Istri ke-7 - Bab 152 Tidak sengaja (3)

Sally segera menundukkan kepalanya, meminta maaf: "Maaf, nenek, tengah malam seperti itu aku khawatir terjadi apa-apa kepada kakak ipar, jadi baru menyuruh Joshua mengejarnya."

Claudius yang awalnya khawatir Josephine bertemu bahaya di tengah malam seperti itu, mendengar perkataan Sally, kekhawatirannya pun menghilang setengah, namun emosinya perlahan-lahan semakin naik.

Di dalam hati berpikir kalau Josephine berani bertemu kembali dengan Vincent Lee di belakangnya, dia pasti tidak akan mengampuninya dengan mudah!

"Kemarin malam apakah dia terluka?" Claudius tiba-tiba bertanya.

"Tidak, kakak ipar tidak terluka, kamu tenang saja." Sally berkata dengan tidak sabar.

Claudius mengangguk, berbalik badan dan naik ke atas.

Kemarin malam disiksa semalaman, Josephine sangat lelah, baru bangun ketika waktu sudah menunjukkan jam 11.

Dia perlahan lahan bangun dari sofa, melihat sekeliling, kemudian menghentikan tatapannya di Susi yang berdiri di depannya, dia menunduk melihat dirinya sendiri dan sofa, sambil memijat leher belakangnya yang pegal sambil berkata kesal: "Kamu kenapa membiarkanku tidur di sofa?"

"Kemarin malam kamu sendiri yang tertidur ketika kita masih mengobrol, tidak mungkin, kan, aku menggendongmu ke kamar?" Susi melihat Josephine: "Kenapa? Akhirnya sudah bangun?"

"Iya." Josephine mengangguk, bertanya: "Sudah jam berapa?"

"Jam 11." Susi berkata mengejek: "Sudah diusir dari rumah, kamu masih bisa tidur dengan baik, sepertinya perasaanmu terhadap Claudius juga tidak begitu dalam."

"Aku hanya karena terlalu ngantuk." Josephine berkata, kemudian bertanya lagi: "Oh iya, apakah ada orang yang datang mencariku?"

"Kamu lebih baik langsung bertanya apakah Claudius ada datang mencarimu." Susi meletakkan majalah kecantikan di tangannya ke atas meja: "Tenang saja, tidak ada."

Tenang? Josephine sama sekali tidak bisa tenang!

Berdasarkan sikap Claudius sekarang, tidak mungkin tidak mencarinya, kalau begitu apakah artinya Claudius belum sadarkan diri? Kemarin malam penyakitnya kambuh dengan sangat parah, jangan-jangan....

Josephine tidak berani membayangkan, hatinya juga tidak bisa tidak panik.

"Menurutku kamu sekarang paling penting makan dulu, merawat tubuhmu, lihat tubuhnya yang penuh dengan bekas merah itu, pemerkosa juga tidak bisa sampai seperti ini?" Angie berjalan keluar dari dapur membawa mie, meletakkannya di depan Josephine.

Josephine menunduk melihat dirinya sendiri, di bagian dadanya samar-samar terlihat bekas ciuman.

"Angie sudah mengagumi sepagian ini, sedang berpikir mau membeli apa untuk suaminya agar dia sehat seperti itu." Susi membungkuk dan tertawa ringan, kemudian dipukul oleh Angie.

Josephine sama sekali tidak ada suasana hati untuk bercanda, dia menarik baju tidurnya: "Kalian boleh tidak membantuku?"

"Membantumu apa?"

"Aku ingin tahu apakah Claudius sudah bangun." Josephine berpaling menghadap Susi: "Susi, kamu suruh tuan muda Qiao menelepon Claudius, lihat apakah dia sudah bangun."

Susi merasa sangat kesal: "Kamu ini kenapa sih, sudah diusir keluar dari rumah, begitu bangun langsung mengkhawatirkan apakah Claudius sudah bangun atau belum? Aku tidak mau membantumu."

"Nenek tua Chen yang mengusirku, bukan Claudius."

"Bukannya sama saja?"

"Duh, Susi, kamu langsung akui saja kamu tidak bisa membantunya." Angie berpaling menghadap Josephine: "Susi saja sudah tinggal di apartemen, kamu belum mengerti apa yang terjadi?"

"Apa yang terjadi? Diusir tuan muda Qiao?" Josephine hanya memikirkan masalahnya sendiri, belum sempat memikirkan tentang masalah ini.

"Cih, dia mengusirku?" Susi tertawa keras.

"Dia sendiri yang berlari keluar." Angie menjelaskan.

"Ternyata kita sama." Josephine menghela napas.

"Siapa yang sama denganmu?" Susi mengambil telepon di atas meja: "Bukannya hanya ingin tahu apakah Claudius masih hidup? Masih perlu pergi mencari orang bermarga Qiao itu?" sambil berbicara, Susi mulai menekan nomor telepon Claudius.

Tidak lama kemudian, dari seberang telepon terdengar suara Claudius: "Halo."

"Maaf, salah sambung." Susi menyubit tenggorokannya berkata, kemudian langsung menutup telepon.

Mendengar suara Claudius, hati Josephine akhirnya tenang.

Baguslah Claudius sudah bangun, sudah bangun artinya dia sudah tidak apa-apa!

"Hhh, kesehatan Claudius begitu buruk, kenapa di bagian itu masih begitu kuat? Ceritakan sedikit dong." Angie masih memikirkan masalah ini.

"Terlalu bernafsu, makanya penyakitan." Susi berkata sambil tertawa.

Josephine melihat mereka berdua, berkata dengan kesal: "Kalian sudah cukup belum?"

"Baiklah, kalau tidak ingin bilang lupakan saja." Angie mengangkat bahu: "Sia-sia aku memasak mie untukmu."

Claudius setelah sarapan, langsung berangkat kerja ke perusahaan.

Begitu sampai perusahaan, Asisten Yan langsung mengikutinya masuk ke kantor, Claudius sambil membuka komputer sambil melihat asisten Yan: "Kenapa masih di perusahaan, sudah mendapatkan petunjuk?"

"Benar." Asisten Yan berkata dengan sopan: "Saya sudah memeriksa CCTV di sekitar rumah anda, kemarin malam jam 3 pagi benar ada sebuah mobil Bentley yang melewati jalan di dekat rumah anda, tapi bukan milik Vincent Lee."

Claudius menaikkan alisnya: "Bukan?"

"Iya, saya sudah memeriksa plat mobil, mobil itu milik tuan muda kedua keluarga Qiao."

"Tuan muda kedua keluarga Qiao? Marco Qiao?" Claudius tidak memiliki kesan yang mendalam terhadap orang ini, karena tidak sering bertemu, hanya tahu Henry ada seorang adik bernama Marco.

"Benar."

"Tapi Josephine tidak pernah bertemu Marco, mereka tidak mungkin saling kenal."

"Iya." Asisten Yan berpikir: "Mungkin supir keluarga Qiao mengenali nyonya muda, kemudian mengantar nyonya muda ke nyonya muda keluarga Qiao, mereka bukannya adalah teman baik?"

Claudius mendengar perkataan asisten Yan, kemarahan yang berusaha ditekan olehnya seketika menguap.

Asalkan bukan Vincent Lee!

Asisten Yan tertawa ringan: "Tuan muda, kalaupun Vincent Lee ingin pulang kesini, pasti juga tidak berani secepat ini, anda tenang saja."

"Baiklah." Claudius mengangguk.

"Kalau begitu..." Asisten Yan melihat Claudius dan bertanya: "Tuan muda Chen perlu bantuanku lagi?"

"Tidak usah, untuk sementara waktu biarkan dia tinggal di rumah Susi."

"Tapi anda tidak takut dia......"

"Tidak apa-apa, dia tidak bisa melarikan diri." Claudius tertawa dengan percaya diri.

"Baiklah kalau begitu." Asisten Yan mengangguk kemudian berjalan keluar.

Josephine sudah tinggal selama 3 hari di rumah Susi, tetap tidak menerima kabar apapun dari Claudius.

Claudius tahu dia hanya punya Susi dan Angie, secara logika seharusnya orang yang terpikirkan langsung adalah mereka berdua, tapi beberapa hari ini tidak peduli Angie atapun Susi, mereka berdua tidak menerima telepon dari Claudius.

Josephine tersenyum pahit kepada kedua teman baiknya: "Kalian bantu aku analisis sebentar, apa maksud dari situasi ini?"

"Sibuk kerja? Tidak ada waktu memikirkan kamu?" Angie menebak.

"Tidak mungkin." Josephine menggelengkan kepala, harga diri Claudius sangat tinggi, kalaupun dia tidak ada waktu luang, dia juga akan menyuruh orang datang mencarinya, kemudian mengurungnya kembali di villa.

"Kalau begitu dia sudah bosan terhadapmu, sudah tidak ingin bermain lagi." tetap Angie yang berbicara.

Josephine berpikir sejenak, ada kemungkinan, tapi dengan sikap Claudius akhir-akhir ini tidak seperti sudah bosan. Kalau benar sudah bosan, kenapa dia tidak mengembalikan ibu dan Justin?

"Apakah ada kemungkinan lain lagi?"

"Aku benar tidak tahu." Angie mengangkat bahunya, kemudian mengamati Josephine: "Tapi kamu kenapa tidak langsung pergi mencarinya dan bertanya langsung supaya jelas?"

"Aku...." Josephine mengangkat gelas birnya dan tersenyum pahit: "Lupakan saja, harga diriku tidak mengijinkan."

Dia menyentuh gelas Susi dengan gelasnya: "Hei, Susi, kenapa kamu minum sendirian?"

Susi tertawa bodoh: "Aku sedang menunggu kalian menghiburku."

Susi meminum seteguk bir, menggelengkan kepalanya: "Menurutku kamu sudah lumayan, bagaimanapun Claudius masih bersedia kamu melahirkan anaknya, dan bukan sembarangan mencari perempuan di luar untuk melahirkan anaknya."

Angie merebut gelas Susi, menggelengkan kepala dan menghela nafas: "Lihatlah, aku sudah bilang jangan datang minum alkohol, lagi-lagi mengingatkan Susi dengan kesedihannya."

"Kembalikan gelasku, kalau tidak kita putus hubungan!" Susi langsung merebut gelasnya kembali, meliriknya dengan sinis: ”Bukannya sudah setuju malam ini tidak pulang kalau tidak mabuk? Kamu tidak bisa dipercaya!"

"Baik, baik, aku menepati janji." Angie mengangkat gelasnya: "Ayo, kita tos bersama, semoga lelaki-lelaki sialan itu dilahirkan kembali menjadi orang tidak berguna!"

"Tos!" tiga perempuan meminum habis sisa bir di gelas mereka.

Kemudian, Susi bertanya kepada Josephine: "Kalau begitu kamu selanjutnya ada rencana apa?"

Josephine tersenyum pahit: "Aku masih bisa ada rencana apa, terus mencari orang."

Mencari putrinya, mencari Justin, mencari ibu, orang mau dicarinya sangat banyak, begitu memikirkan ini, hari Josephine langsung terasa pahit, bahkan bir pun tidak bisa menutupi kepahitan ini.

Perasaan dan harapannya terhadap Claudius, dari awal sudah tidak seharusnya ada, sekarang apa lagi yang harus dia bingungkan?

"Bagaimana denganmu? Apa rencanamu?" supaya tidak memikirkan begitu banyak tentang masalah ini, Josephine pun bertanya kepada Susi: "Berencana terus tinggal terpisah dengan tuan muda Qiao seperti ini?"

"Kalau tidak apa yang harus kulakukan? Pulang membesarkan anaknya?" Susi tertawa dingin.

"Anak? Dia berencana membawa pulang anaknya itu?" Angie memukul meja dengan emosi: "Keterlaluan, sangat keterlaluan!"

Susi mengangkat tangannya dan mengelus mukanya, tertawa ringan: "Itu maksud mertuaku, Henry masih tidak seberani itu, dia tidak takut aku mencekik mati anak liar itu? Haha.."

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu