Istri ke-7 - Bab 190 Pertemuan yang Kebetulan (4)

Claudius memandangnya, lalu menghela napas ringan, "Sepertinya kau lupa perjanjian kita waktu itu?"

"Aku tidak lupa, aku hanya..." air mata Juju mulai mengalir, "Aku hanya tidak ingin menjalani hari-hari yang seperti ini lagi, aku sangat kesepian."

Saat Nenek memaksanya untuk menikahi dengan Claudius 2 tahun lalu, Claudius memberitahunya dengan tegas, bahwa wanita yang dicintainya adalah Josephine, dan mungkin seumur hidup hanya dialah yang dicintainya. Claudius bahkan berkata bahwa meskipun ia menikahi Juju, ia tak bisa mengubah fakta bahwa ia sudah tak mencintai Juju lagi. Ia bisa memberinya pernikahan, tapi ia tak bisa memberinya cinta!

Saat itu Juju hanya ingin menikah dengannya. Ia sama sekali tak peduli tentang cinta.

Namun setelah menikah ia baru menyadari, ternyata berjaga sendirian di dalam istana sangatlah kesepian, ternyata tidak dicintai sangatlah kesepian. Ia adalah seorang wanita, seorang wanita biasa yang punya perasaan, bagaimana bisa tahan dengan hari-hari bersama suami namun tidak terasa seperti memiliki suami begini?

Mengapa jadi seperti ini? Walaupun di hatinya ada orang lain, walaupun ia sudah tidak mencintainya, tapi bagaimanapun ia sudah menikah dengannya, bukankah begitu? Mereka adalah sepasang suami istri namun rasanya seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal?

Sebenarnya di dalam hatinya dia tahu, Claudius masih tidak bisa melepaskan kepergian Josephine sampai sekarang. Claudius masih menganggap bahwa kematian Josephine ada kaitannya dengannya, menyebabkan hubungan mereka tetap asing sampai sekarang.

***

Setelah keluar dari perusahaan klien, Claudius menyetir sendiri mobilnya.

Saat ini ia tidak punya urusan lagi, juga tidak perlu kembali ke perusahaan. Kalau saat bersama dengan Josephine dulu, dia pasti langsung menuju ke vila tanpa pikir panjang. Tapi hari ini, dia sama sekali tak ingin pulang ke rumah.

Rumah itu...baginya sudah lama dingin, sudah lama hampa.

Kini ia hanyalah seperti dewa penjaga rumah itu, hanya penjaga.

Claudius menghentikan mobilnya di percabangan jalan. Ia melihat bahwa saat itu pas jam pulang sekolah. Ia pun memutar mobil dan menuju ke taman kanak-kanak

Di dalam sekolah, Josephine sedang menggandeng Jesslyn keluar dari pintu gerbang sekolah.

Jesslyn berpamitan dengan teman-temannya sambil bercerita tentang kesenangannya di sekolah hari ini pada Josephine. Josephine tersenyum menanggapinya.

Saat keluar dari sekolah, Josephine dipanggil oleh seorang ibu murid. Ia membalik badannya dengan heran. Ibu itu tersenyum padanya dan berkata, "Ibu Qiao, begini, Naura sangat suka melihat lukisan yang kau buat untuk putrimu. Tiap hari dia merengek memintaku untuk melukisnya juga, tapi aku tidak bisa menggambar, jadi aku ingin meminta tolong padamu untuk melukiskan satu untuk putriku. Aku akan membayarnya."

Josephine menunduk melihat anak perempuan yang sedang bermain kejar-kejaran dengan Jesslyn di sampingnya. Dia ingat kalau anak ini berteman baik dengan Jesslyn, ia pun tersenyum, "Tidak masalah."

"Sungguh?" Ibu itu berkata dengan girang, "Kalau begitu berapa harganya? Ibu bilang saja, aku akan bayar sekarang."

"Tidak perlu, anggap saja sebagai hadiahku untuk Naura."

"Aduh, maaf sekali."

"Tidak apa-apa, hanya sebuah gambar saja kok."

"Kalau begitu apa yang harus kusiapkan? Di mana aku harus membeli kertas dan alat gambarnya? Lalu..."

Di saat Josephine sedang berbincang dengan ibu itu, kedua anak mereka berlari makin jauh sampai ke tepi jalan raya.

Claudius baru pertama kalinya datang ke sekolah ini, ia belum familiar dengan keadaan jalannya. Ia sudah berputar beberapa kali demi mencari tempat parkir.

Meski ia sudah memperlambat laju mobilnya, tapi seorang anak tiba-tiba berlari keluar ke jalan raya. Claudius terkejut dan buru-buru menginjak rem mobilnya.

"Aduh...!" Anak itu tergores mobil Claudius sedikit dan terjatuh.

Claudius terkejut, matanya tertuju pada wajah anak itu. Kebetulan sekali, itu adalah anak yang selalu ingin ditemuinya.

Claudius segera tersadar. Ia turun dari mobil dan dengan cepat berjalan, lalu berjongkok di depan anak itu. Ia membantunya berdiri sambil berkata, "Maaf, dik, kamu tidak apa-apa, kan?"

Jesslyn menjawab sambil mengibas-ngibaskan roknya, "Aku tidak apa-apa, tidak sakit sama sekali."

Dia menunduk membersihkan roknya. Rambutnya dikucir dua, lucu sekali. Kulitnya putih bersih, wajahnya cantik, sama persis dengan yang di gambar. Dia benar-benar mirip dengan Juju saat kecil!

Wajah yang semirip ini, bagaimana mungkin tidak berkaitan? Bagaimana mungkin!

"Paman, aku tidak menyalahkanmu, tapi lain kali hati-hati ya saat menyetir," katanya dengan serius setelah selesai membersihkan roknya.

"Baik," jawab Claudius dengan terpaksa.

"Jesslyn," dari belakang terdengar suara Josephine memanggil.

Jesslyn segera menundukkan badannya dan berbisik di telinga Claudius, "Dan juga, jangan beritahu ibu kalau aku tertabrak mobil. Ibu paling tidak suka kalau aku nakal, nanti pantatku bisa dipukul kalau ketahuan."

Baru saja selesai berbicara, Josephine sudah tiba di hadapannya. Ia menarik Jesslyn menjauh dari Claudius dan memarahinya, "Kenapa kau berlari ke tengah jalan? Mau terluka ya?"

Bibir Jesslyn menekuk, ia takut.

Josephine berjongkok dan mengamatinya dengan panik, "Apa kau tertabrak? Sakit tidak?"

Barusan Naura melapor kalau Jesslyn tertabrak mobil. Josephine ketakutan setengah mati sampai wajahnya pucat. Ia langsung meninggalkan Ibu Naura yang cerewet dan berlari ke sini mencari Jesslyn.

"Aku hanya tersenggol sedikit oleh mobil paman ini, tidak apa-apa," kata Jesslyn menenangkan.

Josephine mengamati Jesslyn dengan seksama. Setelah yakin bahwa putrinya tidak kenapa-kenapa, ia baru menghembuskan napas lega. Ia berganti meminta maaf pada Claudius, "Tuan, saya minta maaf sekali, anak ini terlalu bandel."

Ia menundukkan kepala, menunggu jawaban Claudius, tapi yang ditunggu tak kunjung menjawab.

Josephine tak ayal berpikir, apakah dia marah?

Ia mendongak dengan ragu, dan mendapati pria itu sedang menatapnya dengan kaget, matanya tak berkedip. Entah karena sorot matanya yang tajam, atau karena ketampanannya, Josephine merasa sesuatu seketika berkelebat dalam pikirannya.

Perasaan ini sangat aneh. Ia bukannya tidak pernah menjumpai pria tampan sebelumnya, tapi ini pertama kalinya ia merasa tertarik dengan pria, seperti ada magnet khusus dalam diri pria itu.

Tapi Josephine dengan cepat tersadar kembali. Ia merasa canggung dengan tatapan Claudius dan tertawa, "Tuan, saya lihat mobil Anda baik-baik saja, kalau begitu saya pergi dulu, ya."

Setelah berkata begitu ia menganggukkan kepalanya, lalu menarik Jesslyn pergi dari sana.

Ia tak berani tinggal lebih lama, tak berani berpikir macam-macam, ia seperti ingin kabur dari perasaan aneh ini!

"Tunggu sebentar!" Claudius yang sama bingungnya tiba-tiba memanggilnya.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu