Istri ke-7 - Bab 74 Mabuk (3)

Setelah mobil berjalan, keadaan di dalam mobil menjadi sunyi, Josephine pun berpikir dalam hati, kalau saja kemarin malam ia tak memohon sedemikian rupa untuk Sam, Claudius pasti berdiri di depan hotel menunggu Sam datang, kalau begitu ia tidak mungkin bisa mengajak Claudius jalan-jalan, ia tidak akan bertemu perempuan itu, tidak akan mencarinya semalaman…

Ia menghempaskan kepalanya ke belakang, apa sih yang sedang ia pikirkan?

Jika wanita itu masih ada di hati Claudius, tak hanya di tempat belanja, di mana pun pasti ada bayang-bayangnya, ke mana pun Claudius pergi ia pasti memikirkannya.

Sebenarnya ada alasan ia menolak ditemani oleh Claudius hari ini, karena ia sebenarnya tak tahu mau jalan ke mana, dan ia telah berencana pergi ke makam nenek dan mendoakan nenek di sana.

Setelah menurunkan Claudius, Josephine segera meminta Sam mengantarkannya ke pemakaman di bagian utara kota.

****

Setelah Claudius menyelesaikan urusannya, ia menutup map dokumen kemudian menelepon.

Tak lama, Asisten Yan pun masuk dan berdiri di depannya, kemudian dengan wajah serius bertanya, "Tuan Chen, apakah urusan anda sudah selesai?"

"Ya."

"Kalau begitu saya akan melaporkan masalah Keluarga Zhu," kata Asisten Yan sambil menyerahkan map dokumen di tangannya pada Claudius, "Ini adalah data informasi mengenai anggota keluarga Zhu, dan juga ada dokumen mengenai pembelian rumah Keluarga Zhu saat itu."

Claudius membuka map tersebut, di halaman pertama adalah informasi dasar nenek keluarga Zhu, dan tanggal kematiannya bertepatan dengan tanggal saat Claudius membeli rumah keluarga Zhu.

Ia membalik beberapa halaman lagi, tiba-tiba ia terhenti, ia berhenti di informasi mengenai seseorang.

Nama yang familiar, wajah yang familiar…

Juju Zhu, nama yang simpel dan imut, ia masih ingat pertana kali ia menanyakan namanya, perempuan itu dengan malu-malu mengatakannya, panggil saja Juju.

Claudius tertawa dan berkata Juju tak terdengar akrab, ia ingin memanggilnya babi kecil, perempuan itu marah dan malu, berteriak bahwa Claudiuslah yang babi.

Kelamaan, panggilan babi untuk Juju itu menjadi kebiasaan.

"Tuan Chen," panggil Asisten Yan. Claudius tersadar, ia mengatur suasana hatinya dan berkata, "Ya?"

"Aku sudah menelusurinya, jadi begini, di saat Billy He muncul dan membicarakan masalah pembelian rumah keluarga Zhu dengan anak laki-laki nenek Zhu, Marco Zhu, begitu Marco mendengar ia akan memberi keluarga Zhu ganti rugi berupa villa di pinggir kota, Marco langsung setuju. Tetapi Nenek Zhu justru sampai mati tak bersedia menjual rumah pekarangan mereka, bahkan mengancam bunuh diri. Demi cepat-cepat menyelesaikan masalah ini, Billy bekerja sama dengan keluarga Marco untuk memaksa Nenek Zhu keluar dari rumah, nenek saking marahnya melompat dari lantai 2, tulang kakinya patah. Namun anehnya, jelas-jelas nenek itu hanya terkena luka luar, tapi ia malah meninggal di hari kedua ia di rumah sakit. Menurut rumor, Billylah yang membunuhnya dalam kesempatan itu demi bisa membeli rumah keluarga Zhu, namun apakah hal ini benar, sepertinya hanya Billy sendiri yang tahu."

Claudius bergumam pada dirinya sendiri, ia tenggelam dalam pikirannya.

"Tetapi ada satu hal yang pasti, Nenek Zhu dipaksa mati di tengah-tengah jual beli rumah keluarga Zhu," lanjut Asisten Yan.

Ternyata benar! Benar nenek itu dipaksa mati!

Tangan Claudius yang memegang map itu mengepal keras, ia tersenyum sedih. "Kelihatannya aku yang salah."

Saat itu ia ingin membeli rumah itu secara anonim, ia ingin memberi keluarga Zhu tempat tinggal yang bagus, karena itu ia mengutus Billy pergi membicarakannya, tak disangka terjadi hal seperti itu.

Kalau dipikir-pikir saat itu Billy pasti salah memahami  maksudnya, ia pikir Claudius mengutusnya karena tertarik pada rumah keluarga Zhu, dan ia sangat ingin naik jabatan sebagai asisten Claudius sehingga ingin cepat-cepat menyelesaikan urusan itu agar Claudius menyukainya, maka ia bekerja sama dengan Marco untuk membuat Nenek Zhu meninggal.

Claudius sangat memahami bahwa Nenek Zhu adalah satu-satunya orang yang mencintai Juju, juga adalah keluarga yang paling dicintai oleh Juju, tetapi, ia malah tanpa sadar menyebabkan orang yang paling dicintai Juju itu meninggal.

"Tuan Chen, jangan berkata seperti itu," ucap Asisten Yan untuk menenangkannya, "Ini tidak ada hubungannya denganmu."

"Bagaimana mungkin tak ada hubungannya denganku? Kalau saja awalnya aku tidak kebanyakan ikut campur, Nenek Zhu tidak akan meninggal," kata Claudius dengan tak berdaya, ia mengangkat kepalanya memandang Asisten Yan. "Apakah kau menelusuri di mana makam Nenek Zhu?"

"Sudah kutelusuri," jawab Asisten Yan, menelusi keseluruhan masalah adalah keahliannya, bahkan ia mengetahui bahwa Nenek Zhu paling suka bunga lily.

"Tuan Chen, apakah anda ingin pergi mendoakan Nenek Zhu?" Tanya Asisten Yan.

Claudius menganggukkan kepala.

"Aku akan menyiapkan kendaraan," kata Asisten Yan, kemudian ia pergi. Ia memang benar-benar wanita yang hebat.

*****

Josephine menemani neneknya sangat lama di depan batu nisannya, baru ia menarik nafas pelan, kemudian mengusap air mata di ujung matanya.

Begitu ia pergi, tak tahu kapan lagi bisa kembali, hatinya tak ingin berpisah, namun ia harus pergi.

Ia masih ingat saat ia meninggalkan rumah keluarga Zhu, nenek menggenggam tangan Josephine dengan tangan tuanya yang pucat , air mata nenek mengalir di atas kulitnya yang keriput, dengan tak tega, ia akhirnya menyodorkan 100jutaterakhir yang ada di kantongnya pada Josephine, memaksanya untuk menerimanya.

Nenek berkata padanya, kalau kehidupan pernikahan tak berjalan baik, kembalilah ke Surabaya, tak peduli seberapa buruknya Surabaya pasti tetap ada tempat baginya untuk pulang.

Josephine menyanggupinya, ke depannya hidup pernikahannya benar-benar tak bahagia, namun masih ada paman dan bibi, ia masih bisa kembali ke rumah ini.

"Nenek, tenang saja, aku sekarang baik-baik saja," katanya sambil mengusap lembut foto nenek di atas batu nisan, "Ke depannya aku akan datang setiap tahun untuk menemuimu, aku akan membawakanmu bunga lily yang kau suka."

Sayangnya, tak peduli seberapa bagus kata-kata yang diucapkannya, nenek tak lagi bisa menjawabnya.

Saat Josephine kembali ke mobil, Sam melihat matanya yang merah, ia pun bertanya dengan penuh perhatian, "Nyonya, apa kau tak apa-apa?"

"Aku tak apa-apa," kata Josephine sambil menyedot ingus dan mengusap pipi.

Sam melihatnya, lalu memandang kuburan itu, apakah menemui teman bisa sampai sesedih ini? Ia merasa murung.

"Ayo pergi," kata Josephine.

Sam mengangguk, ia menyetir mobil pergi dari sana.

Keluar dari kuburan, mereka sampai lagi di jalan pinggiran kota, tak lama, mereka kebetulan berhadapan dengan sebuah mobil mewah berwarna silver.

Mobil itu adalah mobil sewaan dari Surabaya, Sam dan Josephine tidak mengenalinya, dan juga tak menyadari bahwa orang yang duduk di dalamnya adalah Claudius dan Asisten Yan.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu