Istri ke-7 - Bab 192 Kelihatannya Cukup Mesra (2)

"Ayah sudah keluar, kita turun yok." Josephine membuka pintu mobil lalu turun dan melepaskan Jesslyn dari kursi pengamannya.

"Ayah..." Jesslyn berlari dengn senang ke arah Marco Qiao.

Marco Qiao memeluknya dan bertanya: "Sudah beli kaos kaki putihnya?"

"Sudah, setelah lama mencarinya baru ketemu."

"Oyah, pantas kalian lama baru pulang."

"Penjualnya bilang kalau banyak orang tua yang mencari kaos kaki putih untuk menari, makanya susah cari." Josephine mengeluarkan barang belanjaan dari bagasi mobil, berjalan ke arah mereka.

Saat mereka bertiga berjalan masuk, Marco Qiao pun melihat ada goresan hitam di depan mobil, dia menatap goresan itu dan bertanya: "Kenapa dengan mobilnya?"

Awalnya Josephine ingin mengatakan kepadanya besok, tapi karena dia sudah tahu dia pun berkata jujur: "Tadi saat keluar dari parkiran aku tidak sengaja menggores mobil orang lain."

Mendengar dia menggores mobil orang lain, Marco pun segera bertanya lagi: "Kamu dan Jesslyn tidak apa-apa kan?"

"Tidak, hanya mobil yang tergores saja."

"Kenapa tidak berhati-hati? Untung saja kalian tidak apa-apa."

Josephine pun merasa bersalah dan berkata; "Parkiran disana sangat sempit, lalu satpam disana juga tidak profesional, lalu mobil orang lain pun tergores."

"Orang itu cari gara-gara denganmu?"

"Tidak, orang itu baik kok, mereka bilang bisa diasuransikan." Saat ini, Jesslyn pun menjulingkan matanya, jelas-jelas jahat sekali!

Josephine tahu apa yang dipikirkannya, dia pun mencubit bokongnya dan memperingatinya, Jesslyn pun terdiam.

"Besok aku bawa mobil itu untuk diperbaiki." Josephine pun mendorong kursi roda Marco Qiao dan masuk ke dalam rumah: "Ayo, kita masuk, mandi dan tidur."

"Aku ingin tidur dengan ayah dan ibu." Jesslyn memohon.

"Tidak boleh, kamu sudah besar, harus tidur sendiri." Josephine berkata.

"Uh... aku tidak suka tidur sendiri." Jesslyn menarik lengan Marco Qiao: "Ayah kan paling sayang dengan Jesslyn, kenapa tidak mau tidur dengan Jesslyn."

"Karena ibu benar, Jesslyn sudah besar, sudah seharusnya tidur sendiri." Marco Qiao menunjuk ke ranjang Jesslyn: "Lihatlah ranjangmu yang cantik itu, mirip dengan ranjang seorang putri bukan?"

Jesslyn pun cemberut.

**********

Saat Claudius memberitahu asisten Yan dan menyuruhnya mencari tahu tentangnya, asisten Yan pun terdiam.

Apakah bosnya akan memulai kisah cintanya yang ketiga? Apakah dia sudah lupa dengan posisinya? Lupa dengan posisinya?

"Eh... tuan muda." Asisten Yan tersenyum dan berkata: "Aku tidak menolak kalau kamu mencari kekasih di luar sana untuk menyeimbangkan kehidupanmu, tapi... kamu harus cari yang cocok, di dunia ini banyak sekali model-model dan artis cantik, kamu pilih saja yang mana..."

"Wanita yang bisa dipilih sesuka hati..." Claudius berkata: "Aku tidak tertarik."

"Tapi juga tidak boleh kan cari yang sudah punya suami, tuan muda... anaknya saja sudah sekolah TK, kita melakukan ini bukankah tidak pantas?" Asisten Yan menasehatinya.

Claudius tersenyum: "Asisten Yan, aku tidak nafsu hingga tahap itu, sebenarnya aku hanya ingin mencari tahu tentang dia."

"Kalau kamu tidak ingin memacarinya, terus kenapa kamu ingin mencari tahu tentang dia?"

Claudius pun terdiam sejenak lalu menggeleng: "Aku juga tidak tahu, aku hanya ingin, ingin sekali."

"Tuan muda Chen, kalau kamu tertarik dengannya hanya karena dia dan anaknya mirip dengan nona Zhu di saat kecil, kalau begitu nona Zhu kan ada di sampingmu, kenapa kamu tidak melihatnya? Apa maksudnya?"

"Aku juga ingin tahu apa maksud hatiku ini." Claudius tersenyum pahit.

Asisten Yan benar, Juju di sampingnya kenapa dia malah tidak tertarik untuk melihatnya, malah lebih tertarik dengan wanita yang mirip dengan Juju saat kecil, apakah karena dia merasa sangat kenal dengannya?

"Kalau tidak..." Asisten Yan menyarankan: "Tidak usah cari tahu lagi tentang orang ini, aku cariin dokter psikolog untuk ngobrol denganmu?"

Claudius mengangkat kepala dan menatapnya.

Asisten Yan merasa bersalah dan berkata: "Maaf, aku tidak ada maksud lain."

"Tuan muda..." Asisten Yan lalu menatapnya: "Aku merasa kamu sedang merindukan gadis yang pernah menolongmu saat kecil, mungkin saja kamu hanya punya perasaan berterima kasih kepadanya, oleh karena itu kamu tidak mencintai nona Zhu."

"Mungkin." Claudius lalu terdiam lagi, lalu berkata: "Belinda, mungkin kamu akan merasa aku aneh, tapi sebenarnya aku tertarik dengan wanita ini bukan hanya karena dia mirip dengan Juju waktu kecil, tapi yang terpenting adalah... aku merasa ada aroma Josephine di tubuhnya."

"Oyah?"

Claudius mengangguk, lalu menertawai dirinya sendiri: "Mungkin aku terlalu merindukan Josephine, makanya aku ingin mengenalinya, tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyakitinya."

Mendengar itu, asisten Yan terpaksa mengangguk: "Baiklah, aku langsung cari tahu, tapi tuan muda..." Dia ragu sejenak lalu menasehati: "Aku ingatkan kamu, wanita ini sudah berkeluarga dan punya anak, kamu jangan serius kepadanya, kalau tidak kamu akan tersakiti sekali lagi."

Claudius mengangguk: "Tenanglah, aku akan memperhatikannya."

Walaupun dia menjawab itu, tapi di dalam hatinya dia merasa tidak tenang."

Dia merasa dirinya seperti anak kecil yang suka bermain api, jelas-jelas tahu kalau api itu berbahaya, tapi tidak bisa menahan dirinya untuk mencoba.

Dia menyodorkan secarik kertas A4 di atas meja dan berkata: "Ini namanya dan nomor identitasnya."

Asisten Yan mengambil kertas itu dan berkata: "Jessie?"

"Benar." Claudius mengangguk.

Semalam dia sengaja menyuruhnya menunjukkan SIMnya, dia ingin melihat namannya, lalu menggunakan kemampuan mengingatnya yang hebat itu dan mengingat nomor identitasnya.

"Baik, aku sekarang pergi cari tahu." Setelah itu, asisten Yan pun berjalan keluar.

***********

Setelah sampai di rumah, Josephine menghentikan mobilnya di halaman depan, lalu menatap wajahnya yang masih sakit itu dari kaca spion, untung saja, bekas tangan itu sepertinya tidak terlalu jelas.

Jesslyn prihatin dan bertanya: "Ibu, masih sakit?"

"Tidak sakit." Josephine menggeleng, dan melipat kaca spion itu kembali, lalu berkata: "Sayang, jangan beritahu ayah ya?"

"Kenapa? Wanita itu jahat sekali!"

"Karena ibu tidak ingin ayah khawatir." Josephine mengulurkan tangannya dan memegang kepalanya: "Lalu tante itu, mungkin hanya salah paham saja, ibu sudah memarahinya dan memaafkannya, kamu juga maafkan dia oke?"

Jesslyn mengangguk.

Josephine berpikir lalu berkata: "Lalu, paman itu tahu namamu, ibu ingat kalau sepertinya saat itu ibu memanggil namamu, makanya paman itu tahu. Maaf ya, ibu sudah salah paham."

Dia mengingat semua proses kejadian itu, saat dia mendengar kalau Jesslyn tertabrak, dia pun panik dan sibuk mencarinya, hingga akhirnya dia melihatnya duduk di lantai, dia pun marah dan meneriaki namanya, sepertinya begitu!

"Lalu kenapa paman penipu itu bilang kalau aku yang memberitahunya?" Jesslyn masih sangat marah.

"Iya..." Josephine juga merasa aneh: "Mungkin dia sudah lupa, saat itu juga dalam keadaan panik."

Saat mereka berdua berbicara, Marco Qiao pun keluar dari rumah dengan kursi rodanya.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu