Istri ke-7 - Bab 81 Perubahannya (2)

Tidak peduli Claudius mempunyai berapa wanita di luar, sekarang sudah tidak ada hubungannya dengan Josephine, tapi kepribadian Shella sudah pasti tidak bisa menahannya, Josephine benar-benar tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan mereka berdua di masa depan.

Claudius terdiam dicium oleh Josephine seperti itu, mengamati Josephine yang sangat berbeda dari biasanya dan berkata: "Trik apa ini?"

"Trik istri yang baik." Bibir Josephine membentuk senyuman kecil.

"Trik ini tidak cocok denganmu." Claudius menunduk mencium bibir Josephine, kali ini ganti Claudius yang mengambil inisiatif.

Josephine tidak menyangka Claudius bisa tiba-tiba menciumnya, kedua tangannya menahan dada Claudius, takut dia tiba-tiba menekannya, awalnya Josephine bermaksud mendorongnya, tapi di dalam hatinya dia merasa enggan.

Sepertinya.....sudah lama tidak dicium seperti ini olehnya, tetap sama, aroma yang membuatnya terpaku.

Setelah ciuman Claudius berputar di bibir Josephine sekian lama, ciumannya berpindah ke bawah, mencium leher Josephine.

"Tuan muda Chen......" Josephine yang pikirannya berantakan memanggil Claudius, kemudian bertanya: "Kamu sudah berhasil menemukan dia?"

Perkataan ini benar-benar merusak suasana, tapi juga adalah pertanyaan yang sangat ingin dia tanyakan seharian ini.

Claudius seketika menghentikan ciumannya, kemudian berbisik di telinga Josephine: "Belum."

"Kalau begitu kenapa kamu memutuskan untuk menyerah?" Josephine bertanya lagi.

Dia tahu Claudius mungkin tidak suka dia menanyakan hal ini, tapi jawaban pertanyaan ini sangat penting untuknya, dia sangat ingin tahu. Karena perempuan itu memenuhi seluruh hati Claudius, oleh karena itu, dia sangat memperhatikan masalah ini.

"Bukannya kamu yang mengajariku, tidak layak menyiksa diri sendiri demi orang yang meninggalkan diri sendiri." Claudius tersenyum datar.

Benar, Claudius sudah sadar, perempuan itu takut dengannya, kalau begitu biarkan dia pergi, biarkan dia pergi mencari lelaki yang sehat dan normal, dan karena dia sudah memutuskan untuk menyerah, maka sudah tidak perlu mencari dan mengganggunya lagi.

"Kamu akhirnya sadar?" Josephine tersenyum kecil.

"Iya." Claudius berbalik dan duduk di atas kasur, dari sakunya dia mengambil rokok dan mancis, seketika asap rokok mengambung.

Di dalam ingatan Josephine, Claudius memang merokok, tapi sangat sedikit, terakhir kalinya melihat dia merokok sepertinya juga karena perempuan ini, kali ini dia lagi-lagi merokok karena perempuan ini, terlebih lagi membawa rokok kemana-mana.

Di tengah asap rokok, wajah Claudius terlihat samar.

Josephine ikut bangun dan duduk, menunjuk tanda 'dilarang merokok' di dinding, kemudian mengulurkan tangan mengambil rokok dari tangan Claudius dan mematikannya.

Meskipun disini adalah kamar pasien biasa, dan hanya ada dia sendiri, tapi dokter memesan Claudius tidak boleh merokok, memikirkan kesehatan Claudius, Josephine tidak memperbolehkannya merokok.

"Maaf, aku lupa." Claudius merasa bersalah dan berkata.

Josephine tersenyum dan berkata: "Sebenarnya ketika perasaanmu tidak senang, tidak harus merokok, masih boleh....."

"Minum alkohol?" Claudius melihat Josephine ragu-ragu, dia pun melanjutkan kalimatnya.

"Tentu saja bukan." Josephine tidak kepikiran ada trik bagus apa, dia pun menunjuk dirinya sendiri: "Kamu boleh seperti sebelumnya, dengan kejam memarahiku untuk melepas emosimu, lagipula aku juga masuk telinga kanan keluar telinga kiri."

Alis Claudius terangkat, melirik Josephine dengan pandangan marah,

Josephine segera menutup mulutnya, kemudian menambahkan: "Sebenarnya juga bukan setiap kali masuk telinga kanan keluar telinga kiri, terkadang juga bisa masuk ke hati, tergantung situasi dan kondisi, hehe....."

"Jadi......kemarin pagi aku memarahimu sekejam itu, akhirnya selesai hanya dengan sebuah es krim? Karena kamu sama sekali menganggap kata-kataku seperti buang gas?"

"Mana ada? Aku kemarin benar-benar emosi karena kamu." kepikiran kata-kata Claudius yang ditujukan padanya kemarin pagi, hati Josephine penuh dengan emosi, tapi kenapa dia bisa ditenangkan hanya dengan satu es krim, hal ini masih perlu diteliti.

Sebenarnya Josephine juga bukan orang yang begitu bodoh, yang bisa dimarahi oleh Claudius kapan saja untuk melepas emosi, hanya saja Josephine tahu sering sekali ketika Claudius sedang depresi, dia akan melepas emosinya dengan memarahinya, selesai melepas emosi, semuanya baik kembali.

Kalau dia harus melukai sendiri dengan merokok dan meminum alkohol, Josephine merasa lebih baik Claudius memarahinya.

"Minum sup ayam." Claudius tiba-tiba berdiri dari kasur, dan duduk di sofa.

Melihat Josephine tidak bergerak, Claudius melipat tangannya, melirik Josephine dan bertanya: "Kenapa? Kamu ingin aku menyuapimu makan?"

"Paling baik kalau kamu bersedia." Josephine dengan kesal berkata: "Dulu ketika kamu sakit, aku melayanimu dengan sepenuh hati, sekarang giliranku sakit, bukannya kamu seharusnya membalas budi?"

"Kamu sekarang sedang membicarakan kesetaraan denganku?" Claudius bertanya.

Josephine terdiam, dia sudah tahu Claudius pasti bisa bersikap seperti ini, ingin Claudius menyuapinya? Mimpi.

Awalnya Josephine juga hanya bercanda, sama sekali tidak berharap Claudius bisa menyuapinya sup ayam, Josephine pun bergeser ke meja di samping ranjang dengan susah payah, kemudian menuangkan sup ayam dari thermos.

Sup ayam masih sedikit panas, Josephine meminumnya dengan perlahan, Claudius duduk di seberangnya menatapinya, Josephine merasa tidak nyaman dilihati seperti itu.

Kemudian, Claudius tiba-tiba bertanya: "Dengar-dengar akhir-akhir ini Pengurus He sering membuatkan sup ayam untukmu?"

Tangan kanan Josephine yang mengambil sendok gemetar sedikit ketika mengaduk sup, Claudius kenapa tiba-tiba menanyakan hal ini? Apakah dia mencurigai sesuatu?

Josephine tidak berani melihat Claudius, tetap menunduk dan menjawab: "Iya."

"Kenapa?"

"Karena Nenek berkata aku tidak bisa hamil karena terlalu kurus, jadi....."

"Heh, benar-benar bodoh!" Claudius mendengus.

Melihat Claudius tidak menyadari dia hamil, Josephine diam-diam menghela nafas lega, menunduk dan meminum 2 sendok sup kuah, kemudian melihat Claudius, sebenarnya dia sangat ingin bertanya, apakah benar-benar tidak mau anak, pertanyaan sudah sampai ke ujung bibir, namun disimpan kembali oleh Josephine.

Kalau dia mendengar jawaban yang masih sama seperti dulu, dia hanya akan merasa sedih lagi, sama sekali tidak berarti.

Meskipun sikap Claudius terhadapnya ada perubahan, tapi apakah masih ada harapan pandangannya terhadap mempunyai anak bisa berubah? Sangat jelas tidak mungkin!

Novel Terkait

Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
5 tahun yang lalu