Istri ke-7 - Bab 70 Berlibur Bersama (1)

Keesokan harinya, Josephine kembali ke pusat perbelanjaan itu dan membeli beberapa baju itu, saat dia menggesek kartu kredit, dia baru sadar kalau yang diberi Claudius kepadanya adalah kartu Gold yang tidak ada limitnya.

Claudius begitu mudah memberinya kartu ini. Apa Claudius tidak takut dia memakainya dimana-mana?

Sepertinya pria ini tidak pelit, tapi tidak tahu bagaimana kalau dengan wanita lain, tidak tahu apakah dia juga memberi kartu yang sama kepada wanita-wanita lainnya.

Tapi uang ini tetaplah uang yang berasal dari keluarga Chen, Claudius ingin memberikannya kepada siapa itu urusan dia, dia sepertinya tidak ada hak untuk mengurus ini.

Keluar dari pusat perbelanjaan itu, dia senang sekali dan berjalan menuju rumah sakit, lalu menaruh kartu ini ke tangan Alex Zhao: "Alex, kita tidak perlu khawatir lagi akan biaya hidup anak-anak, kartu ini unlimited, terserah mau pakai berapa banyak pun."

Alex Zhao melihatnya yang senang, lalu melihat-lihat kartu Gold yang ada ditangannya itu, dia tersenyum sedikit: "Ini dia beri ke kamu?"

"Iya."

"Ngapain dia beri kamu ini?"

"Ya untuk aku... pakai." Josephine sedikit ragu menjawabnya, sebenarnya Claudius tidak menjelaskan kepadanya harus kapan kartu ini dikembalikannya. Tapi ini hanya kartu duplikat. Dia kira Claudius tidak akan mengambil kembali kartu ini, makanya dia berani memberikannya kepada Alex Zhao.

Alex bahkan tidak sempat berpikir, dia langsung mengembalikan kartu itu kepada Josephine.

"Lebih baik..." Alex Zhao baru saja ingin berkata 'lebih baik kartunya dikembalikan saja', tiba-tiba masuk seorang wanita muda yang cantik dari luar balkon.

Wanita itu merebut kartu Gold yang ada di tangan Alex dan melemparnya ke Josephine, lalu dia menunjuk ke Alex: "Alex Zhao! Maksudmu apa? Uangnya kamu terima, uangku kamu tidak mau terima sepersenpun! Kamu suka dia? Heh! Aku sudah tahu sejak awal kamu menyukainya..."

"Alice, kamu jangan sembarangan." Josephine menarik lengannya, dia membuat gerakan tangan agar Alice diam: "Ini rumah sakit, bisa dikecilin tidak suaranya?"

"Tidak!" Sebelum ini dia sudah sangat marah kepada Alex Zhao, dia langsung melepaskan pegangan tangan Josephine dan marah: "Eddie adalah anak yang kita temukan di pinggir jalan dan kita rawat bersama dua tahun lalu, anak itu juga anakku. Tanggung jawabku, demi apa dia menerima uangmu tapi tidak mau menerima uangku?"

"Bukannya itu juga karena..." Josephine melihat Alex Zhao yang diam sejak tadi, dia menarik Alice keluar dari kamar pasien, berjalan melewati koridor hingga ke taman bunga, dilepaskannya tangannya dan bertanya: "Bukannya kamu sudah liburan ke luar negeri? Kapan kamu pulang? "

"Hari ini baru pulang." Alice menjawab dengan nada marah.

"Kamu membatalkan liburan karena Eddie?"

"Iya, tidak kusangka aku pulang malah jadi marah-marah." Setelah itu Alice melihat Josephine. Di dalam matanya penuh dengan tanda tanya: "Dia hanya ingin menerima uangmu. Apakah dia suka denganmu."

Josephine tertawa: "Alice, kamu masih tidak menyadarinya, Alex sudah hampir menyukaimu, tapi karena perbedaan keluarga kalian yang cukup besar, dia terpaksa harus memutuskan hubungan denganmu, dan dia juga tidak berani menerima uangmu."

Ekspresi wajah Alice terkejut: "Benaran?"

"100% benar."

"Tapi dia juga tidak boleh demi memutuskan hubungannya denganku malah tidak peduli dengan Eddie."

"Resiko operasi Eddie sangat besar, sebelumnya Alex tidak menyarankan untuk operasi." Josephine mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya: "Sekarang kamu sudah pulang, aku juga tidak perlu khawatir dia sendirian lagi."

"Kenapa kamu khawatir dengannya?" Alice mengerutkan alisnya.

"Aku dan Alex itu sahabat, tentu saja aku khawatir." Josephine mengedipkan matanya ke Alice: "Aku tidak lanjut lagi, aku mau lihat Eddie."

Setelah itu, dia tertawa meninggalkan taman bunga itu dan menuju ke lift.

******

Josephine menaruh lukisan sketsa yang baru setengah jadi itu di atas penyangga. Dan mulai melukisnya dengan sungguh-sungguh.

Besok Eddie akan operasi, dia ingin menyelesaikan lukisan ini dan memberikan kepadanya sebelum dia mulai dioperasi.

Sewaktu melukis, nenek tua sempat menyapanya, Bibi He mengantar kepadanya semangkok sop ayam, perlakuan baik kepadanya ini membuatnya tidak nyaman.

Setelah mereka pergi, dan ruangan menjadi tenang, tiba-tiba terdengar lagi suara ketukan pintu.

Josephine menaruh pensil lukisnya, berjalan kesana ingin membuka pintu, saat melihat Claudius berdiri disana, secara refleks dia langsung ingin menutup pintunya lagi.

Claudius dengan cepat menahan pintu itu, ekspresinya marah: "Shella Bai, apa maksudmu?!"

Pintu tidak tertutup, Josephine terpaksa membuka kembali pintu itu, melototinya dan berkata: "Sudah malam, aku sudah mau tidur."

Claudius sepertinya mabuk, aroma bir menyebar dari badannya.

Josephine cemas, didalam hatinya dia berpikir jangan-jangan dia ingin meniduriku? Mohon janganlah, pria yang mabuk itu sangat kuat, dan dia sekarang masih dalam masa bahaya.

Claudius mencoba menyeimbangkan badannya, menunjuk dirinya sendiri: "Kamu tidak lihat? Aku sudah mabuk."

"Sudah lihat, terus... mau bagaimana?"

"Menurutmu?" Claudius memegang bagian belakang lehernya, menariknya kedalam pelukannya, menundukkan kepalanya, dengan aroma bir yang pekat mendekapkan kepalanya ke hadapan Josephine: "Bantu suamimu mandi, ganti baju, melayani suamimu tidur... Bukannya ini tanggung jawab seorang istri?"

Ternyata benar! Dia datang demi ini!

Sejak Claudius keluar dari rumah sakit, dan mengalami kejadian itu, mereka berdua yang masih saling membenci itu tidak pernah tidur di atas satu ranjang lagi, dia mengira Claudius akan membencinya dan tidak ingin menyentuhnya lagi, tidak disangka...

Terpaksa, Josephine memapahnya masuk ke dalam kamar, membiarkannya duduk di atas sofa dan menyiapkan air di bak mandi, lalu mulai melepaskan bajunya.

Walaupun sudah menikahinya tiga bulan, dan sudah menghamilkan anak, tapi ini pertama kalinya dia membantunya melepaskan baju dan mandi, ini membuatnya malu dan berdebar.

Dan karena kancingnya terlalu ketat, bagaimanapun caranya baju itu tidak bisa dilepasnya.

Claudius tidak benar-benar mabuk, dia hanya terlalu capek, makanya dia datang kesini untuk mengganggunya. Melihat mukanya yang memerah, tangannya yang gemetaran, dia tidak tahan untuk berkata: "Kamu pura-pura malu?"

"Siapa yang pura-pura?" Josephine marah dan melihatnya, dengan suara kecil dia berkata: "Aku tidak pernah melepasin baju pria."

"Benaran atau pura-pura?" Sebenarnya Claudius ingin bilang 'Aku lihat kamu memang tidak pernah'.

Tapi atas pengertiannya terhadap kehidupan sosial kalangan atas, sekarang ini wanita-wanita kaya mana yang tidak suka kecantikan, bermain-main dan pergi ke club? Umurnya juga sudah dua puluhan, mana mungkin tidak pernah ditiduri pria?

"Bukan aku yang ingin menikahimu, jadi sepertinya aku tidak perlu membohongimu kan?"

"Betul juga." Claudius tidak sabar menunggunya membuka kancing itu satu per satu, dia mengangkat tangannya dan memaksa buka kemeja itu, lalu berdiri dari sofa, berjalan tidak seimbang menuju ke kamar mandi.

Josephine ingin menghindarinya, tapi dia juga khawatir Claudius akan jatuh di kamar mandi, terpaksa dia mengikutinya ke dalam dan membawa baju tidur.

Setelah masuk, membantunya melepaskan celana pun tidak bisa terlewatkan.

Mukanya semakin merah, tangannya gemetaran, dan yang menyedihkan adalah tali pinggangnya yang terlalu berkelas, dia mencoba membukanya berkali-kali namun tidak berhasil.

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu