Istri ke-7 - Bab 217 Kamu Telah Mengingat Semuanya? (1)

Di bandara Juju mencari-cari paspornya, dia sibuk mencari kesana kemari. Saat terdengar suara pengumuman pintu pesawat telah ditutup, dia pun panik sampai menangis dan akhirnya menyerah, karena kalau ketemu pun sudah tidak ada gunanya lagi.

Jelas-jelas bisa melarikan diri dari kota C, malah melakukan kesalahan fatal seperti ini. Dia sangat marah dan ingin menampar dirinya sendiri, tapi dia tidak melakukannya, dan hanya mengusap air mata di wajahnya, duduk di atas kursi di bandara.

Setelah duduk selama tiga puluh menit, tiba-tiba terlihat sosok dua orang yang dikenalinya, dan ternyata itu satpam keluarga Chen.

Mengapa mereka tiba-tiba bisa muncul disini? Jangan-jangan sudah tahu kalau dia ingin melarikan diri?

Juju kaget dan berdiri dari kursinya, berbalik badan dan ingin pergi.

Belum sempat dia berjalan pergi, terdengar suara dari belakang: "Nyonya, tunggu sebentar."

Dua satpam itu berlari dengan cepat ke hadapannya, dan berkata serius: "Tuan muda menyuruhmu segera pulang."

"Tuan muda?" Juju bertanya lugu.

"Benar, tuan muda bilang segera pulang dalam waktu tiga puluh menit."

Juju membuka mulutnya dan berkata: "Aku... Aku hanya menjemput temanku, sebentar lagi aku langsung pulang."

Satpam mengangguk: "Aku telepon dan menanyakan tuan muda." Setelah itu dia pun langsung berbalik badan dan menelepon.

Satpam itu pun kembali lagi dengan cepat dan berkata: "Nyonya, tuan muda bilang kamu yang atur saja."

"Baik." Jawab Juju. Dia bengong, berbalik badan dan berjalan menuju pintu bandara.

Juju akhirnya pulang ke rumah bersama satpam itu, saat masuk ke dalam rumah, dia langsung disambut dengan tamparan nenek.

Dia bingung, melototi wajah nenek yang sedang marah.

"Kamu pikir kamu bisa datang dan pergi sesukamu dari keluarga Chen?" Nenek menatapnya: "Mau ngapain kamu? Cepat bilang!"

"Nenek, aku hanya menjemput teman di bandara, salahku apa?" Juju mengelus wajah yang di tampar nenek, menangis menatapnya.

Dia tidak boleh memberitahu nenek kalau dia sudah tahu tentang masalah kekasih takdir, kalau tidak dia pasti lebih tidak bisa melarikan diri lagi.

"Kamu masih berani berbohong?" Nenek ingin menamparnya lagi, tapi malah ditahan kakak He: "Nenek jangan marah-marah lagi, nanti nenek sakit."

Kakak He pun memandang Juju: "Nyonya, kamu jangan bohongi nenek lagi, yang kamu datangi jelas-jelas terminal keberangkatan bukan kedatangan."

"Aku..." Juju terdiam. Dia pun menangis: "Kalau aku tidak pergi untuk apa lagi aku disini? Tuan muda bersikap seperti itu kepadaku, melukaiku demi wanita lain. Aku berbaik hati ingin menjenguk nona Yi, dia malah memarahiku di depan banyak orang dan mencekikku. Nenek, aku sudah capek, aku tidak ingin lagi hidup tidak terhormat sepeti ini, aku menyerah dan keluar saja ya?"

"Keluar? Apakah kamu berhak dan pantas?" Nenek menatapnya: "Dua tahun yang lalu, kamu yang datang sendiri dan ingin menikahi Claudius, sekarang kamu bilang kamu ingin keluar? Kamu anggap tuan muda di rumah ini apa? Orang yang kamu inginkan dan lepaskan sesukamu?"

"Tuan muda yang tidak menginginkanku, bukan aku."

"Apakah Claudius bilang kalau dia ingin bercerai?"

"Tapi di dalam hatinya dia masih merindukan wanita lain."

"Dulu saat kamu menikahinya bukankah kamu tahu di hatinya ada orang lain? Kamu masih dengan pedenya bilang, kalau kamu bisa membuat Claudius mencintaimu kembali? Sekarang apa yang kamu katakan sudah terlambat bukan?" Nenek menarik nafas panjang, menggertakkan gigi dan mengancamnya: "Sejak hari ini, kamu diam saja di rumah, tidak boleh kemana-mana!"

Juju pun kaget melihatnya. Nenek ingin mengurungnya di rumah? Bagaimana ini? Apakah dia akan hanya bisa menunggu mati saja?

Nenek tidak mempedulikannya, berbalik badan dan masuk ke dalam kamar.

Juju pun bengong di depan pintu selama beberapa saat, lalu melangkah naik ke atas.

Baru saja dia sampai di kamar, Maria langsung mengetuk pintu dan menyerahkan sebuah amplop untuknya: "Nyonya, ini dari pos satpam."

Juju pun mengambil dan membuka amplop itu, dia kaget melihat isinya adalah paspornya yang telah disobek-sobek, dia pun mengeluarkan semua isi di dalamnya.

Kenapa? Ada apa ini? Kenapa paspornya jadi begini?

"Siapa yang antar ini?" Dia mengangkat kepalanya dan menatap Maria.

"Satpam bilang itu titipan dari orang yang tidak dikenalinya." Kata Maria.

"Sebenarnya ini perbuatan siapa!" Dia pun menjerit lalu menghempaskan semua sobekan paspor ke atas lantai, dia benar-benar sangat emosi.

Bagaimanapun juga dia tidak menyangka paspornya yang tiba-tiba hilang itu bisa dikembalikan oleh seseorang dalam keadaan begini, hancur lebur.

Ini pasti bukan ulah nenek ataupun Claudius, mereka bukan orang yang kurang kerjaan seperti itu, kalau mereka sudah pasti langsung menangkapnya di bandara dan melempar paspor itu ke wajahnya.

Dia mengingat orang asing yang ditemuinya tadi di bandara, itu dia! Pasti dia yang mengambilnya.

Sepertinya ada orang yang sengaja melakukan ini, membuatnya tidak bisa lari dari cengkeraman keluarga Chen, tapi dia malah tidak tahu siapa orang itu!

Karena tidak tahu harus berbuat apa, Juju pun meminta bantuan Sally Lin.

Tapi saat dia masih belum bicara, Sally Lin berkata: "Kakak ipar, aku sudah nasehati kamu jangan mencoba untuk melakukan hal-hal yang berlebihan, tapi kamu keras kepala, sekarang nenek malah akan menjagamu lebih ketat lagi, kamu jangan melakukannya lagi oke?"

"Sally..." Juju memohon kepadanya: "Aku tidak ingin mati, kamu tidak peduli lagi denganku?"

"Bukannya aku tidak peduli denganmu, tapi aku juga ingin melindungi diriku sendiri." Sally Lin pasrah dan menaikkan celananya: "Lihatlah kakiku, kamu pikir Vina si keparat itu benar-benar tidak sengaja?"

Juju melihat kakinya, lalu penasaran dan bertanya: "Kenapa dia mau menyirammu dengan air panas? Apakah ingin melihat apakah kakimu benar-benar cacat atau tidak?"

"Bagus kalau kamu tahu." Sally Lin pun menurunkan celananya kembali, Juju berpikir-pikir, lalu masih penasaran dan bertanya lagi: "Jadi sebenarnya kakimu itu benaran cacat atau tidak...?"

"Tentu saja benar."

"Oh, kalau begitu Claudius benar-benar keterlaluan." Juju lalu berkata: "Orang yang jahat pasti akan terkena balasannya, pantas saja dia tidak bisa hidup lama."

Sally Lin pun bercanda kepadanya: "Aku pikir balasan terbesar kepadanya adalah menikahimu."

Juju menatapnya kaget, Sally Lin tertawa: "Memangnya salah, berpisah dengan orang yang dicintainya, dan menikahi kamu yang tidak dicintainya."

"Sstt!" Sally Lin tiba-tiba meletakkan jari telunjuknya di atas bibirnya: "Lain kali hal seperti ini jangan dibicarakan di kamarku lagi, terus, lain kali kita juga jangan terlalu dekat, nanti ada yang salah paham."

"Sally, aku mohon bantu aku sekali lagi." Juju merangkapkan tangannya dan memohon.

"Cara sih ada, tapi orang bodoh sepertimu ini susah deh." Sally Lin bercanda kepadanya: "Menyandera Josephine saja aku sudah merasa kamu termasuk tipe orang yang bodoh tiada tandingannya."

"Kamu beritahu aku caranya, lalu beri aku petunjuk seperti dua tahun yang lalu, hasilnya pasti akan sempurna." Juju terus memohon: "Aku mohon, aku benar-benar sangat butuh bantuanmu."

Sally Lin menatapnya, lalu mendekatkan dirinya dan berbisik di telinganya.

Perkataan yang singkat saja, tapi wajah Juju langsung memucat.

Melihatnya ketakutan, Sally Lin menaikkan bahunya: "Oke, cara sudah kuberitahukan kepadamu, mau melakukannya atau tidak itu urusanmu, lagi pula tidak berpengaruh padaku."

Setelah terdiam beberapa saat, Sally Lin pun mendesaknya: "Sudah, sekarang kamu cepat pergi dari kamarku, demi kebaikan kita berdua, aku harap nanti kamu lebih jauh dariku."

Juju melihat Sally, setelah beberapa saat dia pun menenangkan hatinya dan keluar dari kamarnya.

Saat kembali ke kamar, Maria yang sedang membereskan kamar melihat wajahnya yang pucat, lalu berjalan kesana dan bertanya: "Nyonya, kamu tidak apa-apa kan?"

"Aku tidak apa-apa..." Jawabnya.

"Nyonya kamu jangan marah kepada nenek." Maria tidak tahu harus bagaimana menenangkannya.

Juju memejamkan matanya, menarik nafas panjang, lalu menatap Maria dan berkata: "Maria, aku ingin minta bantuanmu."

"Bantuan apa?" Maria merasa sedikit khawatir: "Nyonya, sekarang keadaan sudah sangat kacau, jangan melakukan hal-hal aneh lagi, nenek dan tuan muda pasti tidak akan melepaskanmu."

"Mereka memang tidak ingin melepaskanku." Juju tersenyum dingin dan menenangkannya: "Kamu tenang saja, ini hanya hal kecil, tidak akan menyusahkanmu."

Melihat Maria masih ragu, Juju pun mengeluarkan sebuah gelang emas berhiaskan berlian dari dalam tasnya dan diberikan kepadanya: "Ini hadiah untukmu, tidak usah berterima kasih."

Melihat gelang emas itu, mata Maria pun berbinar.

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu