Istri ke-7 - Bab 145 Obat Tradisional (2)

Setelah Claudius pergi, Sekretaris Liu menggamit lengan Josephine dengan ramah, "Mari, Nyonya. Saya sangat mengenal Grand Mall, Anda ingin baju yang seperti apa, saya bisa mencarikannya untuk Anda."

Ini baru pertama kalinya Josephine bertemu dengan Sekretaris Liu. Ia masih tak terbiasa dengan keramahannya. Tapi, ia juga sungkan menolak kebaikannya, jadi ia pun tersenyum dan pergi bersama Sekretaris Liu.

Sekretaris Liu ternyata memang pelanggan tetap di sini. Ia sangat memahami produk-produk di sini. Sekretaris Liu membawa Josephine ke toko bermerek yang model pakaiannya baru dan cocok untuknya.

Josephine pada dasarnya bukan seorang pemilih, ia dengan cepat sudah memilih pakaiannya.

Setelah belanja pakaian, Sekretaris Liu mengajak Josephine makan dan minum teh susu di sebuah cafe. Ia memberikan segelas teh susu hangat kepada Josephine, "Teh susu mereka sangat enak, apa Anda ingin membungkuskan satu untuk Tuan Chen?"

"Tidak perlu, dia tidak minum minuman seperti ini." Sepengetahuannya, Claudius hanya minum kopi dan teh hijau, yang lain ia tidak minum.

"Oh, ya? Tapi saya lihat Asisten Yan sering membawakannya teh susu."

"Benarkah? Mungkin sesekali saja."

Sekretaris Liu tertawa, "Tapi Asisten Yan memang sangat baik pada Tuan Chen. Tidak hanya teh susu, ia juga sering membawakan makanan enak untuk Tuan Chen."

Sekretaris Liu membolak-balik menu, seperti tak sengaja menyebut hal ini.

Mendengarnya, Josephine juga hanya tertawa, ia tidak berpikir macam-macam.

Sekretaris Liu mendadak mengangkat kepalanya, "Omong-omong, seberapa banyak Nyonya mengenal Asisten Yan?"

"Tidak banyak, kenapa?"

"Oh, sebenarnya kami juga tidak seberapa mengenalnya. Dia seperti orang yang pendiam dan misterius. Terutama mengenai perasaannya terhadap Tuan Chen, kami sangat..." Sekretaris Liu tiba-tiba mengentikan omongannya dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia menatap Josephine dengan canggung.

"Maaf, maksud saya..."

"Tidak apa-apa, aku mengerti," Josephine tersenyum.

"Ng, Nyonya jangan salah paham," Sekretaris Liu menarik napas lega, "Sebenarnya kami juga mendengarnya dari gosip karyawan bawahan. Tentu saja, kami semua percaya akan sikap Asisten Yan, ia tidak mungkin macam-macam dengan Tuan Chen."

Josephine mengangguk, tersenyum tipis, lalu meminum teh susunya.

Maksud Sekretaris Liu ini mana mungkin tak dipahami oleh Josephine. Ia hanya tak suka dengan Asisten Yan dan ingin memanfaatkan Josephine untuk menyingkirkan Asisten Yan.

Hanya saja sekretaris ini terlalu memandang tinggi diri Josephine. Di mata Claudius, Josephine tak punya kedudukan sedikitpun, kalaupun ada, ia juga tak mungkin mencampuri urusan perusahaan.

Claudius sudah memperingatkannya sejak awal, Josephine tak punya hak untuk mengurusi wanita mana yang diinginkannya.

Sampai sekarang, ia masih tetap tak mengerti ada hubungan apa antara Claudius dan Belinda Yan sebenarnya. Tapi, berdasarkan intuisi dan pemahaman yang sedikit tentang Belinda itu, ia tahu Belinda bukan orang yang seperti itu.

Mereka makan siang di cafe, lalu berjalan-jalan mengitari Grand Mall. Josephine yang tak ingin belanja apapun merasa bosan, ia pun memutuskan kembali ke kantor untuk menunggu Claudius selesai bekerja.

Saat melewati cafe tadi, Josephine berpikir sebentar, akhirnya ia masuk dan membeli dua gelas teh susu.

Saat sampai di kantor, Claudius kebetulan sedang merundingkan sesuatu dengan Belinda.

Sekretaris Liu berkata pada Claudius dengan sopan, "Tuan Chen, kata Nyonya ia tidak ingin jalan-jalan lagi, ia mau menunggu Anda di kantor."

"Masuk saja," kata Claudius datar.

Josephine masuk ke kantor, ia mengamati kedua orang itu sekilas, lalu meletakkan 2 gelas teh susu di atas meja kantor, "Ini teh susu untuk kalian berdua, rasanya sangat enak."

Asisten Yan mengambil salah satu gelas dan berkata sambil tersenyum, "Terima kasih."

"Sama-sama, aku hanya sekalian membelinya tadi."

"Tapi..." Belinda melirik gelas satunya, "Tuan Chen tidak minum teh susu."

Josephine agak terkejut, Sekretaris Liu tadi jelas-jelas berkata kalau Belinda sering membawakan Claudius teh susu. Ia menatap teh susu itu, lalu menatap Claudius. Ia tertawa sungkan, "Tidak apa-apa, buang saja kalau tidak diminum, harganya juga tidak mahal."

Sungguh memalukan, ia bahkan tak paham selera suami sendiri!

"Sayang sekali kalau dibuang, biar kuberikan pada Asisten Huang saja," Belinda bangkit dari kursinya, "Kalian mengobrollah dahulu, saya keluar saja."

"Kau boleh keluar, tapi tinggalkan teh susunya di sini," Claudius menunjuk salah satu gelas yang dipegang Belinda.

Belinda agak terkejut, ia meletakkan teh susu itu ke meja kembali sambil tersenyum, lalu pergi meninggalkan ruangan.

Setelah Belinda pergi, Josephine melihat teh susu di atas meja itu, lalu menatap Claudius dengan heran, "Jadi sebenarnya kau minum teh susu atau tidak?"

"Dulu tidak," Claudius mengambil teh susunya, lalu menatap Josephine, "Tapi karena ini hadiah pertama yang diberikan oleh mempelai wanitaku, maka aku pun harus meminumnya sekalipun tidak suka, bukan begitu?"

Ia menyeruput sedikit, dahinya berkerut, "Rasanya sungguh tak enak."

"Tidak usah dipaksa kalau tidak enak."

Claudius meminumnya sedikit lagi, lalu meletakkan kembali ke meja, "Minuman ini tidak higienis, kau jangan terlalu sering meminumnya, mengerti?"

"Mengerti," Josephine menjulurkan lidahnya. Ia berpikir, pria ini terbiasa sombong, semua dianggap tidak higienis olehnya.

Claudius kembali menundukkan kepala dan mengurusi pekerjaannya, "Di dalam ruang tamu ada majalah dan koran, lalu di sebelah gedung ada cafe dan ruang rekreasi, di dalamnya ada ruang istirahat. Kau carilah tempat untuk menghabiskan waktu."

Josephine akhirnya memilih untuk tidur siang di ruang istirahat.

Ia mengamati keadaan sekitar, ternyata ruangan ini tidak kalah mewahnya dengan kamar tidur di rumah Claudius. Ia berjalan ke arah ranjang besar di tengah ruangan dan berbaring di sana. Aroma khas Claudius memenuhi indranya, nyaman dan wangi.

Mungkin karena terlalu nyaman, Josephine dengan cepat terlelap.

Entah sudah tidur berapa lama, Josephine baru terbangun saat Claudius memanggilnya. Ia bangkit dari kasur dan menatap Claudius, "Aku tidur terlalu lama, ya?"

Claudius melihat jam di pergelangan tangannya, "Hampir."

"Maaf, aku tidak sengaja," Josephine turun dari ranjang. Ia mencari-cari barang belanjaannya dari Grand Mall.

Claudius melihatnya bingung mencari-cari tas belanja sebesar itu yang terletak di atas meja. Ia pun mengambilnya dan menyodorkannya ke pelukan Josephine. Josephine menerimanya dengan penuh rasa terima kasih,"Oya, ruang ganti di mana?"

"Di sini tidak ada ruang ganti."

"Ha?"

"Apanya yang ha? Bagian manamu yang belum pernah kulihat?" Claudius yang licik tidak memberitahunya bahwa meskipun tak ada ruang ganti di sini, tapi ada kamar mandi.

Josephine yang bodoh pun pasrah. Ia membalik badan dengan malu dan berganti pakaian dengan kecepatan yang paling cepat.

Setelah berganti pakaian dengan pakaian yang baru dibelinya itu, ia berbalik badan dan bertanya pada Claudius, "Gaun ini...bagus tidak?"

Claudius kembali tersadar, ia mengangguk, "Pulang ke rumah sendiri yang penting rapi, tak perlu pusing soal bagus tidaknya."

Pulang ke rumah sendiri...

Mengapa terdengar canggung sekali?

Terkejut karena menyadari Claudius telah meninggalkannya, Josephine pun buru-buru mengejarnya keluar ruangan.

***

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu