Istri ke-7 - Bab 125 Hampir Ketahuan (3)

Malam sudah larut, namun suasana di luar sana masih tetap sibuk dan gemerlap, layaknya sebuah kerajaan kecil dalam dongeng.

"Kak, kenapa Cinderella tidak pergi mencari pangeran sendiri?" tanya Justin penasaran.

"Karena ia dikurung oleh ibu tiri."

"Jahat sekali ibu tiri itu. Apakah semua ibu tiri jahat?"

"Tentu tidak, masih lebih banyak orang baik di dunia ini."

"Kak, apa si Kakak Tiri tidak kesakitan saat memotong jari kakinya sendiri?"

"Tentu sakit."

"Kalau begitu kenapa dia masih mau memotongnya?"

"Karena dia ingin memakai sepatu kaca itu, dan hidup bahagia bersama Pangeran menggantikan Cinderella."

"Bagaimana bisa dia sejahat ini!" ujar Justin geram.

"Tapi orang jahat biasanya tidak akan berakhir bahagia. Kakak Tiri tidak hanya tidak bisa mengenakan sepatu kaca, jari kakinya juga terpotong, itulah harga yang harus dibayarnya. Jadi kita tidak boleh menjadi orang jahat seperti dia, kita harus menjadi orang baik, mengerti?" ujar Josephine sambil mengelus kepala Justin.

Justin mengangguk, "Mengerti, aku akan menjadi orang yang baik seperti Cinderella saat aku besar nanti."

"Bagus!" puji Josephine puas.

Di sisi dinding yang lain, Claudius yang sudah setengah mabuk sambil memegang kaleng bir mendengarkan percakapan kakak-adik itu. Bibirnya menyunggingkan senyuman dingin.

Kisah Pangeran dan Cinderella itu, hanya membohongi anak-anak.

Claudius teringat akan sosok Cinderella yang menghilang dalam hidupnya. Ia pernah mengira bahwa wanita itu baik dan sempurna seperti Cinderella, namun semua itu hanyalah mimpi.

Lagi-lagi terdengar suara Justin dari seberang dinding, "Kak, nyanyikan sebuah lagu untukku."

"Kau ingin dengar lagu apa?" tanya Josephine.

"Lagu yang membuat orang bahagia."

"Kalau begitu...kita nyanyikan "Libur T'lah Tiba" saja, ya?"

"Baik."

"Tapi sekarang sudah malam, jangan keras-keras," kata Josephine, lalu mulai bernyanyi pelan sambil bertepuk tangan.

Kakak beradik itu bernyanyi bergantian. Cara Justin ini berhasil membuat suasana hati Josephine membaik.

Mereka bernyanyi dengan gembira. Claudius di seberang dinding sana pun...tidak bisa dibilang gembira, tapi paling tidak kabut dalam hatinya tertiup oleh nyanyian kakak beradik itu.

Setelah bernyanyi sejenak, Justin mendongak menatap Josephine, "Kak, apakah perasaanmu sudah lebih baik?"

"Sudah jauh lebih baik, terima kasih Justin," Josephine mengusap kepala Justin, "Sekarang kembalilah ke kamar dan tidur."

"Bagaimana dengan Kakak?"

"Sebentar lagi aku akan menyusul."

"Cepat masuk dan tidur, ya, Kak," kata Justin.

Melihat Josephine menganggukkan kepala, Justin baru membereskan bukunya dan pergi dengan tenang.

Josephine duduk di balkon selama beberapa saat, lalu akhirnya bangkit dan bersiap tidur. Tiba-tiba terdengar suara botol anggur jatuh di ruangan sebelah.

Ia terperanjat. Ada orang di sebelah?

Ia telah duduk di sini seharian, ia sama sekali tak melihat pergerakan maupun cahaya lampu di sebelah. Lagipula, sepengetahuannya Claudius tidak tinggal di sini lagi semenjak ia pergi pagi itu.

Kenyataannya, Claudius amat jarang kembali ke sini, bahkan dulu belum tentu sebulan sekali ia kembali ke sini.

Namun, karena penasaran, Josephine mencondongkan tubuhnya juga untuk melihat balkon sebelah. Meski lampu tak dinyalakan, ia tetap dapat melihat Claudius yang sedang bersusah payah berdiri untuk kembali ke kamar, di bawahnya berserakan botol-botol anggur.

Josephine terkejut, ternyata benar Claudius! Bagaimana ia bisa berada di sini? Sejak kapan ia di sini?

Melihatnya minum begitu banyak anggur, ia pasti sedang sangat sedih. Apakah Claudius sedih karena kehilangan anak sama seperti dirinya?

Melihat keadaan Claudius yang seperti itu, Josephine pun jatuh iba.

Pandangan mata Claudius terarah padanya, ia juga melihatnya. Claudius perlahan mengurangi penampilannya yang menyedihkan itu, lalu menatap Josephine dengan pandangan datar, "Nona Bai, apakah mengintip juga salah satu hobimu?"

Josephine seketika panik, ia buru-buru menarik dirinya.

Balkon mereka terpisah jarah sejauh 1,5 meter, tidak jauh, tapi juga tak dekat. Selain dinding pembatas, biasanya orang menambahkan kasa anti maling. Tapi karena rumah keduanya jarang ditinggali, mereka tidak memasang kasa yang mengganggu mata itu.

Saat ini Josephine hanya ingin kabur. Ia berbalik dan melangkah masuk ke dalam kamar.

Claudius tidak berkata apapun, melainkan langsung menaikkan kaki panjangnya ke atas pagar pembatas.

Mendengar ada pergerakan di sana, Josephine pun menoleh. Ia terperanjat saat melihat apa yang sedang dilakukan Claudius, "Tuan Chen kau sudah gila! Cepat turun! Kalau anakmu mati kau masih bisa melahirkannya lagi, tapi kalau kau melompat dari sini kau pasti mati, sungguh tidak sepadan! Jangan bodoh!"

Astaga, apa yang hendak dilakukannya? Apa ia ingin bunuh diri?

Apakah dirinya tak tahu kalau dia sudah setengah mabuk? Bagaimana kalau ia jatuh dari tempat setinggi ini? Josephine sangat panik namun bingung juga harus berbuat apa.

Namun Claudius malah melompat ke arahnya. Josephine berteriak seketika, ia terkejut sampai tak bisa berkata-kata.

"Kau mau pergi ke mana?" tanya Claudius sambil menarik tangan Josephine dan memperhatikannya dengan tatapan mempermainkan, "Saat ini...bukankah kau seharusnya menggodaku seperti saat itu? Mengapa...kali ini kau malah berbalik pergi? Ada apa sebenarnya dengan kalian berdua? Mengapa kalian masing-masing sangat sulit dipahami? Sebenarnya siapa yang asli di antara kalian...?"

Kata-katanya sedikit tergagap, mungkin karena mabuk.

Josephine terdiam. Tadi ia hanya ingin kabur, tidak terpikirkan olehnya untuk bersandiwara. Setelah ditangkap oleh Claudius seperti ini, ia tak tahu harus berkata apa.

"Aku..." Josephine melepaskan genggaman Claudius dalam kepanikannya, "Tuan Chen, bisakah kita berganti hari? Hari ini aku tak bisa, aku...ibu dan adikku ada di kamar."

Claudius menertawakannya, "Bukannya kau tahu password rumahku?"

"Jangan mengacau, tidak baik kalau ketahuan ibuku. Tuan Chen cepatlah kembali," Josephine mendorong Claudius ke arah pagar pembatas dengan panik, namun menariknya kembali sesaat kemudian, "Jangan, terlalu berbahaya, kau keluar lewat pintu depan saja."

Josephine menariknya ke arah pintu keluar, namun Claudius tak mau mengikutinya, ia malah menatapnya lekat. Ada sesaat, Claudius merasa bahwa wanita di hadapannya ini barulah istrinya yang sebenarnya.

Claudius meraih pergelangan tangan Josephine, lalu membaliknya.

Josephine terkejut oleh perbuatan Claudius ini, dalam kepanikannya ia mengangkat tangan dan menampar Claudius, lalu mendesaknya ke sisi pagar pembatas, "Claudius Chen, sebenarnya apa maumu? Apa kau menganggapku, Josephine, sebagai milikmu? Malam itu aku memberanikan diri untuk datang sendiri ke depan pintu rumahmu, namun satu kata 'Enyahlah kau' mengusirku bahkan kau tak sudi melihat wajahku. Sekarang kau merasa kosong dan menginginkanku sampai mencariku? Kuberitahu kau, aku, Josephine, adalah calon Nyonya Lin, bukan pelacur yang datang saat kau inginkan dan pergi saat tak kau butuhkan!"

Setelah melontarkan amarahnya, Josephine menunjuk tembok di sebelahnya, "Kata-kata 'Enyahlah kau' bukan hanya kau yang berhak mengatakannya, aku juga berhak! Enyah...!"

Dimaki seperti itu, Claudius pun pelan-pelan tersadar.

Ia memejamkan matanya, benar-benar tak paham mengapa ia bisa menggoda seorang wanita, apalagi sampai berpikir bahwa wanita kejam ini adalah istrinya. Apakah hanya karena ia bernyanyi dan bercerita?

Josephine yang malam ini sangat berbeda dengan Josephine yang diingatnya. Apakah ia punya dua kepribadian? Sama seperti Shella?

"Maaf...Anakku meninggalkanku, hatiku sedih," katanya pelan, nada bicaranya lesu.

Novel Terkait

That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu