Istri ke-7 - Bab 179 Menunggunya Bangun (2)

Dia menghirup nafasnya, dan menyapa Nenek Chen, “Nenek.”

“Ini adalah rumah sakit, apakah sepantasnya kalian bertengkar disini?” Nenek Chen melirik mereka berdua lalu menghentikan tatapannya di wajah Josephine, “Nona Bai, Nona Zhu adalah wanita yang akan dinikahi oleh Claudius, dia lebih berhak untuk berada disini.”

Josephine melirik Zhu, hatinya merasa putus asa, detik ini akhirnya tiba, Zhu akan segera mengantikannya.

Zhu berkata kepada Nenek Chen, “Nenek, kamu jangan berkata seperti begitu dulu, aku pernah mengatakannya, aku akan menghormati pendapat Tuan Claudius, jika dia tidak ingin bercerai, maka......”

“Tidak ada yang berhak untuk mengatakannya, kecuali aku.” Nenek Chen memotong perkataannya.

Zhu terdiam, dia menundukkan kepalanya dan berdiri disana.

Nenek Chen berbalik menatapi Josephine, dia menatapi Josephine dengan galak, “Nona Bai, sudah sampai detik ini, apakah kamu masih tidak mempercayai keberadaan pasangan sejati?”

Josephine terdiam.

“Apakah harus menunggu Claudius kehilangan nyawanya barulah kamu akan putus asa? Barulah kamu akan puas?”

“Tidak, tentu saja bukan.”

“Jika bukan, untuk apa kamu masih berada disini?” Nenek Chen menunjuk kearah lift, “Jika kamu tidak ingin Claudius mati terlalu ganas, maka tolonglah pergi, Keluarga Chen tidak menyambut kedatanganmu, begitu juga dengan rumah sakit ini!”

“Nenek, kamu jangan begini.” Juju Zhu melirik Josephine, “Nona Bai berada disini karena dia perhatian terhadap Claudius, dia tidak berniat jahat.”

“Jika dia tidak berniat jahat, maka dia tidak akan tidak menjaga keselamatan Claudius dan tetap menetap di keluarga Chen.” Nenek Chen menatapi Josephine dengan tatapan marah.

Melihat tatapan tidak suka dari Nenek Chen dan wajah Zhu yang berpura-pura, Josephine akhirnya tidak tahan dan berbalik badan berjalan kearah lift.

Meskipun dia sangatlah khawatir terhadap Claudius, dia sangat ingin menemaninya hingga bangun, namun Nenek Chen tidak memberikan kesempatan kepadanya, bahkan menfitnahnya menggunakan kata-kata yang tidak enak didengar seperti itu, jika bukan karena dia masih cinta terhadap Claudius, dia pasti sudah meninggalkannya.

*******

Setelah keluar dari rumah sakit, cahaya matahari yang hangat menyinarinya, dan sedikit menghangatkan badannya. Dia mengangkat kepalanya dan berhadapan dengan cahaya yang menyinarinya, cahaya menusuk matanya, dan membuatnya menangis.

Dia akhirnya tidak tahan dan menangis.

“Josephine, apakah kamu baik-baik saja?” Susi baru saja sampai di rumah sakit dan mendapatinya menangis didepan pintu, dia lalu bertanya kepadanya, “Tuan Claudius masih belum bangun?”

Josephine menganggukkan kepalanya, dan menatapinya, “Susi, Aku enggan dia mati, namun aku tidak bisa membantunya.”

Susi memeluknya, dan menasehatinya sambil menepuk pundaknya, “Sudahlah, aku tahu kamu khawatir, kita tunggu lagi, mungkin saja dia akan bangun nanti sore.”

Semakin banyak air mata mengalir di wajahnya, Josephine mengelengkan kepalanya dan berkata, “Nenek Chen tidak memberikanku kesempatan untuk menunggunya, dia menyuruhku untuk pergi dari Keluarga Chen, dia sudah menemukan orang yang bisa menggantikanku.”

Mendengar perkataannya, Susi tercengang, lalu memegang tangannya, “Kita rundingkan nanti dirumah.”

Josephine seolah boneka yang kehilangan jiwanya, dia membiarkan Susi menariknya naik keatas mobil.

Setelah pulang ke apartemen, Susi langsung mendorongnya ke ruang tamu, dan meliriknya lalu berkata, “Menurutku yang harus kamu lakukan sekarang adalah mandi dan tidur dulu, kamu lihat tampangmu sekarang, baju kotor dan rambut berantakan, kantong matamu sudah bisa menandingi mata panda.”

Josephine lalu mandi, namun setelah selesai mandi, dia tetap tidak bisa tertidur walaupun sudah terbaring diatas kasur, Susi menyadari bahwa Josephine tidak bisa ketiduran, dia lalu masuk dan bertanya, “Josephine, bagaimana kalau kamu makan sesuatu dulu sebelum tidur? Angie membawakan sandwich kesukaanmu.”

“Iya, kamu pasti tidak bisa ketiduran jika kelaparan.” Angie berjalan masuk dari luar.

Josephine bangkit dari kasurnya, namun tidak turun, dia menyusutkan badannya dan mengelengkan kepalanya, “Aku tidak lapar.”

“Kamu pasti tidak sarapan hari ini, bagaimana mungkin kamu bisa tidak lapar?” Susi menatapinya, dan berkata, “Josephine, apakah kamu pantas seperti ini demi seorang lelaki yang tidak mempercayaimu sama sekali?”

Josephine mengelengkan kepalanya, dia tertawa, “Dia marah, dia melukai dirinya, bukankah karena dia perhatian terhadapku?”

“Jika dia perhatian terhadapmu, dia seharusnya tenang dan menyelidiki hal ini dengan baik, dan tidak salah paham terhadapmu, lalu saling melukai satu sama lain.”

Josephine tiba-tiba mengangkat kepalanya, dan bertanya kepada mereka, “Apakah kalian percaya dengan pasangan sejati? Apakah kalian percaya dengan menikahi pasangan sejatinya, Tuan Claudius akan terlepas dari penderitaannya?”

“Aku tidak mempercayainya.” Jawab Susi.

Angie juga mengerakkan bahunya, “Aku juga.”

“Namun Nenek Chen mempercayainya, bahkan dia menemmukan pasangan sejati Claudius.” Josephine melanjutkan, “Dan apakah kalian tahu siapakah pasangan sejati ini? Ternyata adalah Juju Zhu.”

“Juju Zhu?” Angie tercengang, sejenak kemudian dia lalu berkata, “Mana mungkin? Ini pasti palsu.”

“Aku juga tidak mengetahuinya, yang penting Nenek Chen percaya bahwa dia benar.” Sebenarnya Josephine juga berpikiran mengenai masalah ini, Juju Zhu adalah seorang yang ahli menjebak, ini sama sekali tidak aneh jika dia merencanakan dirinya menjadi pasangan sejati Claudius, namun setelah dipikir ulang, Keluarga Chen sangat mengetahui identitasnya, seharusnya Juju Zhu tidak mampu untuk memalsukannya.”

“Tidak peduli asli ataupun tidak, yang pasti sekarang Nenek Chen hanya mengakuinya.” Susi menghempaskan nafasnya, dan berkata kepada Josephine, “Lalu bagaimana denganmu? Digantikan oleh wanita hina itu? Apakah kamu sudi?”

Angie mengangkat tangannya dan menepuk dahinya, lalu berkata, “Astaga, apalah ini?”

Josephine terdiam sejenak, lalu berkata, “Sebenarnya aku tidak sudi, aku tidak menantikan Tuan Claudius bangun, tidak mendengarkan dia mengatakan cerai, aku tidak sudi. Lagi pula, kalaupun aku harus pergi, ini juga bukan waktunya pergi, jika aku pergi dengan membawa kesalahpahaman seperti ini bukankah aku mengakui perzinahanku dengan Vincent?” dia memeluk kedua lututnya, air matanya mengalir, “Tapi jika kau tidak percaya dengan rumor, dan tidak meninggalkannya, aku akan dijadikan sebagai orang yang mencelakainya, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.”

Meskipun dia tidak pernah mempercayai rumor, namun ketika dia melihat adegan itu di ruang sembahyang keluarga Chen, dan mendengarkan dendam Nenek Chen terhadapnya, dia sedikit teguncangkan, dan sedikit mempercayainya.

Jika bisa membuat Claudius hidup dengan baik, meskipun hanya satu dari sepuluh ribu kesempatan, dia juga bersedia untuk memberikannya!

“Jika kamu tidak sudi, kalau begitu tunggu Claudius bangun dulu saja.” Kata Susi.

“Iya, aku rasa asalkan Claudius tidak mengatakan cerai, maka kalian tidak akan bercerai.” Angie menepuk pundaknya dan menasehati, “Jika Claudius ingin bercerai denganmu, maka dia tidak perlu menunggu hingga sekarang.”

Josephine menganggukkan kepalanya, dan tersenyum kepada mereka, “Maafkan aku, belakangan ini aku selalu membiarkan kalian sedih bersamaku.”

“Apa yang kamu katakan, jika kamu merasa bersalah, maka cepat makan sesuatu, dan tidurlah, jangan membuat kami khawatir lagi.” Susi mengambil sandwhich diatas meja dan memberikannya kepada Josephine.

Josephine memakannya, lalu kembali terbaring dan dengan susah payah akhirnya tertidur.

Mungkin karena terlalu lelah, dia tertidur hingga jam 6, dia terbangun karena dipanggil oleh Susi untuk makan malam.

Susi memberikan perhatian kepadanya, “Apa yang ingin kamu makan? Bagaimana dengan restoran barat Marco? Waktu itu kita juga tidak jadi memakannya.”

Mendengar kata Marco, Josephine bergegas mengelengkan kepalanya, “Tidak, kita makan dirumah saja.”

“Begitu rumit jika makan dirumah, restoran itu dekat dan enak.”

“Claudius tidak menyukai aku bertemu dengan Tuan Qiao.”

“Astaga, sudah saat ini kamu masih saja peduli dengan apakah dia suka atau tidak, dia sudah hampir menikahi istri baru, kamu......”

“Claudius tidak akan menikahi Juju Zhu.” Entah darimana kepercayaan Josephine membuatnya berkata seperti itu.

Tanpa alasan, dia hanya saja mempercayai Claudius, dia hanya percaya kalau Claudius lebih mencintainya dibandingkan mencintai Juju Zhu, jika tidak dia sudah lama bercerai dengan dirinya dan menikahi Juju Zhu bukan?

Susi mengerakkan bahunya, “Baiklah, kalau begitu makan dirumah saja.” Susi memutarkan badannya dan berjalan keluar sambil mengeluh, “Begitu lelah untuk melayani wanita yang putus cinta.”

Dengan cepat Susi menyiapkan makan malam yang sederhana, meskipun Josephine tidak ada nafsu makan, namun dia juga tidak enak membiarkan orang lain sibuk dan khawatir, dia lalu duduk bersama Susi dan memakan masakannya.

Tengah makan, telepon Josephine berbunyi, demi mendapatkan kabar Claudius, dia tidak membiarkan teleponnya menjauh darinya, setelah mendengar dering telepon, dia langsung mengambil telepon yang berada di meja.

Melihat nama Chelsea di layar teleponnya, air mata Josephine berkucuran, namun dia tidak berani menjawabnya.

“Ada apa?” tanya Susi.

“Kabar Claudius, aku takut......” Josephine merengek dengan muka ketakutan, dia takut mendengarkan kabar yang tidak baik, apa yang akan terjadi jika Chelsea memberitahunya Claudius telah tiada? Dia pasti tidak bisa menerimanya!

Melihat Josephine yang ketakutan hingga gemetaran, Susi menasehatinya, “Josephine, jangan berpikiran kearah yang buruk, mana tahu dia ingin memberitahumu bahwa Claudius telah bangun?”

Josephine mengepalkan tangannya, hingga panggilannya akan segera selesai, barulah dia bergegas menjawab teleponnya.

Terdengar suara Chelsea yang senang dari sisi lain, “Kakak ipar, kakak sudah bangun.”

“Benarkah?” tanya Josephine.

“Tentu saja benar. Dia baru saja bangun.”

Hati Josephine yang tergantung akhirnya bisa dilepaskan, dia tidak berencana untuk makan lagi, dan bangkit lalu berkata, “Aku mau ke rumah sakit.”

Mendengar bahwa Claudius telah bangun, Susi juga merasa lega, melihat tampang senangnya Josephine, dia tertawa sambil mengelengkan kepalanya.

Novel Terkait

His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu