Istri ke-7 - Bab 75 Melanjutkan Kebohongan (1)

Asisten Yan yang duduk di kursi pengemudi memang bermata tajam, ia menyadarinya lalu bertanya pada Claudius yang duduk di kursi utama, "Eh, bukankah itu Sam dan nyonya muda?"

Mendengar kata-kata Asisten Yan, Claudius melihat keluar jendeka. Ternyata benar mobil Sam dan Josephine melintas di sebelahnya.

"Mengapa mereka datang ke sini?" Tanya Asisten Yan.

Mengapa mereka datang ke sini? Claudius juga ingin tahu.

"Tanya saja Sam maka kau akan tahu," jawab Claudius.

Tanpa sadar, ia ternyata sangat memperhatikan di mana keberadaan Josephine,  sungguh aneh!

Setelah meninggalkan kuburan, mobil Sam dan Josephine berjalan sangat cepat menuju jalan pinggir kota Surabaya, kedua sisi jalan berbaris tanaman yang hijau, memandang keindahan pemandangan itu, hati Josephine perlahan menjadi tenang.

Demi menghindari masalah, ia berkata pada Sam, "Oh ya, jangan bilang Tuan Chen aku pergi ke kuburan."

"Memang kenapa?" Tanya Sam tak paham, setelah menanyakannya ia baru terkejut dan menyadari dirinya kebanyakan bicara, ia pun tergesa-gesa berkata, "Maaf, nyonya muda tenang saja, aku tak akan bilang."

Mungkin karena Josephine tidak memiliki sikap yang benar-benar seperti istri di keluarga Chen. Ia terlalu lembut, hingga Sam sering melupakan posisinya, dan memandangnya sebagai teman.

Untungnya Claudius tidak di sini, kalau tidak habis sudah, Sam dalam hati diam-diam merasa bersyukur.

Di saat itu pula, ponsel Sam tiba-tiba berdering, itu adalah nada dering khusus yang dipasang untuk telepon Asisten Yan. Biasanya karena takut tak mengangkat telepon dan melalaikan tugas, ia mengubah nomor Asisten Yan menjadi kontak utama, jadi setiap mendengar nada dering itu ia bisa langsung mengangkatnya.

Tak terkecuali kali ini, begitu mendengar deringan itu, ia segera menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mengangkat telepon. "Asisten Yan, apakah Anda mencariku?"

"Betul, barusan aku dan Tuan Chen melihat mobilmu di luar kuburan," kata Asisten Yan. Ia tak bicara banyak, hanya menunggu Sam menjelaskan sendiri.

Tak disangka orang yang sedang dibicarakan muncul betulan. Sam menengok pada Josephine, ia menjawab dengan hati-hati, "Oh itu, jadi begini, nyonya muda ingin berkeliling ke berbagai tempat, aku sedang membawanya memutari kota."

"Baiklah kalau begitu," kata Asisten Yan, kemudian menutup telepon.

"Ada apa?" Tanya Josephine setelah mendengar kalimat Sam barusan, ia penasaran, apakah Claudius butuh mobil?

Sam melihat ponsel yang baru ditutupnya, lalu memandang Josephine dengan serius, "Asisten Yan bilang ia dan Tuan Chen barusan melihat mobil kita."

Josephine tersentak, Claudius melihatnya? Mengapa ia malah tak merasakan apapun? Tak mungkin Claudius melihatnya mendatangi makam nenek kan?

Lagipula… Kenapa ia bisa datang ke sini? Ini adalah tempat paling terpelosok di Surabaya, tak mungkin ia ke sini untuk menyelesaikan urusannya kan.

"Nyonya muda, aku bisa membantumu berbohong. Tetapi kalau Tuan Chen bertanya lagi, anda juga harus melanjutkan kebohonganku ya," kata Sam dengan khawatir, kemarin malam baru saja ia dengan susah payah tidak dipecat, ia tak ingin dipecat karena masalah hari ini.

"Tenang saja, aku tidak akan membocorkannya," kata Josephine menyetujuinya.

"Hehe, baiklah kalau begitu," kata Sam sambil tertawa, ia pun merasa tenang.

*****

Claudius melihat bunga lily segar di depan batu nisan, kemudian melihat sekelilingnya, selain dia tak ada siapa-siapa lagi.

Bunga ini jelas baru ditaruh hari ini. Siapa yang mungkin menaruhnya?

Ia menunduk dan menata bunga lily di pelukannya di depan batu nisan, kemudian mundur selangkah, ia membungkuk hormat di hadapan batu nisan itu, dan berkata, "Maaf…"

Sepatah kata yang singkat, tetapi mengandung permintaan maaf yang besar.

Langsung ataupun tidak langsung, kematian Nenek Zhu adalah perbuatannya.

Saat ia kembali ke mobil, Asisten Yan melapor, "Tuan Chen, aku sudah menanyakan pada Sam, ia bilang mereka datang karena nyonya muda ingin jalan keliling."

Claudius terdiam, hanya untuk jalan-jalan?

Sebenarnya saat tadi ia melihat bunga lily di depan batu nisan itu, ia memikirkan Josephine, tetapi sepertinya Josephine tak punya alasan untuk memberi nenek bunga. Sekarang mendengar asisten bicara demikian, ia juga tak menaruh kecurigaan pada Josephine, namun ia merenungkannya dalam-dalam.

Kemarin setelah melihatnya bayangannya di daerah perbelanjaan, mungkinkah ia sudah kembali? Apa Juju akhirnya kembali?

Sekembalinya dari kuburan, Claudius langsung kembali ke hotel.

Begitu memasuki ruang tamu, Claudius melihat Josephine duduk di sofa, ia sedang memasang cincin di jarinya, ia nampak sangat gembira.

Melihat Claudius  datang, Josephine segera mengangkat tangannya, dengan senyum lebar berkata, "Lihat, cincin di bar itu sudah dikirim."

Claudius mendatanginya dan mengambil cincin itu darinya, ia mengamati dua lingkaran tembaga yang usang itu, bagian dalam cincin itu terukir dua nama orang.

Yang satu "Bai", satunya "Chen".

"Dan fotonya juga sudah dikirim," kata Josephine sambil mengambil album foto di sofa dan menyodorkannya pada Claudius. Itu adalah foto 2 orang yang berciuman, sudut pengambilan foto dan warna foto itu bagus sekali.

Claudius melempar cincin itu kembali pada Josephine, tak lupa ia dengan tak gembira melontarkan kata-kata, "Hanya karena cincin semacam ini haruskah kau segembira ini?"

"Kenapa? Aku merasa cincin ini imut sekali," ujar Josephine sambil memasang salah satu cincin di jarinya, dengan puas memandanginya, kemudian menaruh cincin satunya di dalam kotak. "Kalau kau tidak mau berikan padaku, aku mau."

Claudius tak ada pikiran untuk menyimpannya, jadi ia setuju saja dengan Josephine.

Awalnya ia mau pergi dan naik, tetapi baru saja melangkah, ia menengok kembali pada Josephine dan dengan perhatian bertanya, "Hari ini jalan ke mana saja?"

Josephine dari awal sudah menebak Claudius akan bertanya, jadi ia juga sudah menyiapkan jawaban untuknya. Tangannya tetap mengutak-atik cincin itu, ia berkata, "Pergi berputar-putar cari angin, ke mana saja boleh."

Claudius kembali melangkah dan naik.

Begitu sosoknya sudah tak terlihat, Josephine meletakkan kedua tangannya, memandang ke arah perginya Claudius dan menghembuskan nafas lega, untungnya ia tak bertanya lebih lanjut, kalau tidak ia benar-benar tak tahu harus menjawab apa.

*****

Novel Terkait

The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu