Istri ke-7 - Bab 145 Obat Tradisional (4)

Ia membuka pintu lemari pakaian, di dalamnya hanya ada pakaian Claudius dengan beragam bentuk dan warna.

Setelah mandi, ia menonton televisi sebentar. Claudius belum juga kembali dari ruang baca.

Josephine yang berbaring di ranjang langsung dapat melihat telepon di atas meja ranjang begitu membalik badan. Ia tiba-tiba tersadar kalau Claudius sepertinya lupa mencabut sambungan telepon. Apa yang terjadi? Apakah ia hendak mengendurkan pengawasannya terhadap Josephine? Ia berubah sikap secepat ini?

Josephine mengangkat telepon dan mendengarkan sejenak, memang benar ia tidak mencabut sambungannya.

Apa mungkin... Josephine melirik sekilas ke arah buku nikah yang dilempar Claudius ke atas meja. Apa ia berpikir bahwa buku nikah ini mampu mengikat dirinya sepenuhnya? Jadi ia tidak perlu khawatir kalau Josephine akan mencari Vincent atau Justin?

Kalau benar begitu, betapa percaya dirinya pria ini!

Josephine pun tertidur di tengah lamunan dan pikirannya ini. Ia tertidur dengan sangat nyenyak.

Saat Claudius masuk, ia melihat Josephine tertidur di tepian ranjang hingga hampir terjatuh. Ia mengenakan kemejanya, sangat seksi. Kakinya yang panjang sedikit tergulung, mungkin karena kedinginan.

Claudius mengalihkan pandangannya dari tubuh Josephine. Ia menarik selimut untuk menutupi tubuh gadis itu, lalu menaikkan suhu pendingin ruangan hingga agak hangat. Setelah itu, ia baru naik ke sisi kasur yang satunya dan tidur.

***

Keesokan paginya, Josephine mendapati dirinya terbaring sendirian di atas ranjang. Ia mengerjapkan mata selama beberapa menit untuk beradaptasi dengan keadaan sekitar dan mengingat semua yang terjadi semalam. Ini adalah kamar Claudius. Kemarin malam ia dan Claudius telah mengurus surat nikah dan menjadi sepasang suami istri yang sah.

Kemudian mereka kembali ke rumah lama Claudius. Saat ia tertidur, Claudius masih bekerja di ruang baca. Ia tak tahu apakah akhirnya Claudius kembali ke kamar untuk tidur atau tidak.

Ia menunduk melihat kemejanya yang masih rapi di tubuhnya, juga melihat ke sebelah kasurnya, terlihat jelas ada bekas orang tidur di sana. Tampaknya Claudius kemarin tidur di kamar, namun ia tidak mengganggunya.

Ternyata ia tidak mengganggunya, sungguh aneh!

Josephine pun bangkit dan duduk. Saat hendak turun dari kasur, ia mendengar suara pintu dibuka dari kamar ganti. Detik berikutnya, Claudius keluar dengan setelan jas rapi dan dasi.

Josephine segera menarik kemejanya yang tidak terlalu menutupi tubuh, lalu menyapanya dengan sedikit canggung, "Pagi!"

"Kemarin kau berjalan-jalan seharian dan hanya membeli sebuah gaun?" Claudius memandang kemejanya di tubuh Josephine.

"Kukira kita akan kembali ke vila kecil setelah makan malam, jadi..." Josephine menarik-narik bajunya, kemeja bermerek milik Claudius, yang berulang kali dipakainya sebagai baju tidur, sepertinya agak keterlaluan.

Namun Claudius tidak peduli dengan kemeja itu, ia malah suka kalau Josephine mondar-mandir di kamarnya dengan memakai kemeja itu, sangat imut dan menyegarkan. Ia tidak berkata apa-apa lagi, melainkan berbalik badan dan keluar kamar.

Samar-samar, Josephine dapat mendengar Claudius berpesan pada pelayan di depan pintu, "Pindahkan semua barang di kamar Nyonya."

"Baik, Tuan. Apa perlu diganti dengan yang baru?" tanya pelayan.

Claudius terdiam sejenak, lalu menjawab, "Tidak perlu, kosongkan saja."

Kosongkan saja? Jadi nanti ia akan kembali ke vila kecil lagi. Ia lagi-lagi akan kehilangan kebebasannya.

Josephine mendesah. Ia ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menyisir rambut, setelah itu baru turun ke ruang keluarga.

Di ruang makan, Sally dan Joshua sedang berunding ke mana mereka akan pergi akhir pekan ini. Joshua menyarankan untuk pergi bertamasya ke pantai Kepulauan Seribu, sebagai ganti rugi atas kemalangan di Bogor sebelumnya.

Sally cemberut, "Tapi aku tidak bisa jalan, dengan begini hanya akan melelahkanmu saja," katanya dengan ekspesi bersalah.

"Lelah apanya, aku memang mau menemanimu melepas penat, kok," Joshua memegang pundak Sally, lalu mengecup pipinya, "Tidak apa-apa kalau kau tak bisa jalan. Aku rela menjadi tongkatmu dan membawamu mengelilingi semua tempat yang mengasyikkan di dunia ini."

Sally tersentuh sampai matanya berkaca-kaca. Ia menyentuh manja dahi Joshua dengan jarinya, "Semua orang sedang berkumpul di sini, bisakah kau jangan menggombal?"

"Apa yang kau takutkan? Kita legal untuk mengungkapkan cinta satu sama lain, apalagi kita bukan sedang curi-curi, benar, kan, Kakak Ipar?" tanya Joshua pada Josephine sambil terkekeh.

Josephine memang cemburu terhadap kemesraan mereka berdua. Melihat Joshua yang tak pernah mengabaikan Sally, ia merasa tersentuh. Ia pun mengangguk sambil tertawa, "Benar, Sally, kau sangat beruntung. Kau tidak akan menemukan pria kedua yang lebih baik dari Joshua di dunia ini."

Josephine bersumpah bahwa ia mengatakannya karena merasa tersentuh saat itu, namun Claudius yang sedang makan di sebelahnya merasa tidak nyaman, ia menoleh menatap Josephine.

Menyadari tatapan Claudius, Josephine merasa tidak bersalah, "Apa aku salah bicara?"

"Tidak, Kakak Ipar tidak salah apa-apa," kata Joshua lalu tertawa. Ia menoleh ke arah Sally, "Apa kau dengar? Kata Kakak Ipar aku adalah pria yang paling baik di dunia, kau pasti bahagia, ya, kan?"

"Aku selalu merasa bahwa aku adalah wanita yang paling berbahagia di dunia," Sally ikut tertawa.

"Senangnya, apa yang sedang kalian bicarakan?" Tiba-tiba terdengar suara Nenek dari ujung pintu.

Sally segera menghentikan tawanya dan berkata, "Nenek, Joshua berkata akan mengajakku pergi ke Kepulauan Seribu. Aku sangat senang."

"Boleh, tapi hati-hati, ya! Jangan sampai terjadi peristiwa seperti waktu itu, mengerti?" Nenek duduk di kursi utama sambil digandeng oleh Joshua.

Begitu Nenek mengatakan hal itu, seisi ruangan pun hening, masing-masing sibuk dengan pikirannya sendiri.

Josephine menunduk dengan perasaan amat bersalah. Ia memakan sarapan di atas piringnya dengan hening.

"Nenek tenang saja, kami akan sangat berhati-hati," kata Sally sambil tersenyum, lalu menghadap ke arah Josephine dan Claudius, "Oh, ya, Kakak Sepupu dan Kakak Ipar mau ikut? Chelsea juga?"

"Tidak usah, kalian saja yang pergi," jawab Josephine spontan.

Dengan hubungannya yang sepeti ini dengan Claudius, tidak bertengkar saja sudah membuatnya senang. Liburan?

"Aku juga tidak ikut. Aku akan ada acara sekolah," kata Chelsea.

"Sudah benar kalau begitu," Joshua menjitak dahi Sally untuk menyalahkannya, "Ini adalah dunia kita berdua, untuk apa kau mengajak begitu banyak orang?"

Sally tertawa dan menurunkan tangan Joshua.

"Kalau begitu kita lanjut mengobrol setelah pulang ya." Kemudian Sally berkata pada Josephine, "Oh, ya, sebentar lagi adalah Festival Kue Bulan. Apa Kakak Ipar masih akan tinggal di luar hari ini? Lebih baik Kakak Ipar tinggal di sini dan merayakan festival bersama kami."

Josephine agak tergagap ditanya seperti ini. Terhadap masalah ini, ia mana punya hak untuk berbicara? Ia harus mengikuti arahan Claudius.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu