Istri ke-7 - Bab 156 Hadiah (2)

Josephine menutup mulutnya, permohonannya yang ketiga tidak boleh terucapkan.

Claudius melihat wajahnya yang penuh harap itu, dengan perhatian mengulurkan tangan mengusap pipi Josephine dan berkata, "Dua harapan pertama akan terkabul, yang ketiga juga pasti akan terkabul."

"Benarkah?"

"Benar, kalau tidak percaya buka matamu."

Josephine perlahan membuka matanya, pandangannya menembus cahaya redup api lilin, dan ia melihat sosok Justin.

Apakah kue ini benar telah diberkati? Bisa-bisanya semanjur ini, bahkan membawa Justin ke hadapannya? Harapan ketiganya adalah berharap Justin sembuh!

Ia mengedip-ngedipkan matanya, wajah Justin yang dihiasi senyuman itu masih tetap di sana!

Ia sangat kaget, untuk membuktikan dirinya tidak sedang bermimpi, ia bahkan mencubit telapak tangannya sendiri dengan kukunya kuat-kuat. tangannya terasa sangat sakit, ia tanpa sadar menghirup napas dalam.

"Justin," panggilnya dengan hampir menahan napas, ia takut kalau suaranya terlalu keras sedikit saja Justin akan kaget dan menghilang.

"Kak!" Ujar Justin sambil tersenyum dan berlari memeluknya, sentuhannya membuat Josephine tertegun, akhirnya ia percaya semua ini nyata.

Justin ternyata sungguh kembali, kembali ke sisinya!

Ia terdiam beberapa saat, baru sedikit mendorong Justin, lalu memperhatikannya dan bertanya, "Justin, apa ini benar-benar kamu? Akhir-akhir ini ke mana saja kamu? Kau membuat kakak khawatir tahu?"

Jelas-jelas ia tahu Justin disembunyikan oleh Claudius, namun ia tetap bertanya demikian.

Justin tersenyum dan berkata, "Kak, aku tidak ke mana-mana, kakak ipar mengirimku dan ibu ke Prancis untuk berobat, kakak ipar kalau aku sembuh ia akan membawaku pada kakak."

"Berobat?" Tanya Josephine sambil memandanginya, kemudian mengelus badannya, "Oh ya, bagaimana dengan penyakitmu? Akhir-akhir ini kau bertambah gendut, semangatmu juga luar biasa."

"Di hari kedua Justin di Prancis ia sudah selesai dioperasi, beberapa bulan ini pemulihannya sangat baik, semua bagian tubuhnya juga sangat sehat, karena itu ia bertambah gendut," ujar Rose di sebelahnya.

Mendengar suara ibunya, Josephine mendongak memandangnya, kemudian ia berdiri dan dengan bahagia memanggilnya, "Ibu, kalian baik-baik saja kan."

"Kau kan lihat, aku dan Justin sangat baik," kata Rose memandang Claudius yang dari tadi tidak buka mulut, "Semua ini berkat Tuan Chen yang mencarikan rumah sakit dan dokter yang baik untuk Justin, kalau tidak Justin juga tidak akan sampai ke hari ini."

Josephine menoleh pada Claudius, dengan gempar bertanya, "Kamulah yang mengirim ibu dan Justin ke Prancis?"

Claudius tersenyum kecil, kemudian bersandar di sofa memandangnya dan berkata, "Bukannya kamu yang bilang, adikmu adalah adikku, ibumu juga adalah ibuku."

Josephine dengan terharu melemparkan diri ke tubuh Claudius, lalu menciumnya. "Terima kasih, ini adalah hadiah terbaik seumur hidupku."

"Bukankah kau sudah menebaknya?" Kata Claudius memandangnya.

Josephine menggeleng. "Tidak, aku hanya menebak sangat sebentar, kemudian langsung menentangnya sendiri."

Ia menebak bahwa Claudius tidak akan menyakiti Justin, juga menebak bahwa suatu hari ia akan membawa Justin ke hadapannya, karena Josephine percaya ia bukanlah orang yang tidak berperasaan, yang akan berlaku buruk pada anak-anak.

Jadi beberapa hari ini ia merindukan Justin, namun ia tidak khawatir Claudius menyakiti Justin.

"Dari sini terlihat, betapa kau kurang mempercayaiku," kata Claudius dengan sorot mata yang tampak sedikit kecewa.

"Tidak, aku percaya padamu, karena itu beberapa hari ini aku tidak membahas Justin di hadapanmu kan?" Ujar Josephine mencium pipi Claudius lagi, "Pokoknya terima kasih, sekarang aku sangat terharu dan bahagia!"

Justin yang melihat Josephine mencium Claudius itu langsung menutupi matanya dengan tangan. "Kakak, kata ibu ciuman itu untuk orang dewasa, kenapa kalian begini?"

Josephine menoleh padanya, dalam hati ia berpikir, anak ini benar-benar suka bicara tanpa berpikir, seperti kakak iparnya.

"Baiklah, mari duduk dan makan," kata Claudius sambil menarik Josephine untuk duduk di sebelahnya, lalu mempersilakan Rose dan Justin duduk di sofa di hadapan mereka.

Rose duduk dengan tetap canggung seperti dulu, meskipun Claudius beberapa bulan ini berlaku sangat baik pada Justin, juga tidak pernah mengkritik ia yang berperan sebagai ibu ini barang sedikitpun. Namun bagaimanapun juga Josephine telah melakukan kesalahan sebesar itu, Claudius sangat marah hingga menginjak-injak keluarga Bai, tetapi ia tetap sebaik ini pada mereka bertiga, terlalu baik hingga membuatnya cemas.

Sebelum datang ke sini, ia datang dengan perasaan tidak tenang, namun sekarang melihat betapa intimnya Claudius dan Josephine, ia tak hanya tidak bertambah tenang, malahan merasa semakin khawatir.

Ia khawatir kebaikan yang ditunjukkan Claudius itu palsu, hanya demi membalas ibu dan anak ini dengan lebih baik, selain ini Rose tidak terpikirkan alasan lain.

"Kakak ipar, aku mau makan kue!" Seru Justin.

Rose segera menepuk pahanya dan berkata, "Justin, tidak boleh tidak sopan."

"Kakak ipar pernah bilang, orang sekeluarga tidak perlu saling sungkan," kata Justin memandang ibunya, kemudian memandang Claudius, "Kakak ipar benar bukan?"

"Betul," kata Claudius sambil tersenyum padanya, kemudian mengisyaratkan para pelayan untuk memotong kue.

Setelah makan kue, para pelayan menghidangkan menu utama, salah satu di antaranya adalah paha ayam yang disukai Justin. Melihat paha ayam berlumur madu yang sangat harum di depan Justin ini, Josephine menoleh pada Claudius dan berkata, "Sepertinya persiapanmu sangat menyeluruh ya."

"Sudah seharusnya," kata Claudius menepuk belakang kepala Josephine, "Cepat makan."

"Bu, kau juga makanlah," kata Josephine mengambilkannya sepotong daging sapi.

"Baik, kalian makanlah, tak usah pedulikan aku," ujar Rose dengan tidak bebas.

"Paha ayam di sini enak sekali," kata Justin dengan bersemangat.

"Kalau enak makanlah agak banyak, setelah makan cepat pulang dan istirahat, ingat tidak dokter bilang apa?"

"Ingat, harus tidur awal dan bangun awal."

"Baguslah kalau ingat," ujar Claudius lalu berkata pada Josephine, "Malam ini kita bisa keluar dari hotel, lalu tinggal di vila bersama ibu dan Justin."

"Kau punya vila di sini? Kalau begitu kemarin kenapa kemarin tak membawaku ke sana?"

"Kalau kemarin aku membawamu ke sana, hari ini apa yang harus kuberikan padamu sebagai hadiah? Kalung itu kau juga tidak suka."

"Benar juga, kalau begitu kumaafkan," ujar Josephine sambil tertawa.

Setelah makan malam, Claudius mengantar mereka bertiga ke vila keluarga Chen, begitu turun dari mobil, Josephine melihat sekilas rumah dan pekarangan itu, ia melihat taman bunga di luar kemudian dengan wajah senang berkata, "Di sini bagus juga, sangat cocok untuk pemulihan Justin."

"Udara di sini bagus, lingkungannya juga tenang," kata Claudius.

"Terima kasih," ujar Josephine。

“Tak perlu berterima kasih," kata Claudius lalu memberi ruang bagi mereka bertiga untuk mengobrol, setelah menyuruh mereka mengobrol, ia naik ke ruang baca lantai 2 untuk bekerja.

Begitu Claudius pergi, Josephine langsung menarik Justin ke atas sofa, lalu menunjuk dahi Justin. "Kenapa aku merasa kau sama sekali tidak takut pada kakak ipar? Apa kau akrab dengannya?"

"Tentu saja akrab, dulu setiap hari aku selalu ke sebelah mengajaknya bermain," kata Justin menegakkan tubuhnya dan memandang Josephine, "Tapi kak, bukannya awalnya kau menikah dengan kak Vincent? Kenapa sekarang kau menikah lagi dengan kakak ini? Sebenarnya aku punya berapa kakak ipar sih?"

"Justin!" Seru Rose segera datang dan memukulnya, "Kalau sampai kata-katamu ini terdengar oleh Tuan Chen, ia akan mencubitmu sampai mati。”

Di mata Rose, Claudius masih begitu menakutkan.

"Tidak akan, dulu aku juga pernah bertanya padanya, ia tidak mencubitku," kata Justin dengan wajah serius, Josephine hampir memuncratkan teh yang sedang ia minum, ia menelan tehnya dan bertanya dengan kaget, "Kau juga bertanya padanya?"

"Benar."

"Dan ia tidak marah? Lalu, bagaimana ia menjawabmu?"

Novel Terkait

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu