Istri ke-7 - Bab 104 Mengunjungi tempat lama (1)

Namun perkataan Claudius yang tiba-tiba berubah, kira-kira karena menyadari Josephine tidak seharusnya mengerti lebih banyak mengenai keluarga Chen.

Mereka berjalan bersama ke arah ruang utama, Josephine mengikutinya dari belakang, menatapi langkah kakinya yang pasti dan stabil, sama seperti karakternya.

Dia tanpa sadar mengikuti langkahnya, meniru pemain utama di sinetron, menginjak jejak kaki Claudius, membayangkan adegan romantis di sinetron, perasaan seperti ini sangat baru dan indah.

Dia bahkan membayangkan Claudius yang berjalan di depan tiba-tiba berhenti, dan dia yang mengikutinya dari belakang tiba-tiba menabraknya, begitu tabrakan, kelopak bunga cinta pun bertebaran, sama seperti adegan di sinetron.

Tapi, kenyataan selalu sangat kejam.....

Begitu dia lanjut melangkah, dia baru sadar bahwa didepannya adalah kolam berenang yang bersinar terang, dia sudah tidak sempat menarik kembali langkahnya. Sambil berteriak tajam, tubuhnya sudah bersandar ke depan.

Dia menutup matanya dengan panik, ketika dia pikir dia akan jatuh ke dalam air seperti sebelumnya, Claudius yang berdiri di samping dengan tepat waktu mengulurkan tangannya dan menariknya.

Sedikit lagi dia sudah mau jatuh ke kolam berenang, untung saja!

Melihat wajah Josephine yang memucat, Claudius tidak tahan tidak mengejeknya: "Kalau aku membawamu ke gunung berapi, apakah kamu berencana jatuh ke dalam seperti sekarang?"

Josephine perlahan-lahan sadar dari kekagetannya, seluruh keromantisan di dalam hatinya hilang seketika, sama sekali tidak sama seperti di sinetron!

"Kamu sengaja?" Josephine meliriknya.

"Kenapa kamu berjalan mengikuti langkahku?" Claudius bertanya.

"Karena aku ingin meniru keangkuhanmu, mulai dari langkah kakimu."

"Bodoh, keangkuhan itu didapat dari kehidupanmu sejak kecil, bukan sesuatu yang bisa ditiru." Claudius mencubit hidung Josephine dengan tangannya, menunduk melihat perut Josephine: "Kamu begitu bodoh, aku sangat khawatir dengan anakku."

"Kata orang-orang kepintaran anak biasanya diwariskan oleh ayah."

"Lebih baik sih seperti itu." Claudius melepaskan Josephine, berbalik badan melanjutkan langkahnya.

Josephine melihat ekspresi kemenangan di wajah Claudius, baru menyadari kebodohannya, dia pun bergegas mengejar Claudius: "Bukan, maksudku adalah tidak peduli anak ini mirip aku ataupun mirip kamu, dia tidak akan bodoh....."

Tadi dia berkata apa, bukannya dengan jelas mengakui dirinya bodoh, dan sekaligus memuji Claudius pintar? Kalaupun dia merasa Claudius pintar, tapi juga tidak boleh mengakui di depan orangnya.

Claudius berlagak seakan tidak mendengar apapun, menambah kecepatan langkahnya.

Ketika mereka sampai ke ruang utama, orang-orang sedang sarapan.

Melihat mereka berdua pulang dari luar, gerakan Joshua yang sedang minum susu terhenti, dengan ekspresi kaget mengamati mereka: "Eh, abang sepupu, kamu bangun begitu cepat? Dan juga menarik kakak ipar."

Sally yang duduk disamping juga mengamati mereka berdua, kemudian tersenyum dan berkata: "Kakak ipar sedang hamil, abang sepupu tentu saja sangat menjaganya."

Nenek tua Chen mendeham sebagai tanda peringatan.

Hal yang melukai martabatnya sebagai orang tua seperti ini, tidak mungkin membiarkan semua orang tahu.

Joshua dan Sally menutup mulut, tidak berani sembarangan berbicara lagi.

Josephine dengan sopan menyapa nenek tua Chen, tidak tahu harus melakukan apa, untungnya Claudius yang di sisinya berkata: "Nenek, kami ke atas mandi dulu."

Kemudian, dia merangkul bahu Josephine, Josephine pun bergegas mengikuti Claudius berjalan ke atas.

Selesai mandi dan mengganti pakaian, ketika Josephine kembali ke lantai bawah, mereka sudah pergi sibuk sendiri.

Di meja makan hanya ada Josephine dan Claudius, Josephine menuju ke kursi di depan Claudius dan duduk, melihat dia sambil sarapan sambil membaca koran di sampingnya.

Josephine pun menunduk, mulai menghabiskan makanan di piringnya.

Suasana di ruang makan sangat hening, hanya ada suara peralatan makan mereka, begitu terdiam, Josephine pun mulai berpikir sembarangan, dan yang paling banyak dipikirkan olehnya adalah mimpi buruk aneh semalam.

Tepat setelah dia bermimpi dia membunuh Claudius, penyakit Claudius pun kambuh, benar-benar aneh.

"Lusa aku akan ke Surabaya lagi, apakah kamu mau ikut?" Suara Claudius tiba-tiba terdengar.

Tangan Josephine yang memegang sumpit terhenti, Surabaya?

Meskipun dia sangat menyukai tempat itu, juga sangat ingin pergi kesana lagi, tapi kalau dengan Claudius......

Dia menghirup nafas perlahan, kemudian tidak menjawabnya, dan berkata: "Kemarin malam aku bermimpi, aku bermimpi aku membunuhmu."

Claudius tidak menyangka dia bisa berkata seperti ini, dengan kaget melihatnya: "Apa maksudmu? Apa hubungannya dengan pergi bersama ke Surabaya?"

Josephine juga mendongak, melihat Claudius: "Aku khawatir aku tiba-tiba membunuhmu."

"Apa motifmu membunuhku?"

"Tidak tahu, hanya sangat ingin membunuhmu."

Claudius tiba-tiba tertawa: "Tenang saja, kamu tidak bisa membunuhku."

"Kamu begitu percaya diri?"

"Tentu saja."

Josephine menggigit bibir: "Baik, aku ikut."

*****

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu