Istri ke-7 - Bab 157 Dunia Milik Berdua (1)

“Ia bilang kakak dan kak Vincent hanya main rumah-rumahan, bukan menikah sungguhan, ia bilang kakak iparku hanya satu, yang bernama Claudius."

"Kamu," ujar Rose marah besar, "Sudah kubilang berapa kali, jangan berkata seperti itu pada Tuan Chen. Tidak boleh membahas tentang Vincent di hadapannya, apa kau ini mau membahayakan dirimu dan kakakmu?"

"Apanya, kakak ipar tidak sepelit yang kau bilang."

"Kau cuma belum pernah melihat tampang marahnya, ia..."

"Sudahlah, bu," kata Josephine memutus kalimat ibunya yang panik itu sambil tersenyum. Ia menepuk punggung tangan ibunya, "Jangan salahkan Justin, ia masih kecil, tidak mengerti apa-apa. Lagipula benar kata Justin, Claudius tidak menakutkan seperti yang kau pikirkan."

"Ia bahkan menginjak keluarga Bai sampai tahap ini, masih tidak seram?"

"Itu karena keluarga Bai merugikannya duluan," ujar Josephine yang sebenarnya juga sangat terkejut, Claudius ternyata tidak marah? Ia bahkan bisa membayangkan bagaimana wajah Claudius saat Justin menanyakan itu.

Apakah karena ia masih kecil, sehingga tidak memperlakukannya seperti yang lain?

"Omong-omong tentang ini, aku benar-benar heran, Claudius ternyata dengan begitu mudahnya memaafkanku," katanya pada Rose, "Bu, apakah kau berkata sesuatu padanya? Tentang masalah aku dan Shella ini?"

"Tentu saja," kata Rose dengan wajah ketakutan, "Saat itu ia menangkapku dan Justin saat keluar dari rumah sakit, aku terkejut sekali sampai tak bisa melupakannya, aku takut ia akan memperlakukanku seperti keluarga Bai, aku berlutut padanya agar ia memaafkanmu dan Justin. Saat itu ia tak mendengarkan apapun, juga tak bersedia mendengarku, hingga pertemuan selanjutnya ia baru sedikit lebih tenang, ia bicara padaku, memberiku kesempatan untuk menjelaskan. Kemudian aku mengatakan semua padanya."

Rose menarik napas pendek lalu melanjutkan, "Saat itu ia tak bicara apapun, aku juga tak tahu ia percaya atau tidak, ini kali ketiga aku bertemu dengannya, ia bilang ia mau membawaku dan Justin untuk bertemu denganmu, kukira..."

Ia menarik selembar tisu dan mengusap butiran keringat di dahinya. "Josephine, cepat katakan padaku ini bukan mimpi, katakan padaku ini bukan cara lain untuk membalas kita."

"Bu, ini bukan mimpi," kata Josephine, ia merangkul bahu ibunya, "Semua salahku, membuatmu dan Justin ketakutan berkali-kali, namun tenanglah, Claudius benar-benar memaafkanku, ini bukan cara untuk balas dendam."

Josephine terpaksa mengakui, barusan saat ia mendengar Rose berkata demikian, hatinya tersentak. Kenapa ia tak pernah berpikir Claudius kemungkinan berpura-pura? Apakah ia terlalu mempercayai Claudius?

Tidak, Claudius tak mungkin begitu, tak perlu seperti itu.

Kalau ia mau membalas Josephine, tetap mengurungnya di vila kecil dan membiarkan nyawa Justin hilang begitu saja bukankah cukup? Untuk apa ia mengeluarkan usaha sebesar ini?

"Bu, Claudius bukan orang yang tidak tahu baik dan buruk, jangan takut sendiri, oke?"

"Benarkah?"

"Benar," kata Josephine tersenyum lalu memegang kalung permata di lehernya, "Lihat, ini adalah hadiah yang ia berikan tadi pagi, sangat kelihatan ia memilihnya dengan sepenuh hati, kemudian penyakit Justin juga sudah sembuh bukan? Bahkan ia memberi kalian rumah sebesar ini untuk pemulihan Justin."

"Sepertinya ia mempercayai kata-kataku,"gumam Rose.

Josephine mengobrol dengan ibunya selama 1 jam lebih, lalu menemani Justin main sebentar, kemudian tiba saatnya untuk tidur.

Justin menempel pada Josephine dan berkata, "Kak. Sudah lama sekali aku tidak tidur denganmu, malam ini aku mau tidur denganmu."

Josephine dengan penuh rasa sayang mengelus kepalanya. "Baiklah."

"Ehem," terdengar suara deheman dari tangga, Claudius berkata sambil berjalan turun, "Justin, kakakmu cuma boleh tidur dengan kakak ipar, ini peraturan."

"Kenapa? Aku kan ingin tidur dengan kakak."

"Aku lebih ingin daripada kamu," kata Claudius menggenggam lengan Justin, lalu dengan nada memerintah yang kuat berkata, "Kalau kau tidak menurut, ke depannya aku tidak akan mengizinkanmu bertemu dengan kakakmu."

Josephine tak tahan melihatnya, ia pun buka mulut, "Claudius, jangan begitu, hanya semalam saja."

"Semalam juga tak boleh, ini merupakan prinsip dasar," jawabnya lalu memerintah Justin lagi, "Cepat tidurlah."

"Justin, dengarkan kata kakak ipar," kata Rose maju ke sebelah Justin, lalu berkata pada mereka berdua, "Aku bawa Justin tidur dulu, kalian juga tidurlah lebih awal."

"Selamat malam ibu, selamat malam Justin."

"Selamat malam kakak dan kakak ipar," ujar Justin sambil mengembungkan mulutnya dan melambaikan tangan pada mereka, kemudian kembali ke kamar mengikuti Rose.

Setelah mereka baru saja pergi, Josephine menepuk dada Claudius, lalu ia mengomel pelan, "Galak sekali kepada Justin!"

Claudius dengan tidak setuju menangkap tangan kecilnya. "Bukankah barusan sudah kubilang itu adalah prinsip dasar, siapa yang berani merebut istriku, aku tak akan segan-segan terhadapnya."

Josephine memutar mata, ia kehabisan kata-kata. "Justin itu adikku, lagipula ia hanya anak kecil."

"Bahkan adik perempuan kandung pun tidak boleh, apalagi adik laki-laki, siapa suruh aku cuma punya 1 istri?" Ujar Claudius sambil memikul Josephine, Josephine berteriak pelan, dengan panik merangkul lehernya.

"Turunkan aku, hati-hati dilihat ibu dan Justin."

"Kalau mereka lihat memang kenapa? Kita kan suami istri yang sah," kata Claudius mendekap erat tubuh Josephine, kemudian naik ke lantai dua.

Josephine hanya bisa menutup mulut, membiarkannya membawanya ke kamar di lantai dua.

"Masih ada 1 hadiah yang belum kuberikan padamu," katanya lalu meletakkan Josephine di atas ranjang, kemudian memandangnya dengan wajah serius.

Josephine memandangnya sambil tersenyum, "Hari ini kau sudah memberiku banyak sekali hadiah, lagipula hadiah ini tak akan terlupakan."

"Masih ada 1 yang akan membuatmu lebih tak bisa lupa."

"Apa itu?" Tanya Josephine dengan sangat penasaran, entah apa lagi hadiah kejutan yang akan ia berikan padanya?

Claudius mengangkat tangannya lalu menunjuk dirinya sendiri, wajah Josephine seketika terasa panas, dengan pura-pura bingung ia bertanya, "Apa?"

"Aku mau memberikan diriku padamu, kuberikan dengan kuat, kalau kau beruntung akan kuberi yang kecil sebagai bonus, mau?" Tanya Claudius sambil melepas jepit rambut di belakang kepala Josephine dan melemparnya ke meja di ujung ranjang, kemudian ia menunduk dan mencium Josephine, wajahnya dipenuhi senyuman.

Josephine tertawa dan memukul wajah tampan itu. "Tidak usah deh? Aku mau menyimpan tenaga untuk ke ladang lavender besok."

Rambutnya yang tak tertahan oleh jepit itu tersebar di atas bantal bagaikan air mengalir.

"Apa kau ini menolak hadiah yang kuberikan padamu? Jelas-jelas kau bilang apapun yang aku berikan akan membuatmu senang," ujar Claudius mencubit dagu Josephine, "Jangan-jangan kau membohongiku?"

"Bukan begitu."

"Kalau begitu jadilah anak penurut dan terimalah hadiahnya," kata Claudius lalu langsung mengangkat rok tidur Josephine, tangannya langsung meremas dada Josephine. Josephine membalikkan badan dan melawan sambil mengomel, "Mana ada orang sepertimu ini, memaksa orang menerima hadiah, hati-hati aku akan mengungkap tindakan burukmu ini di website perusahaan."

"Boleh, perlu tidak kubantu kau foto dirimu di atas ranjang untuk dipasang?" Ujar Claudius sambil menikmati tubuh berisi Josephine.

Josephine kalah oleh kata-katanya, ia pun tak tahan dan mulai menerimanya.

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu