Istri ke-7 - Bab 73 Mencarinya Semalaman (2)

Begitu tersadar, Josephine menemukan dirinya telah terbaring di atas sofa, tertutup selimut.

Ia menggosok-gosok kedua matanya, mengamati sekitar, pandangannya jatuh ke Claudius di dalam ruangan kaca. Ini bukan rumah juga bukan hotel, melainkan kantor!

Bisa-bisanya ia tertidur di kantor Claudius, betapa memalukannya!

Ibu hamil memang kelompok yang mudah sekali mengantuk, namun bagaimana bisa ia sampai tak bisa membedakan tempat dan waktu? Bahkan sampai tidur mendengkur?

Apalagi hari ini masih hari pembukaan, banyak sekali karyawan yang berlalu lalang, mereka pasti telah melihatnya tertidur, kan?

Usai memeriksa sebuah dokumen, Claudius mengambil segelas air dari ujung meja kerjanya, ia tak sengaja melihat Josephine berdiri tegak di luar pintu. Karena baru bangun tidur, rambutnya terlihat berantakan, begitu juga dengan bajunya.

"Sudah bangun?" tanyanya.

Josephine menunjuk ujung bajunya degan canggung, ia tampak jelas merasa bersalah, "Mengapa tidak membangunkanku?"

"Untuk apa membangunkanmu? Melihatmu mengomel?"

"Tapi...Di sini ada banyak orang, memalukan sekali," ujar Josephine tak nyaman, "Sebenarnya aku tidak masalah, hanya saja aku takut mempermalukanmu."

"Sudah biasa."

"Apa maksudmu?" tanya Josephine tak mengerti.

"Artinya...Nona Josephine, apa kau pernah elegan? Sepertinya hanya pernah sebentar saja."

"..." Josephine tak bisa berkata-kata. Apakah dia seburuk itu?

Sepertinya memang iya, dulu setiap kali bertemu Claudius, ia selalu berakhir dengan memalukan, setelah bersamanya pun, ia berjanji untuk tampil lebih elegan, namun beberapa menit kemudian ia sudah tak bisa melanjutkan kepura-puraannya itu.

Claudius melanjutkan pekerjaannya, sambil berkata padanya, "Kalau kau masih peduli sedikit padaku, rapikanlah rambutmu."

Pipi Josephine memanas, ia menutupi rambut keritingnya dengan tangan, lalu pergi ke toilet secepat kilat.

Melihat dirinya yang berantakan di depan cermin, Josephine tiba-tiba merasa Claudius begitu lapang dada, tak pernah 'membuangnya' mesipun ia seperti ini.

Sudah dibilang, setiap lelaki brengsek, pasti ada satu titik kebaikan yang patut dipuji.

Setelah kembali lagi ke kantor, Josephine sudah merapikan dirinya dan tampak segar.

"Tuan Muda, kita ke mana nanti?"

"Makan."

"Setelah itu?"

"Tidur."

"Tidur lagi? Ini...ini menyia-nyiakan waktu namanya."

Claudius memelototinya, "Jadi bagaimana seharusnya menurutmu? Pergi ke food street lagi?"

"Tidak, kita tidak pergi ke street food lagi, bagaimana kalau jalan-jalan ke pasar malam?" kata Josephine sambil tertawa.

Food street? Sampai mati ia tidak akan membawa Claudius ke tempat itu lagi. Kalaupun Claudius bisa makan, Josephine tak berani memakannya, karena semuanya serba gorengan, sedikit sekali yang menyehatkan.

"Apa kau pernah ke pasar malam?" tanya Josephine.

"Beberapa kali."

"Pergi dengan siapa?" Awalnya Josephine hanya asal bertanya, namun belum sempat Claudius merespons, ia seketika sadar dirinya lagi-lagi membawa Claudius masuk ke dalam kubangan perasaannya.

Pergi dengan siapa? Perlukah dipertanyakan?

Demi memulihkan hati Claudius yang tiba-tiba mendingin, Josephine pun tertawa, "Ada banyak barang bagus dan lucu di pasar malam, lagipula tempat itu adalah ciri khas kota ini, para wisatawan suka sekali pergi ke sana."

"Aku tahu."

"Kalau begitu...maukah pergi jalan-jalan?"

"Tempat makan malam kita kebetulan ada di dekat sana. Setelah makan, kau jalan-jalanlah sendiri," sorot mata Claudius sedikit dingin, ia buru-buru menambahkan, "Kalau kau cerewet lagi, aku akan menyuruh orang untuk memulangkanmu ke Jakarta."

Dikatai begitu, Josephine pun tak berani bicara lagi.

***

Jamuan makan malam itu dihadiri oleh sekitar 10 orang petinggi perusahaan, lokasinya tepat di sekitar pasar malam.

Claudius yang sedang tidak nafsu makan, ditambah tidak menyukai jamuan makan malam seperti ini pun segera pulang setelah makan sedikit.

Josephine begitu memahami karakternya, tanpa banyak bicara ia mengikuti Claudius keluar restoran.

Di luar, angin laut menyambut tubuh mereka, membawa semilir hawa sejuk yang nyaman. Jospehine menarik mantelnya, lalu menoleh melirik Claudius.

Asisten Yan yang mengikuti mereka berdua tidak menemukan si supir di pintu masuk, ia pun meneleponnya.

Setelah menutup telepon, ia berjalan ke arah Claudius, meminta maaf, "Maaf Pak Claudius, Sam tidak menyangka Anda akan selesai secepat ini, jadi dia pergi sebentar ke pasar malam untuk membelikan pacarnya kado. Sekarang ia sedang dalam perjalanan ke sini."

Asisten Yan berkata lagi sambil menundukkan kepalanya meminta maaf, "Maaf, saya tidak menyampaikannya dengan baik, saya akan menyuruhnya mengurus surat pengunduran diri sesampainya di Jakarta."

Begitu mendengar kata 'surat pengunduran diri', Josephine yang sebelumnya sedang menunduk melihat ponsel pun tersentak, ia mengamati kedua orang itu, "Apa? Begini saja sudah dipecat?"

Hanya karena persoalan kecil seperti ini, ia benar-benar tak habis pikir.

Asisten Yan menatapnya sekilas, ia tak berkata apa-apa, melainkan menunggu respons Claudius.

Josephine berkata lagi dengan gagah berani, "Mana ada bos sepertimu, baru 20 menit pertemuan sudah undur diri. Sam yang baru pertama kali ke Surabaya, mungkin mengira kau akan menghabiskan 2 jam untuk pertemuan, jadi dia berani mencuri waktu untuk membelikan pacarnya kado. Terhadap orang yang mencintai kekasihnya, kau tak bisa sembarangan memecatnya, dong! Pepatah mengatakan, orang yang mencintai keluarganya akan mencintai pekerjaannya, orang yang mencintai pekerjaannya pasti akan berdedikasi, bukankah begitu?"

Asisten Yan diam-diam melirik Claudius, lalu berkata, "Nyonya, ini peraturan perusahaan."

"Peraturan memang mati, tapi manusia adalah makhluk hidup. Masalah ini tidak akan ada yang tahu kalau kita semua menutup mulut," Josephine menusuk lengan Claudius dengan jarinya, "Sudahlah, malam ini begitu indah, lebih baik kita berjalan-jalan sebentar di shopping street."

Claudius meliriknya sekilas, jadi ini tujuannya setelah berbicara begitu banyak?

Sebenarnya tidak sulit untuk menunggu Sam datang, tapi ia tetap saja berjalan menuju shopping street itu. Josephine bahagia tak terkira, ia buru-buru mengikuti langkah Claudius.

Tak disangka Claudius tersentuh oleh kata-katanya. Hanya saja, ia tak tahu akan bagaimana nasib Sam yang malang itu setelah kembali. Akankah ia dipecat?

Saat itu adalah waktu teramai di pasar malam, kedua sisi jalan penuh dengan toko oleh-oleh khas Surabaya. Di mana-mana terlihat wisatawan membawa kantong belanjaan besar maupun kecil.

Claudius tidak menyukai keramaian, wajahnya sama suramnya seperti kemarin. Sebaliknya, melihat keramaian itu, Josephine menjadi sangat antusias, ia tak tahan untuk masuk ke setiap toko dan menyentuh semua barang di dalamnya.

Saat melewati sebuah toko mantel dan melihat-lihat barang di di dalamnya, Josephine bertanya penasaran, "Claudius, pernahkah kau membelikan kado untuk nenekmu?"

Claudius tak kunjung menjawab, Josephine pun menoleh. Ia baru menyadari kalau wajah Claudius tertuju pada sebuah pemandangan. Josephine mengikuti arah matanya menembus orang-orang. Di kejauhan, ia melihat seorang gadis remaja sedang memilih-milih aksesori di sebuah lapak.

Gadis itu menghadap ke samping, rambutnya panjang sebahu, posturnya tinggi ramping. Ia memiringkan kepalanya sambil fokus memilih aksesori, helai-helai rambutnya terjatuh menutupi pipi, menampakkan sedikit rupanya.

Meskipun begitu, dilihat dari sini, ada perasaan familiar yang muncul.

Novel Terkait

Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu