Istri ke-7 - Bab 249 Entah Di Mana

Setelah beristirahat beberapa hari di rumah sakit, keadaan Claudius semakin stabil, namun demi kesehatan Claudius, nenek tetap melarangnya keluar rumah sakit lebih awal.

Claudius mondar-mandir di dalam kamarnya dengan tidak tenang, mendengar suara pintu terbuka, ia segera menoleh.

"Bagaimana? Apakah sudah menemukan keberadaan Josephine di Inggris?" Tanyanya segera setelah melihat Asisten Yan.

"Sudah menemukan posisinya kira-kira. Dulu mereka tinggal di London, tapi hari ini mereka ke Edinburgh, jadi belum jelas mereka sebenarnya menetap di mana," Ujar Asisten Yan memandangnya, "Tuan Chen, tidak mungkin Anda benar-benar mau mengejarnya sampai ke Inggris kan?"

"Benar," jawab Claudius tanpa ragu, ini adalah hal pertama yang akan ia lakukan setelah keluar dari rumah sakit.

"Tapi rapat pemegang saham akan diadakan tidak sampai 1 bulan lagi, Anda..."

"Kalau tidak menemukan Josephine, hatiku tidak tenang, aku tidak ada hati untuk mengurus masalah perusahaan," kata Claudius lalu berpikir sejenak, "Kamu bantu aku perhatikan berapa lama ia akan tinggal di Edinburgh."

"Tuan Chen, itu agak sulit, bagaimanapun tidak semua kota mewajibkan memakai dokumen, kalau ia tidak menggunakan dokumen aku tidak akan bisa memperhatikan gerak-geriknya," kata Asisten Yan, "Tetapi tenang saja, aku akan berusaha sebisaku."

Ia memandang Claudius, setelah terdiam beberapa saat, ia berkata lagi, "Tuan Chen... Apa sekarang kita bisa membicarakan pekerjaan?"

Claudius juga menatapnya, meskipun tidak senang ia tetap kembali duduk ke kursinya, lalu menerima dokumen yang diberikan Asisten Yan.

Setelah melihatnya sekilas. Ia mendongak dan bertanya, "Apakah sudah tanya pada dokter kapan aku boleh keluar rumah sakit?"

"Bukankah Tuan Chen sendiri sudah pernah bertanya?"

"Sudah. Ia hanya bilang 1 minggu baru boleh keluar," katanya. Terhadap jawaban ini, ia tidak bisa menerima, satu minggu? Bahkan ia tidak tahu kemana istrinya pergi.

Asisten Yan menghela napas pasrah sambil menggeleng, sepertinya sangat sulit baginya untuk konsentrasi terhadap pekerjaannya.

Hati Claudius saat ini dipenuhi oleh Josephine, ia sama sekali tidak punya niat memikirkan pekerjaan!

-----

Edinburgh adalah salah satu dari kota tertua di Inggris. tahun lalu setelah Josephine sembuh, ia kemari bersama Marco dan Jesslyn.

Kastil ini benar-benar sangat besar dan megah, tapi entah apakah karena sudah pernah datang ke sana atau karena suasana hatinya tidak terlalu baik, semangat Josephine tidak begitu tinggi.

Kalau Jesslyn, ia mengenakan mantel kecil yang tebal dan berlarian ke sana-kemari, ia terlihat sangat senang.

Ia berlari ke patung binatang kecil dan menoleh, lalu melambaikan tangan pada Henry, "Ayah Qiao, aku mau mengambil foto yang cantik di sini untuk diperlihatkan pada nenek buyut dan ayah."

Marco tersenyum dan mengangguk. "Baik. Akan kufotokan Jesslyn di sini."

Marco mengangkat kameranya, setelah posisinya tepat ia menekan tombol foto.

Setelah berfoto, Jesslyn berlari ke arahnya dan berkata, "Ayah, ibu, aku juga mau berfoto dengan kalian."

Marco tersenyum dan mengelus kepala Jesslyn, "Kau kan tahu, ayah tidak suka berfoto, bagaimana kalau ayah fotokan kamu dan ibu saja?"

"Baiklah," ujar Jesslyn sambil menarik tangan Josephine, "Ibu. Ayo kita foto."

Josephine pun tersenyum dan berlari dengannya ke depan sebuah pemandangan, ia memeluk Jesslyn, lalu berpose di hadapan Marco.

Setelah berfoto, Jesslyn berlari lagi ke tempat foto lainnya, melihat sosoknya yang begitu gembira, Josephine menghirup napas, barusan saat berangkat, ia sudah berpikir kalau memang mau pergi bermain, maka ia harus lebih gembira, jangan mengacaukan kesenangan anak kecil, tetapi pada akhirnya ia tak begitu berhasil.

Ia menoleh dan tersenyum pada Marco. "Marco, apakah kamu sudah lelah? Mari kita cari tempat untuk istirahat sebentar."

"Oke," kata Marco sambil menunjuk kafe di ruang terbuka di depan dengan dagunya, "Kita bisa duduk di sana."

"Kafe? Aku ingat terakhir kali kita ke sini belum ada, ya kan?"

"Benar, sepertinya baru dibuka."

Mereka bertiga pun duduk di area pinggir kafe itu, di sebelah mereka langsung terlihat pemandangan yang sangat indah, Jesslyn memanjat pagar dan berteriak senang, "Ayah Qiao lihatlah, di sana banyak sekali rumah-rumah kecil yang lucu."

"Betul juga, nanti bagaimana kalau kita pergi ke sana melihat-lihat?"

"Boleh."

"Kalau begitu Jesslyn sekarang mau duduk istirahat sebentar dulu tidak?" Tanya Josephine sambil menggendongnya ke kursi, "Sini, jangan sampai seperti waktu itu, kelelahan dan tidak kuat berjalan lalu minta ayah gendong."

"Apakah waktu itu aku tidak kuat berjalan?" Tanya Jesslyn. Jesslyn sudah tidak begitu ingat kejadian saat mereka kemari sebelumnya.

"Tentu, apa kamu lupa?" Tanya Marco mengejeknya, "Waktu itu kamu menangis sambil makan es krim, kamu bilang lain kali tidak mau pergi liburan lagi, orang-orang di sekitar kita semuanya menertawakanmu."

"Memalukan sekali..." Kata Jesslyn sambil menutupi wajah mungilnya dengan tangan, kemudian ia membuka sedikit celah dan memandang Marco lagi, ia bertanya dengan penasaran, "Lalu bagaimana?"

"Lalu ayah menggendongmu, terus berjalan sambil menggendongmu."

Jesslyn berpikir sejenak, lalu dengan sok dewasa berkata, "Maaf ya, ayah, waktu itu Jesslyn belum dewasa, hari ini tidak akan begitu."

"Iya, Jesslyn-ku sudah besar," puji Marco sambil tersenyum lebar.

Melhat mereka berdua, Josephine tertawa kecil, ia bahkan bisa membayangkan Jesslyn yang sedang membual ini, nanti sore akan sangat kelelahan, sepertinya walaupun tidak kuat jalan ia tidak akan berani minta gendong lagi.

-----

Claudius bermalam di rumah sakit selama 3 malam, akhirnya ia tak kuat lagi dan memutuskan untuk minta keluar dari rumah sakit.

Nenek tidak bisa menahannya, dokter juga tidak bisa membujuknya, terpaksa mereka membebaskannya.

Dan hal pertama yang dilakukan Claudius begitu keluar dari rumah sakit adalah menuju ke kantor Henry, karena hubungannya dengan Henry, para resepsionis tidak menahannya dan membiarkannya masuk begitu saja, sehingga saat Claudius menerjang masuk ke kantor Henry, Henry tidak siap sama sekali, ia bahkan kaget hingga melompat.

Claudius langsung menuju ke hadapannya, kedua tangannya menggebrak meja kantor, ia memandang Henry dan berkata, "Katakan, di mana istri dan anakku?"

Dari awal Henry sudah memperkirakan Claudius akan mencarinya, kekagetan di wajahnya pun memudar, ia bersandar di sandaran kursinya, dengan tatapan yang sama dinginnya memandangnya dan berkata, "Apa kau yakin mau menindakku di saat seperti ini?"

"Aku tanya di mana Josephine!"

"Kuingatkan kau, sebaiknya kau tenang dulu, kalau kali ini kau membahayakan kesehatanmu lagi, Josephine pun tidak akan bisa menolongmu."

"Aku tanya di mana Josephine!" Seru Claudius sambil mengayunkan tinju ke wajah Henry, lalu berkata, "Masalah menculik Jesslyn akan kuurus denganmu nanti, sekarang aku mau kau segera menyerahkan Josephine padaku, kalau tidak..."

Henry mengerti emosinya itu, juga sudah menebak ia akan main fisik, Henry pun menggeser mundur kursinya, menghindari tinju Claudius. Henry menatapnya dan berkata, "Kalau tidak kenapa? Apa kau mau membunuhku?"

"Atau... Kembalikan nyawamu padaku, maka akan kukembalikan Josephine padamu, hanya saja nantinya Josephine pasti tidak bersedia," kata Henry, "Apa kau mengerti? Waktu itu Josephine yang mau bertransaksi denganku, bukan aku yang memaksanya."

"Kau jelas tahu ia akan memilih untuk pergi dengan Marco, kenapa masih memintanya memilih?"

"Maksudmu adalah kau lebih baik mati daripada ia pergi dengan Marco?" Kata Henry sambil tertawa, "Kalau begitu apa kau pernah memikirkan kalau kamu mati, Josephine tetap akan kembali ke sisi Marco?"

Claudius bungkam mendengar pertanyaannya, ia terpaksa mengakui, sebelum ia mati ia juga berharap Josephine akan hidup dengan bahagia bersama Marco, tetapi sekarang ia hidup kembali, tentu saja ia tidak akan membiarkan istri dan anaknya hidup bersama orang lain.

"Aku tidak peduli transaksi apa yang terjadi di antara kalian, aku harus menemukan Josephine dan Jesslyn, kalau kau tidak memberitahuku juga tidak masalah, aku cari sendiri," ucapnya geram, "Josephine dan Jesslyn adalah milikku, ini adalah kenyataan, tak peduli bagaimana kau menyembunyikan mereka, semua tak ada gunanya, kalau kau merasa tidak tenang, rebut kembali saja nyawaku."

Setelah berkata demikian, Claudius berdiri, sebelum pergi ia melontarkan sebuah kalimat, "Dan lagi, masalah Jesslyn, aku pasti akan mencarimu untuk melunasinya!"

Setelah itu, ia pun pergi.

Henry memandang punggungnya yang semakin menjauh, ia pun tertawa, kemudian menunduk dan melanjutkan pekerjaannya.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu