Istri ke-7 - Bab 133 Konflik (3)

Apalagi yang dapat dia lakukan selain memendam amarahnya?

“Aku tahu kamu akan mengerti, dan hanya kamu yang seperti ini, yang pantas menyandang status Nona Muda Keluarga Chen.” Claudius Chen membuatnya duduk di kursi meja makan, lalu duduk di hadapannya.

Gerakannya sangat elegan, dengan perlahan dan anggun dia mulai membuka sarapan yang dibawanya, lalu meletakkan sup ayam hitam di hadapan Shella.

“Terima kasih.” Shella Bai mengambil sendok dan meminumnya, rasanya sangat enak, Shella merasa sangat senang.

“Enak tidak?” Claudius Chen bertanya sambil melihatnya.

“Enak.”

“Bagus kalau begitu.” Claudius Chen menunduk dan memakan mie miliknya.

Beberapa saat setelah Shella Bai makan, dia mengangkat wajah mungilnya melihat Claudius Chen dan bertanya:” Oh ya, Tuan Muda, beberapa hari lagi adalah hari pernikahan Vincent dan Josephine, apakah kamu akan menemaniku menghadirinya?”

Claudius Chen mengangkat kepala, setelah melihat Shella beberapa saat, dia menanggukkan kepala dan tersenyum :”Tentu saja.”

“Benarkah?” Shella Bai tidak menyangka dia akan setuju, Shella langsung merasa senang.

Dia ingin Claudius Chen menyaksikan sendiri kebahagiaan Vincent Lee dan Josephine Bai, dengan begini kelak Claudius tidak akan tergoda oleh Josephine Bai lagi.

“Hmm, meskipun aku tidak melihat muka adikmu, tapi aku harus melihat muka Vincent kan?

“Benar, yang kamu katakan benar.” Shella Bai merasa sangat senang, setelah meminum satu suapan supnya dia lanjut bertanya:” Kalau begitu menurutmu apa yang harus kita berikan kepada mereka sebagai hadiah pernikahan?”

“Hadiah pernikahan……” Claudius Chen bergumam: ”Hal ini serahkan saja kepadaku.”

“Hmm, baik.”

Mereka makan sarapan bersama, setelah keluar dari ruang makan, Claudius Chen tiba-tiba berbalik, memeluk pinggangnya dan mendekatkan tubuh mereka, wajahnya penuh senyuman ambigu:” Sayangku, bagaimana kalau kita melanjutkan hal yang belum kita lakukan semalam?”

Jika dulu, dia akan sangat senang mendengar perkataannya ini, tapi hari ini…….

Dia hanya dapat berpura-pura malu dan menggelengkan kepala, tangannya memain-mainkan dasi di depan dada Claudius: ”Kamu masih harus pergi kerja, hati-hati terlambat.”

Bagian bawah tubuhnya yang disiksa oleh Lawson semalam sampai sekarang masih sangat sakit, biarpun sangat menginginkan anak, juga tidak dapat melalui penderitaan ini dua kali. Terlebih seluruh tubuhnya sekarang penuh dengan bekas ciuman yang ditinggalkan Lawson, bagaimana jika Claudius Chen melihatnya?

“Kamu yakin?” Claudius Chen bertanya lagi sambil tertawa.

Shella Bai menganggukkan kepala.

“Baiklah kalau begitu, aku pergi ke kantor dulu.” Claudius Chen mencium dahinya, setelah melepaskan ciumannya dia berbalik dan berjalan menuju pintu.

Melihat mobil Claudius Chen meninggalkan pekarangan rumah, Shella Bai akhirnya berjalan mundur dengan hancur dan akhirnya duduk diatas sofa. Lalu mengeluarkan HP dari kantongnya dan menelepon Fransiska Ya.

Dari telepon terdengar suara Fransiska Ya, Shella Bai langsung menangis pilu.

“Shella, ada apa denganmu?” mendengarnya menangis Fransiska Ya langsung tahu semalam gagal lagi, tapi dia tidak melanjutkan bertanya dengan detail, tapi berkata kepadanya:” Shella, kamu jangan menangis dulu, jika ada yang ingin dikatakan kita bicarakan lagi setelah ibu pulang.”

“Ibu, cepat kemari, aku sangat sedih sendirian disini…….”

“Dimana Claudius Chen? Semalam dia tidak pulang?”

“Sudah pulang.”

“Kalau begitu apa yang perlu ditangisi.” Fransiska Ya sepertinya memiliki urusan penting , dia segera mengalihkan pembicaraan: ”Shella, tadi ayahmu pingsan di ruang rapat, aku sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.”

Mendengar ayahnya pingsan, Shella Bai segera menghentikan tangisannya, dan bertanya setelah menarik ingusnya: ”Ibu, ada apa dengan ayah?”

“Kata Asisten Huang dikarenakan krisis keuangan di perusahaan belakangan ini, jadi beberapa hari ini ayahmu sibuk dari pagi hingga malam, dan membuat dirinya pingsan karena kelelahan.”

“Kenapa bisa terjadi krisis keuangan di perusahaan?” Shella Bai berdiri dari sofa, kembali ke kamar untuk mengambil tasnya dan bersiap-siap keluar rumah.

“Tidak tahu, aku tidak tahu apa-apa.”

“Ibu, nanti kita bicarakan lagi, di rumah sakit mana? Aku akan segera kesana.”

“Rumah Sakit Siloan.”

Setelah Shella Bai mencatat alamatnya, dia segera menutup telepon dan berjalan menuju pintu.”

******

Setelah menjalani pertolongan selama satu jam, akhirnya Justin di bawa keluar dari ruangan UGD.

Josephine Bai yang sedang merangkul Rose sambil menenangkannya. Saat melihat dokter keluar dari ruangan UGD, ibu dan anak itu segera menghampiri. Rose menggenggam tangan Justin sembil memanggil namanya dengan khawatir, Josephine Bai segera bertanya kepada dokter:” Dokter, bagaimana keadaan adik saya?”

Setelah dokter melihat Justin dia berkata, dengan wajah serius: ”Kondisinya tidak terlalu baik, perlu menjalani pemeriksaan di rumah sakit selama satu minggu.”

“Tidak terlalu baik?” mendengar pekataan dokter, Rose langsung menangis.

“Bagaimana dengan operasi? Apakah dengan operasi dapat menyembuhkannya.” Josephine bertanya dengan khawatir.

Setelah berpikir dokter mengatakan:” Kemungkinan operasi hanya lima puluh persen, dan juga harus dilakukan secepatnya, jangan khawatir, kami akan mengurus semuanya.”

Setelah dokter selesai mengatakannya, dia mendororng Justin menuju kamar pasien.

Josephine menggandeng tangan Rose, dengan nada suara pelan menenangkannya: ”Ibu, jangan menangis, bukankah dokter mengatakan masih memiliki kesempatan jika menjalani operasi.”

“Hanya berkemungkinan lima puluh persen, bagaimana mungkin aku tidak khawatir.” Rose menghapus air mata di pipinya, menangis karena khawatir.

Josephine Bai tidak tahu harus bagaimana menenangkan ibunya, jadi lebih baik dia diam, dan ikut berjalan menuju kamar pasien.

Saat mereka berjalan menuju departemen kardiologi, tanpa sengaja Rose melihat Wiliam Bai dan keluarganya, Fransiska Ya dan Shella Bai berada di kedua sisi Wiliam Bai memapah dirinya yang telihat sangat lemah.

Merasakan langkah kaki ibu berhenti, Josephine Bai melihatnya, dan ikut melihat ke arah pandangannya, dan keluarga di hadapannya itu juga sedang melihat kearah mereka.

Saat mereka saling menatap, hati setiap orang perlahan menjadi tidak tenang.

William Bai dan Rose saling bertatapan sangat lama, siapapun tidak berpikir ingin mengalihkan pandangannya.

William Bai yang ada di hadapan mereka tidak lagi penuh semangat seperti biasanya, rambutnya yang selalu tersisir ke belakang terurai di sudut dahinya, ditubuhnya mengenakan pakaian pasien dan tubuhnya terlihat tidak bertenaga, bahkan energi di matanya juga banyak memudar.

Josephine Bai jarang bertemu dengannya, tapi ini pertama kalinya dia melihatnya lemah tak berdaya seperti ini, tapi dia tidak merasa kasihan kepadanya, dia menarik tangan ibunya berbalik pergi sambil berkata:”Ibu, kita pergi.”

Barulah Rose mengalihkan pandangan matanya dari William Bai, dan mengangguk: ”Baik.”

“Tunggu sebentar.” William Bai memanggil mereka ibu dan anak, dia berjalan maju dan mengamati mereka, akhirnya dia mengalihkan pandangannya ke Rose dan bertanya dengan khawatir:” Rose, apakah kamu baik-baik saja? Sekarang tinggal dimana?”

Rose membalikkan badan, tidak berani melihat Fransiska Ya dan Shella Bai, melihat kekiri dan kekanan merasa tidak nyaman: ”Lumayan baik, sekarang tinggal di apartment River View.”

Josephine Bai segara menarik lengan ibunya, tapi tidak dapat menghalangi ibunya membocorkan rahasia ini.

Josephine segera melihat Shella Bai, raut wajah Shella Bai berubah, dan memberikan tatapan mata yang dingin: ” apartment River View? Kalian tinggal di apartment River View?

Josephine Bai membisu, tidak menghiraukannya dan menarik lengan ibunya dan pergi.

Saat ibu dan anak itu berbalik dan berjalan menuju departemen kardiologi, Fransiska Ya tiba-tiba berputar dari sisi yang satunya dan menghalangi mereka, lalu mengangkat tangan ingin menampar Rose.

“Apa yang ingin kamu lakukan?” Josephine Bai dengan cepat menghalagi tamparannya, dengan marah berkata kepadanya ”Nyonya Bai lebih baik kamu jaga sikapmu, ibuku bukan budakmu yang dapat kamu pukul sesuka hatimu!”

Fransiska Ya dengan marah menunjuk-nunjuknya:” Aku beritahu kepadamu, manusia rendah! Ibumu bahkan tidak pantas menjadi budakku, dia adalah pelacur yang tidak tahu malu, saat dia muda dia menggoda pria dimana-mana, sekarang sudah tua masih tidak tahu menghormati diri sendiri........”

“Cukup!” dengan marah Josephine Bai memotong perkataannya.

“Fransiska Ya malah tertawa sinis:” Ada apa? Apakah tadi kamu tidak melihat saat ibumu bersikap murahan? Sudah setua ini masih berpikir untuk berebut suami denganku? Masih berani memiliki hubungan tidak jelas dengan suamiku?”

Saat mengingat tadi William Bai dan Rose saling bertatapan, saat mengingat Rose memberitahu tempat tinggalnya kepada William Bai, Fransiska Ya sangat ingin maju dan mencabik-cabik Rose.

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu