Istri ke-7 - Bab 246 Tidak Bisa Merelakannya (2)

"Susi, kamu jangan panik." Josephine tersenyum: "Walaupun perbuatan tuan muda Qiao sangat kejam, tapi melihat Jesslyn baik-baik saja, aku pun sudah memaafkannya. Lalu melihat Claudius yang hidup kembali, aku bahkan mulai berterima kasih dia menukar Jesslyn, kalau tidak Claudius mungkin tidak bisa hidup.

Waktu itu kalau bukan Henry Qiao yang menyembunyikan Jesslyn, Shella Bai pasti tidak akan melepaskan Jesslyn, Jesslyn juga tidak bisa hidup sampai sekarang, kalau tidak ada Jesslyn, Claudius juga sudah mati.

Jadi dia sudah memaafkannya, dari dulu sudah memaafkannya!

Sekarang bagaimana keadaan Claudius?" Susi akhirnya menyadari kalau dari tadi dia belum menanyakan keadaan Claudius, dia pun menarik rasa penasarannya dan bertanya.

"Tuan muda Qiao bilang setidaknya butuh satu bulan baru bisa sadar." Membicarakan Claudius, ekspresi Josephine pun berubah.

Sekarang yang paling dia khawatirkan adalah Claudius dan janji dia dengan Henry Qiao.

"Henry Qiao sendiri yang menangani Claudius?" Susi kaget.

"Benar, makanya aku berterima kasih kepadanya."

"Tidak salah, dia tidak sebaik itu." Susi menatapnya dan bertanya: "Jujur padaku, dia pasti memberi persyaratan kepadamu?"

Josephine memandangnya, dia merasa sedih dan menunduk: "Sebenarnya asalkan tuan muda Chen bisa hidup kembali, apapun aku bisa terima."

"Sebenarnya apa persyaratan yang dia berikan? Beritahu aku, mungkin aku bisa membantumu?"

"Dia menyuruhku kembali kepada Marco." Josephine berkata: "Susi, aku sendiri yang rela bertukar dengannya."

"Masalah perasaan bagaimana mungkin dia jadikan sebagai persyaratan?"

"Aku tahu dia melakukannya demi Marco, Marco sudah melakukan banyak untukku, aku juga sudah mengkhianatinya."

"Tapi orang yang kamu cintai itu Claudius, kalian masih ada Jesslyn, kalau kalian berpisah bagaimana dengan Jesslyn? Ikut dengan kamu atau Claudius, aku takut kalian pasti tidak akan merelakannya bukan?" Susi bingung.

"Ini... Hanya bisa kujalani setahap demi setahap." Kata Josephine pasrah.

Henry Qiao sama sekali tidak memberikan kesempatan untuknya memikirkan hal ini, saat itu dia hanya ada satu pilihan, yaitu menolong Claudius.

Dia tidak ingin melanjutkan ini lagi, dia pun memutar topik bicara: "Bagaimana dengan kamu Susi? Kabarmu akhir-akhir ini baik-baik saja kan? Kali ini pulang apakah akan pergi lagi?"

Susi tidak menjawabnya, tapi mengulurkan tangan dan memegang tangannya, merasa bersalah dan berkata: "Maaf ya, Josephine, aku tidak tahu ternyata kamu masih hidup, aku juga tidak tahu kamu menghadapi begitu banyak kesulitan, sebagai teman baikmu, seharusnya aku cepat pulang dan menemanimu, membantumu menyelesaikan masalahmu."

Josephine menggeleng: "Semuanya sudah berlalu, saat-saat yang paling sulit pun sudah akan berakhir, aku sudah tidak merasa sedih?"

"Bukannya Henry masih menginginkanmu kembali bersama Marco? Kamu pasti tidak berani ingkar janji?"

Josephine pun tersenyum pahit, Henry Qiao sudah mengatakan dengan jelas, kapan Claudius akan sadar itu semua tergantung keputusannya, saat dia kembali bersama Marco, saat itu pulalah Claudius akan sadar, mana berani dia ingkar janji? Henry Qiao juga tidak bodoh, memberi kesempatan kepadanya untuk ingkar janji?

"Josephine, kamu jangan takut, aku akan membantumu menasehati Henry Qiao." Kata Susi.

"Menasehatiku apa?" Tiba-tiba terdengar suara Henry Qiao dari belakang.

Mereka yang berada di tangga pun menoleh kesana, melihat Henry Qiao berjalan pelan dari bawah ke atas, tangannya dimasukkan di saku, wajahnya tersenyum tapi membuat mereka merasa sedikit takut.

"Tuan muda Qiao." Josephine melihat Henry Qiao lalu melihat Susi, dia pun tersenyum canggung.

Henry Qiao pun langsung berjalan ke hadapan Susi, memegang dagunya dan tersenyum sinis: "Gerakanmu cepat juga, sebentar saja kamu sudah sampai di rumah sakit."

Susi mengangkat tangannya dan melepaskan tangannya, lalu bergerak mundur dan melototinya: "Kebetulan sekali kamu datang, aku ingin bicara denganmu."

"Tentang apa? Tentang Claudius?" Henry Qiao pun tersenyum dan menaikkan bahunya: "Sayang, aku juga ingin bicara denganmu, tapi disini tidak cocok, kita bicarakan nanti di rumah ya."

Henry Qiao pun menarik tangannya dan memeluknya, lalu berbisik di telinganya: "Kebetulan suamimu ini merindukanmu."

Susi merasa jijik dipeluk olehnya seperti ini, tapi demi mencari tahu masalah ini dia pun menahannya dan berkata kepada Josephine: "Josephine, aku pulang dulu ya, besok aku datang lagi."

"Besok?" Henry Qiao mengerutkan alisnya: "Besok kamu masih mau datang?"

Pegangannya ke pundak Susi semakin erat, Susi pun menatapnya dengan sinis, lalu mendorongnya dan berjalan ke bawah.

Josephine melihat mereka berdua berjalan pergi, hanya bisa menghela nafas, tidak tahu pasangan ini akan terus-terusan begini sampai kapan.

-----

Josephine kembali ke kamar, melihat kakak He yang membereskan barang, dia pun berjalan kesana dan bertanya: "Nenek sudah mau keluar rumah sakit?"

Kakak He mengangguk: "Iya, nenek tidak terbiasa tidur disini, setiap malam dia tidak bisa tidur, sekarang dia ingin pulang."

"Tapi dokter sudah bilang, nenek setidaknya harus nginap di rumah sakit setengah bulan baru boleh keluar."

Nenek yang sedang menemani Jesslyn menggambar di balkon pun menoleh dan berkata: "Lukaku sudah membaik, aku juga tidak sakit lagi, lagipula di rumah juga ada dokter." Dia tersenyum dan mengelus kepala Jesslyn: "Di rumah sakit banyak virus, ketahanan tubuh Jesslyn juga pasti menurun karena pengambilan darah yang banyak, aku sekalian bawa Jesslyn istirahat di rumah."

Josephine mendengarnya, pun menjerit pasrah: "Nenek..."

"Kenapa? Tidak baikkah? Udara disana bagus, tempat juga luas."

"Sudah kubilang, saat itu syarat Henry Qiao menyetujui untuk menolong tuan muda adalah..." Dia melihat Jesslyn, lalu menarik nafas dan berkata: "Saat itu aku tidak ada pilihan lain, aku terpaksa menyetujuinya."

"Tapi Jesslyn itu darah dagingku." Nenek memeluk Jesslyn: "Bagaimana mungkin aku membiarkan Jesslyn menjadi milik keluarga Qiao, kenapa mereka sembarangan begini? Orang dewasa direbut, anak kecil juga mau direbut."

"Nenek, jangan katakan ini di depan Jesslyn." Kata Josephine.

Nenek melihat Jesslyn, dan tidak rela: "Susah payah aku mendapatkan seorang cucu buyut, aku tidak rela..."

Josephine tentu tahu dia tidak rela, dia pun berjalan dan menjongkok di depan nenek, menatapnya dan berkata: "Nenek, kalau saat itu kamu disana, kamu juga memilih untuk menolong Claudius bukan? Aku tidak salah bukan?"

"Kamu tidak salah, tapi... aku tidak rela." Nenek pun menangis.

Josephine tahu dia tidak rela, juga tahu kadang-kadang dia juga hanya akting saja, tujuannya adalah mengambil Jesslyn, tapi dia tidak bisa menentukan hal ini. Nenek pun mengangkat kepalanya dan berkata: "Josephine, kalau tidak kamu katakan kepada keluarga Qiao, biarkan Jesslyn di Jakarta saja boleh?"

Josephine kaget, lalu mengangguk: "Baik, aku akan bicara kepada mereka."

Jesslyn melihat nenek yang sangat sedih, dia pun mencoba menenangkannya: "Nenek buyut jangan nangis dong, Jesslyn pasti akan sering datang melihatmu."

Nenek pun mengusap air matanya, dan berkata: "Anak bodoh, kamu tidak ngerti ya, nenek buyut ingin setiap hari bsia hidup denganmu, bukan setahun sekali."

"Jesslyn, kamu tidak ingin tinggal bersama ayah?" Nenek mengusap rambutnya dan bertanya.

Jesslyn pun mengangguk dan berkata: "Tapi aku lebih ingin tinggal bersama ayah Marco dan ibu."

"Ayah Marco bukan ayahmu yang sebenarnya."

"Tapi ayah Marco menyayangiku, dia baik kepadaku."

"Nenek..." Josephine pun memotongnya dan berkata: "Jesslyn sekarang masih tidak tahu membedakan hubungan ini, lagipula... dia sudah terbiasa hidup bersama Marco Qiao."

Sejak berumur satu tahun Jesslyn sudah hidup bersama Marco Qiao, kalau langsung pergi, bukannya terkesan tidak berperasaan? Ini juga tidak cocok dengan sifat Jesslyn.

Nenek mengangguk lalu bertanya: "Lalu apa rencanamu? Mengantarnya pulang ke rumah keluarga Chen?"

"Untuk sementara pulang ke rumah Marco dulu, tapi nenek tenang saja, setelah Claudius sadar, aku akan berdiskusi dengan Marco untuk mengantar Jesslyn kembali, aku percaya Marco juga pasti akan setuju." Kata Josephine.

Josephine menggandeng tangan Jesslyn dan tersenyum: "Sayang, ibu akan mengantarmu pulang ke rumah ayah Marco ya nanti, kamu harus banyak istirahat oke?"

"Ibu, aku ingin menemanimu disini dan menunggu ayah bangun."

"Tidak boleh." Josephine menggeleng: "Di rumah sakit tidak bersih, Josephine tidak boleh terus-terusan disini, lagipula ibu ingin menjaga ayah juga mau menjaga Jesslyn, ibu pasti kewalahan."

"Oke deh." Jesslyn mengangguk dan menatapnya: "Ibu juga hati-hati, jangan sampai terkena virus."

"Makasih, ibu pasti akan hati-hati." Sikapnya yang baik dan perhatian itu selalu membuat Josephine terharu, dia pun memeluknya dan mengelus kepalanya: "Kalau begitu kita pergi melihat ayah dulu baru pulang oke?"

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu