Istri ke-7 - Bab 195 Membuat Kesempatan (3)

Josephine mundur selangkah, lalu menoleh dan berkata, "Terima kasih."

"Kau suka di sini?" Tanya Claudius memandang pemandangan di sekelilingnya, lalu menyulut sebatang rokok, asap rokok itu membaur dan menyebar di tengah gelapnya malam.

"Tidak, sebenarnya ini pertama kalinya aku kemari," jawabnya, "Aku akhir-akhir ini baru kembali."

"Dulunya kau tidak pernah tinggal di Jakarta?" Tanya Claudius sambil memandangnya.

Josephine menggeleng dan tersenyum tipis, "Tak pernah."

Claudius lagi-lagi tenggelam dalam pikirannya, bahkan ia tak merasakan ujung rokoknya hampir mencapai di tangannya.

Melihat abu merah itu semakin dekat dengan jari Claudius, Josephine tanpa sadar mengambil rokoknya dan berkata, "Hati-hati terbakar."

Claudius kembali tersadar, ia melihat Josephine membuang rokok itu dan menginjaknya untuk memadamkannya, kemudian ia mengangkat kepala dan berkata pada Claudius, "Kurangi merokok, tidak bagus untuk tubuh."

"Apakah suamimu merokok?" Tanya Claudius tanpa sadar.

Josephine menggeleng, "Dulu iya, sekarang sudah berhenti."

"Karena kamu?"

"Seharusnya karena Jesslyn, sejak ada Jesslyn ia tidak lagi merokok."

Marco memberitahunya, saat ia mengalami kegagalan ia suka merokok dan minum bir, tetapi semenjak kehadirannya dan Jesslyn ia tak lagi merokok.

"Dulu aku pernah berhenti beberapa saat," kata Claudius tiba-tiba.

Josephine kaget, tak disangka Claudius mengatakan hal seperti ini padanya, dengan bingung ia bertanya, "Lalu kenapa kau merokok lagi?"

"Pernah ada wanita sebaik dirimu di sampingku, begitu ia datang aku berhenti merokok, namun kemudian ia pergi..." Katanya. Saat mengatakannya, nampak kesedihan di matanya.

Melihat kesedihan di matanya, hati Josephine melunak, ia pun berkata, "Ternyata wanita yang paling kau cintai bukan istrimu yang sekarang."

Tak heran istrinya memandangnya seperti melihat penjahat, tak heran saat ia bertatapan dengan Claudius, istrinya begitu panik sampai memukul orang. Kalau ada cinta di antara suami istri, mana perlu sekhawatir itu?

Claudius diam tak menjawab.

Josephine berkata lagi, "Tuan Chen, jangan sesedih itu, perjalanan hidup manusia itu panjang, pasti ada saatnya kita bertemu orang yang jahat."

"Ia bukan orang jahat," kata Claudius menentangnya dengan tidak senang.

Josephine terkejut, ia segera berkata, "Maaf, aku... Aku kira..."

Gawat sekali, kenapa ia bisa mengatakan hal seperti itu? Ia kan tidak memahami kehidupannya.

"Apa kau kira ia membuangku, meninggalkanku?" Tanya Claudius kembali bersuara.

"Iya..."

"Bukannya begitu, akulah yang tidak menjaganya dengan baik, membuatnya meninggalkan dunia ini."

Meninggal dunia... Josephine menghirup napas dalam, hanya mendengarnya saja ia sudah merasakan sakit.

Tak heran setiap kali melihatnya, ia selalu merasakan di balik tampangnya yang dingin, tampak sifatnya yang melankolis, ternyata ia punya pengalaman semacam ini. Kehilangan orang yang disayanginya, perasaan itu pasti lebih menyakitkan daripada mati kan? Ia tak berani memikirkan bagaimana jadinya kalau dirinya kehilangan Marco atau Jesslyn, ia pasti akan menangis sampai mati.

"Lupakan, masalah yang telah lalu, jangan dibahas lagi," ujarnya sambil tersenyum, lalu berkata lembut, "Manusia itu, harus selalu melihat ke depan, tidak boleh terus hidup dalam kesedihan masa lalu, terkadang perbanyaklah melihat orang-orang di depanmu, mungkin kau akan menyadari bahwa melupakan masa lalu tidak sesulit bayanganmu."

Ponsel Josephine kembali berdering, ia tergesa-gesa kembali ke mobil dan mengambil ponselnya, itu adalah telepon Marco, ia bertanya apakah masih macet.

Dengan dibatasi kaca jendela, Claudius melihat wajahnya yang dipenuhi kebahagiaan, perlahan ia gila melihatnya, siapa yang tidak mau orang yang peduli padanya, dan lagi sendirinya juga mempedulikan orang itu?

Saat Josephine kembali keluar dari mobil, ia berjinjit melihat mobil-mobil di depannya, kemudian ia mendesah pasrah.

"Ia masih menunggumu?" Tanya Claudius sambil bersandar di depan mobil dan memandanginya.

"Iya, ia mengkhawatirkanku sampai tidak bisa tidur."

"Kelihatannya ia benar-benar sangat menyayangimu, kau juga terlihat sangat bahagia," kata Claudius menghirup napas pendek, melihatnya begini, Claudius tidak tega mengganggunya.

Mungkin sejak awal, ia tidak seharusnya begini sengaja mendekatinya, memahaminya, lagipula ia bukanlah Josephine yang sesungguhnya.

Josephine tertawa, tidak menentangnya.

Setelah jam 12 malam, jalan akhirnya tidak macet lagi, mereka kembali ke perkotaan, Claudius mengantarkan Josephine sampai ke depan pintu rumahnya.

Josephine melepas sabuk pengamannya, lalu berterima kasih padanya, "Terima kasih telah mengantarku pulang, aku masuk dulu."

Claudius tersenyum dan berkata, "Masuklah."

"Kau sendiri hati-hati di jalan," katanya lalu menutup pintu mobil, kemudian berbalik dan masuk ke pekarangan rumahnya.

Ini adalah sebuah gedung yang memiliki sebuah pekarangan kecil, dinding yang tertutup tanaman jalar itu menghalangi pandangannya, namun ia masih bisa samar-samar mendengar suara terkejut Josephine di dalam, "Sayang, kenapa kau belum tidur?"

"Tentu saja karena menunggumu," kata suara seorang pria yang terdengar samar.

"..."

*********

Semenjak Josephine pergi, Claudius tidak langsung pulang, ia malah menyetir ke sebuah bar.

Henry awalnya bersiap pulang, setelah menerima telepon Claudius, ia terpaksa kembali ke ruangan, ia mengamati Claudius yang berjalan masuk ruangan lalu bertanya sambil tertawa, "Saat aku meneleponmu sebelumnya, kau bilang ada perjamuan, sekarang aku sudah akan pulang kau baru datang, kau ini mau aku tidak tidur ya?"

"Kulihat raut wajahmu bahkan belum berubah, pasti kau belum puas bersenang-senang," kata Claudius sambil mengambil botol bir dan menuangkan bir untuknya, "Aku tahu kau sedang sedih, minumlah."

"Aku sedih? Bukankah kau yang sedang sedih?" Tanya Henry mengangkat alis menatapnya.

"Istri cepat datang dan pergi, bahkan tidak mau melihatmu lagi, perasaan ini pasti menyedihkan bukan?" Kata Claudius mengangkat gelasnya dan menabrakkannya dengan gelas Henry, lalu tertawa pahit dan berkata, "Kalau itu aku, istriku berada tepat di depan mataku, namun aku tak bisa memeluk dan menyentuhnya, aku pasti tak bisa menahan kesedihan itu."

Henry meminum sedikit bir di gelasnya, lalu menatapnya dan berkata, "Kalau itu kamu, apa yang akan kau lakukan?"

"Merebutnya kembali."

"Kalau ia tak mau kembali?"

"Sampai bisa mendapatkannya kembali baru aku akan berhenti."

Henry tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Susi tidak sama dengan Josephine, ia tak menyukaiku."

"Bisa-bisanya hanya itu yang kau bisa," ejek Claudius, "Kalau perlu berlututlah dan memohon padanya, kau mungkin selamanya tak bisa melakukannya kan?"

"Memohon padanya?" Kata Henry tertawa lepas, "Jangan harap barang seumur hidup."

"Karena itu, waktu berlalu tahun demi tahun, hubungan kalian semakin lama semakin menjauh," kata Claudius tertawa, "Jangan meniru aku, sampai saat kehilangan baru tahu menghargai, kalau saat itu tiba, menyesal pun percuma."

"Sepertinya kau belum bisa melepaskan Josephine," kata Henry dengan nada serius, "Claudius, Josephine sudah meninggal, ia tak akan kembali lagi, lupakanlah dia. Jangan melupakan Nyonya Zhu yang menunggu di sisimu, ia juga pernah menjadi orang yang kau gilai."

Claudius menatapnya,hari ini banyak juga orang yang menasehatinya untuk melepaskan orang di masa lalunya.

Di vila greenhill Claudius tidak mabuk, di bar ini ia mabuk.

Sam mengantarnya pulang, saat ia membopongnya ke kamar di lantai 2, Juju kebetulan keluar dari kamar.

"Claudius, kenapa kau minum sebanyak ini?" Tanya Juju sambil tergesa-gesa membopong Claudius, lalu tak lupa memarahi Sam, "Jelas-jelas kau tahu tuan muda tidak boleh minum bir kau masih membiarkannya minum sebanyak ini?"

"Maaf, nyonya muda, saat aku sampai di bar tuan muda sudah mabuk," kata Sam dengan wajah polos.

"Sudahlah, kembali dan tidurlah," kata Juju, meski di mulut ia menyalahkannya, namun dalam hati ia sangat bersemangat.

Claudius mabuk, dan lagi mabuk hingga seperti ini, kesempatan yang telah ia tunggu selama 2 tahun akhirnya tiba.

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu