Istri ke-7 - Bab 281 Kecelakaan Mobil (1)

“Kalau begitu, aku akan menemanimu minum.” Sambil menambahkan arak, Henry sambil berkata, “Tapi jangan minum kebanyakan, gampang merusak kesehatan.”

Henry mengangkat gelasnya dan senyumannya sirna, “Kapan kamu bisa tidak memanggilku Tuan Henry melainkan seperti Josephine memanggil Claudius?”

“Sampai kapan ketika kamu bisa mencintaiku seperti Claudius mencintai Josephine, maka aku akan memanggilmu seperti itu.”

“Aku terus merasa diriku mencintaimu melebihi cinta Claudius kepada Josephine, hanya saja kamu tidak merasakannya saja.” Kata Henry, “Kita jangan ungkit lagi kejadian masa lalu, ok?”

“Baik, tidak mengungkit masa lalu, kita rundingkan masa depan.” Susi memberikan gelas kosong untuk diisikan arak kepada Henry, dan berkata, “Hanya saja masa depan......aku sama sekali tidak yakin, aku tidak mengerti darimana datangnya keyakinanmu.”

“Mungkin karena aku sudah mempunyai tekad untuk mencintaimu seumur hidup.” Kata Henry.

Susi menatapinya, hatinya tetap tersentuh, dia merasa dirinya sudah saatnya untuk memberikan kesempatan kepadanya.

Setiap orang menasehatinya untuk melupakan masa lalu, jangan-jangan benar karena dirinya terlalu keras kepala dan serius?

Dia mengangkat arak digelasnya dan meminumnya.

Henry bergegas merebut gelas dari tangannay, “Sudah cukup, baru sebentar saja kamu sudah minum banyak sekali, kamu tidak boleh minum lagi.”

“Tadi yang aku minum adalah wine, aku masih bisa minum, aku tidak selemah itu.” Kata Susi sambil tersenyum.

“Apakah kamu tahu berapa persen alkohol arak ini?” Henry berkata, “Dasar Claudius si binatang itu, dia mengatakan bahwa sekarang badannya sehat sekali dan mau meminum arak paling keras, dia membawa arak yang dia koleksi selama ini.”

“Benarkah? Arak yang dikoleksinya? Pantas saja rasanya enak sekali.” Sambil berkata, Susi kembali ingin merebut arak dan meminumnya, Henry merebutnya kembali, dan menutup araknya, “Arak ini sangatlah mahal, sisakan sedikit untuk Claudius, kita jangan mensia-siakannya.”

“Dasar pelit.......!” Susi menatapinya dengan tidak senang.

-------

Susi tidak lemah dalam minum arak, namun tidak jago juga, setelah minum dua gelas arak dan beberapa gelas wine, dia awalnya tidak merasakan apa-apa, namun lama-lama dia merasa tidak beres, kepalanya pusing, badannya panas, bahkan berjalan saja dia juga mesti dipangku oleh Henry.

“Aku sudah bilang jangan minum begitu banyak, tapi kamu masih saja tidak mendengarkannya.” Henry mengendongnya dan berjalan kearah parkiran.

“Jika tidak senang bukan namanya minum alkohol.” Susi memegang pipinya, “Kita sama-sama orang sedih, seharusnya kita sama-sama mabuk.”

“Salah, aku sekarang tidak sedih, aku sangatlah bahagia.”

“Benarkah? Tidak kelihatan.”

“Sekarang aku punya orang tua dan anak dirumah, dan masih ada istri muda ditangan, aku sangatlah bahagia.”

“Bohong.......” Susi mengelus dahi Henry, “Lihat saja dahimu ini, kerutannya banyak sekali.”

“Itu karena senyum.” Kata Henry, dia berusaha menopang badan Susi, dan membuka pintu mobil dengan susah payah, setelah menaruhnya didalam mobil, dia mengencangkan sabuk pengamannya.

Setelah itu, dia kembali ke tempat kemudinya, ketika dia menoleh, dia mendapati bahwa Susi sudah sedang tertidur di tempat duduknya, dia tersenyum dan menyalakan mobil meninggakan parkiran.

Sepanjang jalan meskipun Henry berusaha membuat mobil stabil, tapi tetap saja masih ada sedikit guncangan, Susi yang memang suka memilih tempat tidur mengerakkan badannya dan membuka matanya, kedua matanya menatapi Henry yang sedang menyetir.”

Henry meliriknya, dan menyadari bahwa dia sedang menatapi dirinya, lalu tersenyum dan berkata, “Ada apa? Bukankah kamu tidak mencintaimu? Mengapa kamu berlagak akan memperkosaku?”

Susi tersenyum, dia melepaskan sabuk pengaman, dan merangkak dari tempatnya.

“Apa yang ingin kamu lakukan? Cepat kembali ketempatmu.” Henry berkata dengan panik.

“Bisa apa lagi? Tentu saja memperkosamu.” Badan Susi terjatuh kearah Henry.

Tenaganya besar, untung saja Henry sudah bersiap-siap, dia mengontrol stir dengan stabil.

Henry mengerutkan keningnya, dia mendorong Susi kembali ketempatnya dan berkata, ‘Susi jangan berbuat onar, aku sedang menyetir.”

“Aku mau berbuat onar.” Susi kembali merangkak ke badan Henry, dia duduk diatas pahanya, dan kedua tangannya merangkul leher Henry, dan akan menciuminya.

Henry terkejut, dan bergegas menghindar dari ciumannya, sambil berusaha mengendalikan stir mobil, dia berusaha mengulurkan kepalanya untuk melihat jalanan, dia sambil protes dengan panik, “Susi, ini sangat bahaya, cepat duduk dengan baik, sepanjang jalan ini tidak boleh berhenti........ayo........cepat duduk kembali.”

Susi sudah mabuk, dia mana tahu bahaya atau tidak, dia menekan pipi Henry dengan kedua tangannya, dan berkata, “Kamu bilang kamu akan menyayangiku dan mencintaiku........mengapa kamu tidak membiarkanku menciummu? Apakah kamu membohongiku? Cepat bilang.........”

Seusai berkata dia berganti menarik baju Henry.

“Bukan.......”

“Kalau begitu mengapa kamu tidak membiarkanku menciummu......? Apakah kamu mau memberikannya untuk wanita-wanita jalang yang lain? Kamu......kamu cepat bilang!”

“Susi, hentikan!” Henry menangkap lengannya, dan berusaha untuk menurunkannya dari badannya, namun Susi semain memeluk leher Henry dengan erat, seolah seekor sotong yang melekat di badannya, bahkan mulai mengesekkan badannya.

Henry tersiksa karenanya, untung saja jalanan ini mobilnya sedikit dan jalanannya lurus, jika tidak dari tadi sudah kecelakaan.

“Susi......tunggu sebentar......tunggu aku menghentikan mobilnya.” Nada bicara Henry seolah memohon, karena dia sudah hampir tidak tahan lagi.

“aku tidak mau menurutinya.” Kata Susi dengan nada jahat, dan dia semakin ganas.

Akhirnya.......Henry tidak bisa mengontrolnya.

Terdengar suara tabrakan, mobilnya tertabrak di sebuah pohon di pinggir jalan, Henry bergegas memeluk Susi dan mencegah agar dia menabrak stir.

Karenanya, Susi tidak kesakitan, hanya saja badannya tertarik dan kembali memeluk Henry.

“Dasar kamu, ini kamu yang memintanya!” Henry tidak memeriksa mobilnya, dia bergegas menarik rem mobil dan mulai melampiaskan gairahnya.

Awalnya dia tidak ingin melakukannya, namun Susi terlalu menyiksanya, dia sampai tidak mampu melepasakannya!

Setengah jam kemudian, untuk mencegah mobilnya diatarik, Henry bergegas mengakhirinya.

Setelah dia merapikan rok Susi, lalu kembali membawanya kembali ke tempat duduknya, dan memegang mukanya sambil berkata, “Ayo, kita pulang sekarang.”

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu