Istri ke-7 - Bab148 Wanita Sebanyak Pakaian (1)

Apa yang dilakukan Shella? Siapakah lelaki yang terus menciuminya?

Melihat Josephine, Shella sama sekali tidak merasa terkejut, dia melirik Josephine dan lalu juga melirik Claudius, dan menyindir, “Nyonya Muda Chen, sepertinya kamu sangatlah bahagia.”

Josephine tidak mempedulikan sindirannya, dia melirik lelaki tua itu dan berkata, “Siapakah dia? Mengapa kamu bisa bersama dengan dia?”

“Dia adalah ayah angkatku, CEO PT. Mandiri Innovation.” Shella mendekat kearah pelukan lelaki itu, dan tersenyum, “Berkat dirimu, aku menjalani kehidupan yang sangatlah menarik.”

“Shella, apakah kamu tahu malu? Mengapa kamu begitu membuat hina dirimu sendiri? Apakah kamu tidak bersalah terhadap dirimu sendiri, terhadap orangtuamu?” Josephine menegurnya.

Meskipun Shella jahat, namun bagaimanapun juga dia adalah kakaknya, dia tentu saja tidak menginginkan kakaknya sendiri menjadi orang yang diludahi oleh semua orang, menjadi seorang wanita yang menikmati kekayaan dengan memanfaatkan badannya.

Shella tiba-tiba menamparnya, “Buat apa berpura-pura tidak bersalah? Bukankah aku menjadi begini karena ulahmu? Jika bukan karena kamu selalu tidak mendengarkan perkataanku waktu itu, akankah aku menjadi seperti begini sekarang?”

Josephine ditampar oleh Shella, rasa sakit terbakar dipipinya.

Dia memegang pipinya, dan menatapinya tanpa rasa takut lalu berkata, “Jelas-jelas kamu sendiri yang menimbulkan semua ini, mengapa kamu mau menyalahkan semuanya kepadaku? Ada begitu banyak jenis pekerjaan, mengapa kamu ingin memilih pekerjaan ini? Ini juga adalah salahku?”

“Ada begitu banyak jenis pekerjaan?” Shella tertawa, “Kalau begitu kamu harus bertanya kepada suamimu yang sakit parah ini, tanyakan kepadanya dia ingin memaksaku hingga seperti apa? Apakah seperti ini?”

Seusai berkata, Shella memeluk lelaki tua yang sedang mabuk dan bersandar didinding, dan menciuminya.

Lelaki tua ini sekali merasakan ciumannya, dia langsung mendorong Shella kedinding dengan tidak sabaran, tangannya merambat ke dada Shella.

Melihat mereka yang begini, Josephine marah dan malu.

Setelah Shella cium sejenak dengan lelaki tua itu, dia berbalik melotot Josephine dan berkata, “Mengapa kamu masih tidak pergi?”

Melihat rasa malu di wajah Josephine, Shella mencibir, “Untuk apa berpura-pura perawan? Bukankah kamu telah pernah melakukan hal begini dengan Vincent dan Claudius? Di hitung-hitung lelaki yang kamu pakai juga lumayan banyak, ada hak apa kamu menunjuk-nunjuk didepanku sekarang?”

“Apa yang kamu bicarakan?” Josephine marah.

“Apakah aku salah bicara? Apakah aku berbohong?” Shella jelas-jelas sengaja, karena Claudius sedang berada di tempat gelap yang berjarak 10 meter dari tempat koridor mereka berada dan mengawasi mereka.

Josephine tidak ingin mempedulikannya lagi dan berbalik badan akan meninggalkannya.

Shella malah menarik tangannya dan berkata disamping telinganya, “Josephine, kamu jangan terlalu bangga, aku akan membalaskan dendam ini, sekalian bawakan perkataanku kepada Claudius. Oh iya, terima kasih dirinya telah memberikan lelaki jijik seperti ini kepadaku, terima kasih dia telah memberikanku perjalanan yang menjijikan seperti ini, waktu masih berjalan, kita lihat saja nanti.”

Josephine mengangkat tangannya dan mendorongnya, dan berkata, “Kamu jalani hidupmu dengan bagus dulu saja.”

Seusai berkata, dia berbalik badan dan berjalan kearah pintu keluar KTV.

Setelah berjalan beberapa langkah, Josephine tiba-tiba menyadari bahwa Claudius menunggunya dihadapannya.

Langkahnya terhenti, didalam hatinya muncul perasaan yang kurang mengenakkan, dia pasti mendengar perkataan Shella tadi, Claudius yang dari awal tidak mempercayai Josephine yang tidak berhubungan dengan Vincent akan semakin tidak mempercayainya.

Shella Bai, sudah seperti begini, dia masih memikirkan untuk mencelakainya.

Claudius menatapinya, “Sudah selesai mengobrol?”

Josephine tidak berkata, dia menundukkan kepalanya dan berjalan melewati Claudius.

Setelah mengusir Josephine, Shella menatapi sosok mereka yang semakin menjauh, didalam harinya penuh dengan ketidakstabilan.

Jelas-jelas Josephine merebut kedudukannya, mengapa dia masih bisa tetap berada di sisi Claudius sedangkan dirinya bisa bernasib seperti ini? Jangan-jangan......semua ini diatur olehnya? Ini adalah jebakannya?

Shella semakin pikir semakin marah tapi lelaki ini malah semakin mendekat ke badannya menjilati pipinya, Shella semakin kacau, dia menendang kaki lelaki itu, “Minggir kamu!”

Lelaki itu kembali sadar setelah ditendang, dia menatapinya dengan marah, “Dasar wanita hina, kamu sudah menjual dirimu kepadaku malam ini, seharusnya aku yang menendangmu......”

“Aku tidak menjual hari ini, minggir!” Shella meneriakinya.

Sekarang pikirannya penuh dengan adegan Josephine bersama dengan Claudius, dia tidak berniat untuk main dengannya.

Setelah diteriakinya, lelaki itu berkata, “Benar-benar aktor itu tidak berperasaan, begitu juga dengan wanita murahan yang kejam, lain kali ketika kamu tidak mempunyai uang, janganlah memohon kepadaku!” seusai berkata, lelaki itu kembali kedalam ruangan.

Shella menggertakkan giginya, dan menghirup nafas dalam-dalam, dengan susah payah dia menahan amarahnya, dan ketika berbalik badan, dia melihat sosok yang lebih membuatnya marah.

Sinar lampu yang remang, Sally yang duduk diatas kursi roda menatapinya sambil tersenyum, jaraknya tidak sampai 5 meter.

Melihat sosoknya, Shella mengingat semua kejadian sebelumnya, dia sangat ingin membunuhnya.

“Tadi sangatlah menarik sekali.” Sally melirik kearah pintu ruangan dibelakanga Shella, lelaki yang tadi masuk kedalam ruangan tersebut, ‘Tapi lelaki yang kamu cari ini sedikit terlalu jelek, jika aku menjadimu, aku akan muntah melihat wajah itu, tapi kamu bahkan bisa menciumnya, benar-benar demi uang semua hal bisa kamu tahan.”

Kedua tangan Sally memegang roda kursi, ekspresinya penuh dengan sindiran.

Shella marah dan ingin menendanganya, namun dia menahannya, dia menahan amarahnya dan berkata, “Dasar pincang, tampangmu begini saja kalau mau jual juga tidak ada yang mau.”

“Namun nasibku baik, aku tidak perlu jual.” Sally tertawa.

“Nasib baik?” Shella mencibir, “Joshua saja adalah budak kecil di keluarga Chen, kamu itu apa? Waktu itu ketika kamu akan mati, Nenek Chen bahkan tidak mengerutkan keningnya sama sekali. Kembali kita lihat dirimu, sudah pincang, dan masih berbaik-baikkan dengan keluarga Chen, kamu hanya tinggal tidak menjilat kaki busuknya saja.”

Wajah Sally berubah, namun dengan cepat kembali normal, lalu tersenyum, “Tidak, kamu salah, aku kembali untuk melihat adegan Claudius mesra dengan Josephine, mereka berdua semakin mesra dan bahagia, maka aku akan semakin senang, aku semakin merasa kakiku sangatlah berarti meskipun pincang.”

“Nona Bai, kamu sudah menggunakan segala jenis cara untuk mendapatkan apa yang kamu mau, namun Josephine hanya perlu menggerakkan jarinya saja. Sekarang mereka berdua sangatlah mesra setiap harinya, mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi, kamu tidak melihat adegan mesra itu, bahkan aku yang sudah mempunyai tunangan saja merasa iri dengan mereka.

Rasa tidak stabil yang ditekan oleh Shella dengan susah payah kembali terasakan, kedua tangannya dikepalkan.

Melihat wajahnya yang berubah, Sally tersenyum puas, lalu melanjutkan, “Aku benar-benar merasakan sedih untukmu, setidaknya Claudius tahu apa yang dirasakan Josephine dulu, dia sangat menyayanginya, dia memanjakannya setiap hari.”

Seusai berkata, Sally melirik Shella, dan melanjutkan lagi, “Berbalik melihat dirimu yang sekarang, sudah sampai menjual diri, bicara kasarnya yaitu pelacur, kamu yang seperti ini jangankan memperebutkan lelaki dengan Josephine, bahkan tidak pantas untuk membantunya mengangkat sepatu. Jadi kamu hanya bisa sambil menjual disini, sambil melihat mereka yang mesra, bahagia, sungguh kasihan sekali!”

“Wanita hina!” Shella akhirnya tidak bisa menahannya, dia berlari kearah Sally dan menariknya turun dari kursi roda, dan menendangnya, “Apa hakmu untuk menertawakanku? Dasar manusia cacat punya hak apa kamu bergaya dihadapanku......kamu......!”

“Tolong, kekerasan! Tolong------!” Sally memegang kepalanya dan berteriak di lantai dengan badan disusutkan.

Sesaat kemudian, langsung ada pelayan yang mendengar suara Sally dan datang, dia menarik Shella, Joshua juga bergegas keluar dari ruangan, melihat Sally yang terjatuh dilantai, dia terkejut, dan bergegas memeluknya dan menaruh Sally kembali ke atas kursi roda.

Shella ditahan oleh beberapa pelayan, dia masih saja berteriak tidak menerimanya.

Sally yang terlihat kasihan memeluk Joshua, dan merengek, “Wanita gila ini memukulku. Aku mau memberitahukannya kepada kakak dan kakak ipar, aku mau kakak membantuku mencari keadilan......”

Memberitahu Claudius? Shella marah, jadi inilah tujuannya yang sebenarnya? Dia masih tidak puas dengan Claudius yang masih belum membuat Shella hingga lebih kasihan lagi?

“Mengapa dibuat marah lagi tanpa alasan jelas, tenang, kita tidak bersependapat dengannya.” Kata Joshua sambil mengelus rambut Sally.

Sally merengek dipelukan Joshua, “Aku baru saja mulai berbicara dengannya, dia langsung memukulku, Joshua, aku ingin pulang.”

“Baik, kita pulang.” Joshua melirik Shella yang ditahan oleh satpam, namun tidak mengatakan apa-apa, dan mendorong Sally berjalan kearah pintu keluar

******

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu