam perusahaan besar Chen.

Claudius baru masuk ke kantornya, Asisten Yan ikut masuk, kemudian menerima jaket yang dilepas Claudius dan menggantungnya di gantungan baju, kemudian berkata dengan hormat: "Tuan muda Chen, bukannya anda menyuruh saya mengirim orang untuk mengawasi gerakan Nyonya muda beberapa hari ini? Tadi orang itu melaporkan bahwa Nyonya muda pagi-pagi mengikuti Nyonya Bai ke rumah sakit Ibu dan Anak."

"Rumah sakit Ibu dan Anak?" Gerakan Claudius yang sedang membuka komputer terhenti.

"Benar, baru saja sampai."

Claudius terdiam, tiba-tiba teringat Josephine yang aneh belakangan ini, kemudian pesan yang disampaikannya semalam, dia pun berpikir, jangan-jangan Josephine benar mengidap penyakit mematikan?

"Dia ke departemen apa?" Claudius bertanya.

"Departemen ginekologi di lantai 3."

Departemen ginekologi? Claudius lagi-lagi bingung, tidak ada apa-apa untuk apa Josephine ke departemen ginekologi?

"Tuan muda Chen, apakah kamu mau kesana?" Asisten Yan bertanya lagi.

Claudius bimbang sejenak, kemudian mengambil jaketnya dari gantungan dan memakainya, sambil melangkah cepat menuju pintu kantor.

Melihat Claudius yang melangkah lebar meninggalkan kantor, Asisten Yan tersenyum datar, di dalam hatinya dia berpikir, Nyonya muda ini sangat menarik, selalu berhasil membuat lelaki tak berperasaan ini mengubah dirinya sendiri.

****

Setelah selesai mengisi formulir, Josephine pun dibawa dokter ke ruang operasi.

Ini adalah kedua kalinya dia masuk ke ruang operasi ginekologi, melihat alat-alat yang dingin, hatinya lagi-lagi mulai berdebar kencang.

"Nona Bai, silahkan naik ke atas." Dokter menunjuk meja operasi di samping dan berkata: "Aku akan menginjeksimu dengan anestesi dulu, anestesi akan bereaksi dengan cepat, seluruh proses operasi sangat pendek, seperti tidur sebentar, setelah bangun tidur anda sudah boleh langsung pulang."

Josephine menatapi jarum suntuk di tangan dokter, kalau obat seperti ini diinjeksi ke dalam tubuhnya, maka dia tidak akan bisa melindungi anaknya lagi, membiarkan orang ini menghancurkannya, dan akhirnya meninggalkan tubuhnya.

Artinya, ketika dia bangun, dia akan terpisah selamanya dengan anaknya!

"Nona Bai, anda kenapa?" Dokter bertanya dengan sabar.

Sangat bertele-tele, kalau bukan karena Fransiska, dia dari awal sudah emosi.

"Aku......" Josephine membuka mulutnya, dia mundur selangkah demi selangkah: "Maaf, aku tidak bisa melakukan ini....." Kemudian dia berbalik, kemudian berlari menuju pintu.

Dia tidak bisa melakukan ini, dia tidak bisa mengorbankan anaknya demi menyelamatkan adiknya, satu nyawa diganti satu nyawa seperti ini terlalu kejam.

Fransiska yang duduk menunggu di depan pintu operasi melihat Josephine berlari keluar, terdiam sejenak kemudian bergegas bangun dari kursi, tapi tidak menunggu dia bereaksi, Josephine sudah berlari melewatinya.

Fransiska menarik lengan dokter dan berkata dengan panik: "Ada apa ini? Kenapa dia melarikan diri?"

Dokter berkata dengan wajah tak berdaya: "Maaf Nyonya Bai, Nona Bai berkata dia takut dan tidak ingin melakukan operasi ini, kemudian dia pun berlari keluar."

"Dasar......!" Fransiska mengumpat dengan kesal, sekarang yang paling penting adalah menangkap Josephine dan membawanya kembali, dia pun tidak punya waktu untuk memarahi dokter, dia melangkah ke arah Josephine berlari tadi dan mulai berlari.

Tadi ketika dia datang, Josephine terus berada dalam kondisi mual, sekarang dia mau meninggalkan rumah sakit ini, namun bagaimanapun dia tidak bisa menemukan tangga untuk turun.

Dengan cepat Fransiska sudah menemukannya, sambil mengejar sambil berteriak: "Anak sialan! Berhenti! Kalau kamu tidak berhenti aku tidak akan melepaskanmu......!"

Josephine menyeka air mata di wajahnya, dia tahu Fransiska tidak akan melepaskannya, dia tahu berbuat seperti ini akan membuat mereka marah. Tapi dia tidak bisa berpikir begitu banyak, mau dia membunuh anaknya sendiri, dia tidak bisa melakukannya!

Josephine ingin keluar dari sini, makin cepat makin bagus!

"Berhenti sekarang juga! Kamu pikir kamu pergi seperti ini masalah ini sudah selesai? Kamu jangan begitu polos! Berhenti.....!"

Tidak peduli sekeras apa Fransiska berteriak, Josephine tidak menghentikan langkahnya, malah semakin berlari semakin cepat. Air mata membasahi seluruh mata dan wajahnya, pandangannya tidak jelas, dia bahkan tidak bisa menghindari tabrakan dengan orang.

Akhirnya, dia menemukan elevator.

Elevator tepat berhenti di lantai 3, pintu elevator terbuka perlahan, Josephine tidak peduli elevator sedang naik atau turun, dia langsung berlari lurus masuk ke elevator.

Kemudian, dia belum masuk ke elevator, dia sudah masuk ke pelukan seseorang.

Orang itu tepat sedang keluar dari elevator, tinggi badannya sudah pasti seorang lelaki, Josephine tidak sempat meminta maaf kepadanya, langsung mau mendorongnya ke samping dan masuk ke elevator.

Tapi orang yang ditabraknya tidak hanya tidak membuka jalan untuknya, malah memeluk tubuhnya.

"Awas! Awas kamu! Aku.....!" Josephine dengan terburu-buru memukul dada orang itu dengan kedua tangannya, kemudian tiba-tiba dia berhenti.

Melewati air matanya, Josephine melihat wajah tampan milik Claudius, yang membungkusnya adalah aroma khas Claudius.

"Apa yang sedang kamu lakukan?" Claudius mengamati Josephine yang tenggelam oleh air mata, terlihat sangat kasihan di pelukannya, keningnya berkerut.

Josephine menatapi Claudius, dia tidak bisa berkata sepatah katapun untuk waktu yang lama, seluruh ketidakadilan dan ketakutan berkumpul menjadi tangisan kerasnya, dia menangis jatuh di pelukan Claudius.

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu