Istri ke-7 - Bab 120 Kebetulan bertemu(3)

Sepertinya sekarang Claudius juga tidak berencana memberitahunya alasan dia tidak pulang semalam, Josephine pun hanya bisa tahu diri dan berkata: "Baguslah kalau kamu tidak ada apa-apa, kalau begitu aku tutup dulu."

"Apakah si bayi baik-baik saja?" Claudius bertanya.

"Dia." Shella berpaling melihat bayi yang tidur di kasur kecil: "Dia masih seperti biasa, tidak bisa makan banyak, terlebih lagi terlihat sangat menderita."

Sebenarnya si bayi tidak ada bedanya dengan kemarin, Shella berkata seperti itu hanya berharap Claudius akan pulang lebih cepat hari ini, Claudius di telepon terdiam sejenak, kemudian berkata dengan sedih: "Baiklah, sampai jumpa."

Setelah menutup telepon, Shella mendengar suara ketukan pintu, dia ragu-ragu sejenak baru berkata: "Masuk."

Orang yang mendorong pintu dan masuk adalah Sally, tebakannya benar.

Sally hari ini libur, seharian disini menemani Nenek Tua Chen. Shella benar-benar tidak mengerti Sally, tidak pulang ke rumahnya sendiri, seharian berkumpul disini, apakah dia ada rencana jahat?

Sally tersenyum berjalan ke samping kasur bayi, kemudian membungkuk melihat si bayi: "Nenek Tua Chen ketika tidur siang bermimpi buruk, bermimpi kalau bayi ini sakit, dari tadi menyuruhku naik untuk memeriksa dia."

Sally mendongak dan berpaling melihat Shella: "Anak ini tidak apa-apa kan?"

"Sama seperti biasanya."

"Tadi sudah minum susu?"

"Sudah." Shella menarik sudut bibirnya dan tersenyum kepada Sally: "Oh iya, Sally, aku ada hadiah yang ingin kuberikan kepadamu."

"Aku?" Sally berbalik badan berjalan mendekati Shella, ekspresinya kaget.

"Benar, ibuku beberapa hari yang lalu berlibur ke Turki, membawakanku beberapa kalung rubi." Shella berjalan ke meja samping kasur, kemudian mengeluarkan 3 kotak aksesoris, dia pun membuka kotak itu satu per satu dan menaruhnya di depan Sally: "Membawakanku 3 kalung, untukmu dan Chelsea satu orang satu."

Warna rubi itu terlihat sangat mahal, asalkan orang yang tahu sedikit pasti bisa melihat kalau harganya tidak murah. Kalung ini memang dibawakan Fransiska untuk Shella, tapi tidak dibawa langsung dari Turki, namun dibeli di mall, khusus untuk menyenangkan hati Sally dan Chelsea.

Sebelum ini, Fransiska sudah memeriksa dengan jelas mengenai Sally, dia menemukan bahwa meskipun Sally lahir di keluarga berkecukupan, namun tidak sangat kaya, barang seperti ini seharusnya sangat menggoda untuknya.

Seperti yang diduga, Sally begitu mengambil rubi itu, mengamati rubi itu, matanya langsung terlihat kagum.

Shella diam-diam merasa senang di dalam hati, orang yang rakus harta biasanya sangat mudah ditangani, paling takut kalau dia tidak menginginkan apapun.

"Kalung ini seharusnya sangat mahal?" Sally melihat Shella sebentar dan bertanya.

"Mahal atau tidak bukan masalah, asalkan maksudnya tidak biasa, ini adalah barang asli Turki." kata Shella.

Sally mengangguk, kemudian mengembalikan kalung itu ke kotaknya, kemudian mendorong kotak itu ke depan Shella: "Benar-benar terima kasih maksud hatimu, tapi hadiah ini terlalu berharga, aku tidak bisa menerimanya."

Melihat Sally mendorong kembali hadiah itu, kesenangan Shella tadi langsung menghilang, dia pun langsung berkata: "Tidak apa-apa, lagipula aku juga tidak bisa memakai begitu banyak, kalau kamu merasa cantik, kamu terima saja."

"Sungguh tidak usah, aku biasanya pergi kerja juga tidak boleh memakai hadiah yang begitu berharga, biasanya juga tidak ada kebiasaan memakai aksesoris, lebih baik kamu simpan untukmu sendiri saja." Sally tertawa: "Sebenarnya hadiah tidak usah mahal-mahal, apakah kamu masih ingat souvenir kecil yang kamu belikan untukku ketika kamu ke Surabaya? Aku lumayan suka.

"Kue beri asam dan gantungan kunci kecil, kan? Dulu aku tidak enak hanya memberikanmu itu." Shella berpura-pura tidak enak dan menggaruk kepalanya.

Sally menatapi Shella, senyuman di wajahnya semakin lebar: "Benar, tidak disangka sudah begitu lama kamu masih ingat."

"Tentu saja ingat, tidak termasuk lama."

Sally mengangguk, dia pun berdiri dari kasur dan melihat ke arah bayi di kasur: "kakak ipar, aku keluar dulu, kamu istirahat dengan baik."

Setelah Sally pergi, Shella langsung emosi dan melempar dua kalung itu ke sudut kasur, dia benar-benar tidak pernah ketemu orang yang tidak tahu diri seperti itu.

Tapi setelah dipikir-pikir benar juga, Sally adalah tunangan Joshua, Joshua di rumah keluarga Chen juga termasuk orang yang berkuasa, seberapa susah kalau dia menginginkan satu kalung permata?

Hari ini Claudius benar-benar pulang sangat awal, terlebih lagi dia makan malam di rumah.

Setelah makan malam, baru saja Shella bermaksud bertanya padanya apakah dia bisa menemaninya pergi nonton, tapi Claudius malah berkata: "Aku pulang untuk melihat sebentar kamu dan si bayi, nanti masih mau keluar sebentar."

"Kamu mau keluar lagi?" Shella melihat sejenak jam di dinding, jam 6.30.

"Benar, ada satu pesta alkohol, takutnya ketika aku pulang kalian sudah tidur."

"Pesta alkohol tidak perlu membawa pasangan?" Shella tersenyum berseri: "Aku sudah sangat lama tidak keluar jalan-jalan."

"Malam ini tidak usah bawa pasangan." Claudius berpikir sejenak, kemudian mengangkat tangan Josephine: "Tapi kalau kamu merasa bosan, besok aku bawa kamu keluar jalan-jalan di sekeliling."

"Yang benar?"

Meskipun dia masih sangat takut dengan penyakit Claudius, tapi Claudius yang tidak sedang sakit sangat menarik hati Shella, kalau bisa jalan-jalan diluar dengan Claudius, dia tentu saja merasa senang. Terlebih lagi sekarang yang paling penting adalah memelihara perasaan, dia harus mempergunakan kesempatan ini dengan baik.

*****

Justin duduk di samping meja makan, kedua tangannya menopang dagunya, dengan wajah bosan melihat paha ayam gosong dan hitam yang ada di meja makan, menelan air liurnya dan mengeluh: "Kak, kamu sebenarnya bisa atau tidak? Aku sudah menunggu dari jam 8 sampai jam 9."

"Jangan panik, tinggal 2 menit sudah selesai, kali ini pasti tidak akan gosong lagi." Josephine menenangkan Justin.

Awalnya dia memang tidak begitu bisa masak, ketika dia bertanya kepada Justin apakah dia ingin makan paha ayam yang direbus atau dikuah, si kecil ini malah bilang mau makan yang dipanggang. Menghadapi oven yang sangat asing ini, Josephine benar-benar tidak tahu mau mulai dari mana.

Akhrnya dia pun mencoba dan gagal 2 kali, dia pun mulai percobaan ketiganya.

Setelah 2 menit, Josephie melihat paha ayam yang lebih gosong, dia pun mengusap hidungnya dengan canggung:"Maaf, kakak besok beli lebih banyak, sekaligus membeli sebuah buku resep memanggang dan membuatkan ayam panggang untukmu."

Bibir Justin yang awalnya sudah cemberut semakin cemberut, air matanya memenuhi matanya.

Rose melihat Justin yang sedih, berkata dengan nada menyalahkan: "Aku sudah bilang membawanya pergi makan, kamu memaksa bilang makan di luar tidak bersih, mau panggang sendiri, Justin demi memakan beberapa paha ayam ini tidak makan malam dengan benar, akhirnya....."

Rose menggelengkan kepalanya, memeluk Justin dan menghiburnya: "Justin baik, besok ibu bawa kamu keluar makan."

"Aku ingin makan sekarang." Justin menggeleng tidak senang, dia sudah menunggu memakan ayam panggang dari kemarin malam sampai sekarang, akhirnya yang di dapatnya malah beberapa makanan gosong ini, tentu saja dia merasa tidak senang.

Josephine berpikir, kemudian melihat waktu: "Kalau begitu baiklah, aku bawa kamu keluar makan."

"Yeah! Senangnya!" Justin begitu mendengar boleh keluar makan paha ayam, langsung melompat turun dari kursi.

Josephine sambil merias mukanya sambil mendengar Rose mengomel: "Sudah malam begini masih keluar makan, harus menjaga baik adikmu, jangan sampai hilang, sudah tahu? Terus jangan makan terlalu banyak, nanti panas dalam....."

"Ibu, aku tahu." Josephine mengambil tas dimeja, kemudian membawa Justin keluar.

Di restoran makanan kecil khas barat di dekat apartemen, Josephine membawa Justin makan paha ayam yang enak, dan membelikan banyak makanan kecil lain dan roti untuk sarapan.

Ketika mereka pulang, Josephine yang baru saja melangkah masuk ke lift langsung mencium bau alkohol, namun dia tidak begitu peduli, dia menekan tombol lift.

"Kakak, itu paman yang tinggal setingkat dengan kita." tiba-tiba terdengar suara Justin.

Paman yang tinggal setingkat dengan kita? Josephine berbalik badan dan mengikuti pandangan Justin, sesuai dugaannya, dia melihat Claudius dengan satu tangan memegang dinding, satu tangan lagi memegang sofa untuk menopang tubuhnya yang tidak stabil, jelas baru saja muntah.

Josephine membeku, tanpa sadar berbalik badan membelakangi Claudius.

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu